
Komparatif.ID, Bireuen— Sekda Aceh, M. Nasir, S.IP, MPA, menghadiri acara penutupan Pekan Kebudayaan Bireuen yang digelar di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Cot Gapu, Bireuen, Sabtu malam (11/10/2025).
Kegiatan tersebut menjadi puncak peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-26 Kabupaten Bireuen yang berlangsung meriah dan dihadiri berbagai unsur pemerintah, seniman, serta masyarakat setempat.
Dalam sambutannya, M. Nasir menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Bireuen dan seluruh pihak yang telah berperan dalam menyukseskan kegiatan yang mengusung tema “Mahakarya Bumoe Jeumpa” itu.
Ia menilai, kegiatan tersebut bukan hanya ajang hiburan, tetapi juga momentum penting untuk meneguhkan jati diri masyarakat Bireuen yang dikenal dengan semangat perjuangan dan keteguhan dalam menghadapi tantangan.
“Pada masa agresi Belanda II tahun 1947–1948, Bireuen pernah menjadi pusat pemerintahan darurat Republik Indonesia. Sejarah ini menjadi fondasi moral dan kebanggaan kita semua. Maka tidak berlebihan bila Bireuen dijuluki sebagai ‘Kota Juang’ karena di sinilah semangat keberanian, keteguhan, dan nasionalisme tumbuh kuat, menjiwai setiap langkah masyarakatnya hingga kini,” ujar M. Nasir dalam sambutannya.
Sekda Aceh menegaskan perjuangan masyarakat Bireuen kini bukan lagi perjuangan bersenjata, melainkan perjuangan untuk membangun ekonomi rakyat dan mendorong kemajuan daerah.
Baca juga: Bupati Bireuen Angkat Batang Terendam Sejarah Bireuen
Ia menyebutkan, Pemerintah Aceh berkomitmen mendukung langkah strategis Pemerintah Kabupaten Bireuen dalam memperkuat sektor-sektor ekonomi berbasis potensi lokal, seperti perdagangan, pertanian, UMKM, dan industri kreatif.
“Pemerintah Aceh berkomitmen untuk terus mendukung langkah-langkah strategis Pemerintah Kabupaten Bireuen dalam memperkuat sektor perdagangan, pertanian, UMKM, serta industri kreatif yang berbasis potensi lokal,” ucapnya.
Lebih lanjut, M. Nasir menilai pelaksanaan Pekan Kebudayaan Bireuen I menjadi bukti bahwa kebudayaan memiliki peran penting sebagai kekuatan sosial dan ekonomi masyarakat.
Ia mengatakan, kegiatan seperti pawai budaya, festival seni, dan pameran pembangunan bukan sekadar bentuk pelestarian, tetapi juga wadah untuk memperkenalkan potensi daerah sekaligus memperkuat rasa bangga terhadap identitas lokal. Hal ini, menurutnya, sejalan dengan semangat Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2025 tentang Pemajuan Kebudayaan Aceh.
Ia berharap Pekan Kebudayaan Bireuen dapat menjadi agenda tahunan yang memperkuat posisi kabupaten tersebut sebagai kota budaya sekaligus pusat ekonomi rakyat di wilayah tengah-utara Aceh. M. Nasir juga mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menjadikan kegiatan budaya sebagai ruang kebersamaan dan refleksi dalam membangun daerah yang lebih baik.
“Mari kita jadikan semangat ‘Kota Juang’ bukan sekadar kenangan sejarah, tetapi kekuatan moral untuk membangun masa depan Bireuen yang lebih maju, mandiri, dan bermartabat,” pungkasnya.