Menenun Harapan Lewat 7 Capaian Pendidikan Kemendikdasmen

Guru Harus Sehat Tes Kemampuan Akademik: Harapan Baru untuk Pemerataan Mutu Pendidikan Daerah Gotong Royong Membangun Pendidikan Menenun Harapan Lewat Tujuh Capaian Pendidikan dari Kemendikdasmen
Muhammad Syawal Djamil. Pemerhati Pendidikan Daerah Tertinggal, Guru Sekolah Sukma Bangsa Pidie. Foto: HO for Komparatif.ID.

Setiap pagi, ribuan anak di seluruh Indonesia melangkah ke sekolah dengan harapan yang sama: mereka ingin belajar, tumbuh, dan berkembang menjadi manusia yang berguna. Ada yang berjalan kaki di jalan setapak berlumpur, ada yang menumpang perahu menyeberangi sungai, dan ada yang naik bus kota di tengah hiruk pikuk jalanan. Di mata mereka, sekolah itu bukan sekadar masuk Gedung untuk menjalani rutinitas, tapi jendela menuju masa depan yang lebih cerah dan membahagiakan.

Berdasarkan siaran pers Kemendikdasmen, dengan dukungan anggaran sebesar Rp181,72 triliun, pemerintah berupaya menghadirkan sistem pendidikan yang inklusif, berkeadilan, dan bermutu, menjangkau dari kota besar hingga daerah terpencil, dari sekolah unggulan hingga satuan pendidikan kecil yang berjuang di pelosok Nusantara.

Melalui berbagai kebijakan dan program strategis, kita tidak hanya melihat deretan angka dan laporan capaian, tetapi kisah-kisah perubahan: sekolah yang kembali hidup, guru yang mengajar dengan senyum, anak-anak yang berani bermimpi, dan masyarakat yang kembali percaya pada pendidikan sebagai jalan perubahan.

Dari sinilah, perjalanan menuju pendidikan bermutu untuk semua menemukan wujud nyatanya — melalui tujuh capaian pendidikan yang menjadi bukti bahwa kehadiran negara bukan sekadar janji, melainkan tindakan yang mengubah kehidupan.

Tujuh Capaian Pendidikan

Dari berbagai kebijakan dan langkah nyata yang telah dijalankan, tampak bahwa pendidikan Indonesia sedang bergerak menuju arah baru. Bukan sekadar membangun gedung atau menyalurkan anggaran, tetapi menghadirkan perubahan yang menyentuh sisi paling manusiawi dari pendidikan itu sendiri; keadilan, kesempatan, dan harapan.

Tujuh capaian berikut menjadi cermin bagaimana negara berupaya memastikan setiap anak, setiap guru, dan setiap sekolah, merasakan denyut yang sama dari semangat Merdeka Belajar.

Pertama, melalui program revitalisasi satuan pendidikan, kini pemerintah telah berhasil menghidupkan kembali 15.523 satuan pendidikan jauh melampaui target awal 10.440 sekolah dengan anggaran Rp16,97 triliun (Kemendikdasmen.go.id, 2025). Dampaknya berlapis; ekonomi lokal bergerak, ribuan pekerja terserap, dan kepercayaan masyarakat terhadap sekolah pun tumbuh kembali.

Bayangkan sebuah sekolah dasar di pedalaman Flores. Dulu, atapnya bocor, kursinya reyot, dan anak-anak belajar sambil menahan panas. Kini, berkat program revitalisasi satuan pendidikan, sekolah itu berdiri megah dengan ruang belajar baru, ventilasi yang baik, dan dinding penuh warna.

Revitalisasi ini menjadi simbol akan semangat untuk pemerataan pendidikan yang digalakkan oleh pemerintah. Bahwa anak di pelosok Nusantara berhak atas ruang belajar yang sama baiknya dengan anak di kota besar.

Kedua, digitalisasi pendidikan, langkah besar ini sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2025. Dan melalui program ini, lebih dari 285.000 sekolah, mulai dari PAUD hingga SKB, kini terhubung dalam satu ekosistem pembelajaran digital.

Kini, seorang siswa di perbatasan Kalimantan juga bisa belajar sains dari video yang sama dengan temannya di Surabaya. Guru-guru pun demikian, mereka mulai terbiasa memanfaatkan platform digital, baik untuk berbagi bahan ajar, memberi kuis daring, hingga berdiskusi secara interaktif.

Teknologi, dalam konteks ini, selain menjadi alat bantu belajar, ia menjelma sebagai jembatan pengetahuan yang menyatukan Indonesia, menembus batas geografis, mempersempit jurang kesenjangan, dan membuka ruang kesempatan bagi siapa pun yang ingin belajar.

Ketiga, peningkatan kesejahteraan dan kompetensi guru non-ASN menjadi bukti bahwa negara tak melupakan para pendidik di garda terdepan. Disini, kiranya pemerintah mulai menyadari bahwa tak ada sistem pendidikan yang lebih kokoh daripada guru yang bahagia.

Sebab di tangan merekalah masa depan anak-anak ditempa, dan dari ketulusan merekalah semangat belajar tumbuh. Maka, menyadari hal itu, pemerintah menyalurkan Rp13,2 triliun untuk peningkatan kompetensi dan kesejahteraan guru.

Baca juga: Tes Kemampuan Akademik: Harapan Baru untuk Pemerataan Mutu Pendidikan Daerah

Program ini mencakup berbagai bentuk dukungan nyata: tunjangan profesi sebesar Rp2 juta bagi 785 ribu guru non-ASN, subsidi upah Rp300 ribu untuk 253 ribu guru PAUD nonformal, pendidikan lanjutan S1/D4 bagi 16.197 guru, serta sertifikasi PPG untuk lebih dari 804 ribu guru.

Mulai Juni 2025, guru non-ASN juga memperoleh insentif Rp300 ribu per bulan selama tujuh bulan sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi mereka di ruang-ruang kelas. Sebab pada akhirnya, guru yang sejahtera mengajar dengan semangat yang berbeda. Di sanalah pendidikan menemukan rohnya yang bukan sekadar transfer ilmu, melainkan penularan semangat hidup.

Keempat, melalui Program Indonesia Pintar (PIP) dan Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM), negara menjaga agar tidak ada anak yang tertinggal hanya karena keterbatasan ekonomi. Tak dimungkiri memang, tidak semua anak lahir dari keluarga yang mampu, tetapi setiap anak berhak bermimpi untuk masa depannya yang cerah. Untuk itu, melalui Program Indonesia Pintar (PIP) dan Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM), pemerintah berupaya memastikan mimpi itu tidak terhenti hanya karena biaya.

Dengan anggaran Rp13,5 triliun untuk PIP dan Rp127 miliar untuk ADEM, lebih dari 18,5 juta siswa di seluruh Indonesia telah terbantu. Program ini berhasil menyelamatkan anak-anak dari risiko putus sekolah, dan juga memberi harapan baru bagi keluarga mereka.

Kita membayangkan, di rumah-rumah sederhana, uang beasiswa itu menjelma menjadi seragam baru, buku tulis, atau ongkos ke sekolah. Hal kecil bagi sebagian orang, namun amat besar bagi mereka yang menggantungkan harapan pada pendidikan harapan untuk hidup yang lebih baik, dan masa depan yang lebih cerah.

Kelima, Bantuan Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) mengalir sebagai darah segar yang menghidupkan sekolah. Ya, sekolah bukan hanya tempat belajar, tetapi juga sebuah sistem yang harus hidup dan berdenyut. Melalui Program Bantuan Operasional Satuan Pendidikan (BOSP), negara menyalurkan darah segar yang menjaga kehidupan itu tetap mengalir. Sebesar Rp59,3 triliun telah disalurkan kepada lebih dari 422.000 satuan pendidikan dan 50 juta peserta didik di seluruh Indonesia (Republika.co.id, 2025). Dana ini menopang kebutuhan operasional sekolah dari listrik, perawatan, buku, kegiatan ekstrakurikuler, hingga layanan kesehatan.

Kini, kepala sekolah tak lagi disibukkan mencari dana tambahan, dan guru bisa fokus mengajar. Dengan BOSP, kehadiran negara benar-benar terasa di ruang kelas dalam tindakan nyata yang memberi napas bagi keberlangsungan pendidikan.

Keenam, perhatian yang sama juga diberikan kepada guru ASN, yang menjadi tulang punggung pendidikan nasional. Melalui berbagai bentuk dukungan seperti tunjangan profesi, tambahan penghasilan, dan tunjangan khusus senilai Rp70 triliun untuk lebih dari 1,9 juta guru di seluruh Indonesia.

Pemerintah menegaskan bahwa guru tidak boleh berjuang sendirian. Secara ekonomi, mereka kini lebih stabil; secara sosial, martabat profesi guru kembali tegak; dan secara ideologis, negara menunaikan janjinya untuk menghormati mereka yang mendidik generasi penerus bangsa.

Ketujuh, di tengah kemajuan infrastruktur dan teknologi, pembentukan karakter tetap menjadi inti pendidikan. Melalui Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, Kemendikdasmen menanamkan nilai-nilai sederhana namun bermakna: bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cukup.

Sekilas tampak sederhana, namun kebiasaan kecil inilah yang menumbuhkan karakter besar. Anak-anak tumbuh lebih sehat, disiplin, dan empatik. Dari kebiasaan kecil inilah tumbuh generasi besar, yakni anak-anak yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga sehat, disiplin, empatik, dan berakhlak. Dan dari situlah nilai-nilai Pancasila dihidupkan, dihidupi setiap hari, yang pada muara akhirnya dapat membentuk manusia Indonesia seutuhnya.

Dari Capaian Menuju Keberlanjutan

Tujuh capaian besar yang telah diraih menunjukkan bahwa pembangunan pendidikan Indonesia kini bergerak secara lebih utuh. Pembangunan tidak lagi berdiri di satu sisi, melainkan menjangkau seluruh dimensi kehidupan sekolah — dari infrastruktur yang layak, kesejahteraan guru yang meningkat, kesetaraan akses bagi semua anak, hingga pembentukan karakter yang menjadi fondasi kemanusiaan.

Dampaknya kini mulai terasa di banyak lapisan. Secara ideologis, misalnya, negara hadir menjamin hak belajar setiap warganya. Begitu juga secara sosial, kepercayaan masyarakat terhadap sekolah tumbuh kembali. Juga secara ekonomi, kesejahteraan guru dan keluarga meningkat, menggerakkan roda kehidupan yang lebih baik. Bahkan secara kesehatan, generasi muda tumbuh lebih bugar, disiplin, dan bahagia.

Namun demikian, satu hal yang harus disadari bersama, perjalanan ini belumlah berakhir. Sekolah yang indah bisa rapuh tanpa pengawasan yang berkelanjutan. Teknologi yang canggih akan kehilangan makna tanpa sentuhan guru yang bijak membimbing.

Karena itu, keberlanjutan menjadi kunci: bagaimana setiap kebijakan, setiap program, dan setiap capaian dapat terus hidup dalam praktik nyata di ruang-ruang kelas dan di hati para pendidik.

Sebab pada akhirnya, ukuran keberhasilan pendidikan tidak terletak pada angka serapan anggaran atau laporan statistik, tetapi pada senyum anak-anak yang belajar dengan bahagia, pada guru yang kembali dihormati, dan pada masyarakat yang percaya bahwa sekolah masih menjadi jalan menuju perubahan.

Pendidikan Bermutu untuk Semua sebagai bagian dari janji kemerdekaan pendidikan, harus terus dijaga dan ditepati. Dengan langkah yang telah dimulai hari ini, dari desa terpencil hingga kota besar, kita menatap masa depan dengan optimisme.

Sebab setiap anak yang melangkah ke sekolah di pagi hari membawa harapan yang sama: bahwa mimpinya dijaga oleh bangsa yang peduli, dan bahwa pendidikan tetap menjadi cahaya yang menuntun Indonesia menuju kemajuan yang berkeadilan.

Artikel SebelumnyaDosen Politeknik Negeri Padang Teliti Skema Green Sukuk di Hutan Wakaf Aceh
Artikel SelanjutnyaMahasiswa UIN Ar-Raniry Belajar Langsung Seni Tenun Songket Nyakmu Aceh Besar
Muhammad Syawal Djamil
Guru Sekolah Sukma Bangsa Pidie.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here