
Komparatif.ID, Bireuen– Ketika kenduri kuah beulangong hendak dimulai, listrik telah padam satu jam sebelumnya. Cut Rahmad harus bekerja lebih keras supaya kari kambing khas Aceh Besar yang ia masak tetap nikmat.
Tak ada yang mengira, bahwa rencana masak kuah beulangong di kebun melon Meunasah Dayah, Kecamatan Kota Juang, Bireuen, Senin (29/9/2025) akan berhadapan dengan pemadaman listrik oleh PLN.
Pemadaman listrik tersebut terjadi satu hari setelah Gubsu Bobby Nasution melakukan razia truk berplat BL di kawasan Langkat,Sumatra Utara. Razia itu mengundang kecaman dari Aceh. Bobby kena maki.
Sekitar pukul 17.00 WIB, kebun melon di lahan sempit di Gampong Meunasah Dayah, mendadak ramai. Kajari Bireuen H. Munawal Hadi, sibuk menata saung kecil di samping jalan.
Hari itu acara masak kuah beulangong daging kambing dimulai. Ketua Panitia Junaidi alias Wan Cabe adalah orang yang paling sibuk. Dia mondar-mandir ke sana kemari. Meratakan tanah untuk menaruh dudukan belanga, membersihkan rumput supaya tempat itu terlihat lebih rapi.
Masak kari kambing kali ini dipersiapkan lebih matang. H. Munawal jauh-jauh hari telah meminta Ketua Bawaslu Bireuen Rahmad,S.Sos.,M.A.P, sebagai koki. Pria berkacamata dengan ringan tangan itu dikenal sebagai salah seorang yang memiliki keahlian memasak kuah beulangong.
Setengah jam jelang Magrib, daging kambing berbulu hitam diantar oleh seseorang. Menurut Wan Cabe, kambing itu pilihan. Bukan kambing sembarangan.
Acara memasak dimulai setelah Magrib. Cut Rahmat –demikian Rahmad,S.Sos dipanggil– segera menyalakan api. Tumpukan kayu yang ditata sedemikian rupa di bawah tungku besi, dinyalakan.
Kali ini campuran daging bukanlah nangka. Bukan pula labu. Tapi hati batang pisang liar. Hati batang pisang merupakan salah satu sayuran yang sering dicampur dalam kuah beulangong.
Orang Aceh tempo dulu bukan asal-asalan menjadikan hati batang pisang sebagai sayuran. Karena batang pisang merupakan sayuran yang memiliki banyak kandungan yang sangat bagus untuk tubuh manusia.
Menurut hasil penelitian, batang pisang memiliki serat larut yang tinggi. Dengan demikian sangat bagus untuk meningkatkan sistem pencernaan.
Batang pisang kaya akan kalium dan vitamin B6, sama seperti buahnya. Vitamin B6 membantu produksi hemoglobin dan insulin. Vitamin ini juga membantu mencegah tekanan darah tinggi dan menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh.
Studi di jurnal Folia Medica Indonesiana menemukan bahwa batang pisang mampu mengurangi erosi epitel mukosa lambung dan hemoragik pada tikus.
Ini artinya batang pisang mampu mengurangi kerusakan dan pendarahan pada lapisan pelindung lambung akibat asam lambung, infeksi, atau faktor lainnya.
Sekitar pukul 20.00 WIB, kuah mulai mendidih. Satu persatu tamu datang. Mulai dari anggota Grand Coffee Society, maupun individu-individu lain.
Ketua Gapensi Bireuen Teuku Munzir Balia alias Tu Jir, tiba ketika kuah mendidih untuk pertama kali. Pria hitam manis itu datang dengan wajah penuh percaya diri. Bahwa dia masih tetap sebagai koki terbaik, meski kali ini tidak diajak ikut memasak.
General Manager sebuah hatchery udang di Kuala, Fauzan, datang lebih awal ketimbang Tu Jir. Profesional muda tersebut telah berada di kebun melon, sebelum matahari rengek di ufuk barat.
Baca juga: Segelas Zam-zam dan Rencana Kuah Beulangong
Selain kuah beulangong, juga disediakan menu tambahan yaitu ayam kampung goreng. Orang yang dipercaya sebagai penggoreng ayam yaitu Ayi, seorang pegawai negeri yang dikenal sangat telaten dalam soal keuangan.
Apa yang menarik dari kuah beulangong kali ini? Karena bumbu khas Samahani disiapkan secara khusus oleh Kajari Bireuen H. Munawal Hadi. Penegak hukum tersebut mengawasi sendiri prosesnya saat diracik di Samahani, Aceh Besar.
Dia juga yang membawanya dari Banda Aceh menuju Bireuen. Artinya bumbu kuah beulangong tersebut berjarak 220 kilometer dari tempat kambing hitam disembelih.
“Saya awasi sendiri prosesnya, supaya saya mendapatkan bumbu terbaik di kelasnya,” kata Munawal dengan wajah bangga.
Sebagai salah satu tuan rumah, malam itu Munawal menampakkan bahwa dirinya awak dalam dan poe beulangong. Sembari memegang piring, dia berkali-kali menciduk daging dari dalam belanga, dan kemudian mengudapnya.
Ia harus memastikan bahwa tak ada yang kurang, baik bumbu, tingkat kematangan daging, dan lain-lain.
Sekitar pukul 22.00 WIB, kuah beulangong itu siap saji. Wajah Cut Rahmad sedikit memerah. Keringat mengucur deras, membasahi bajunya. Dia terlihat lelah.
Seluruh hadirin dipersilakan mencicipi hidangan kuah beulangong dan ayam goreng.
Sembari menikmati makan malam, sejumlah tamu memberikan jempol.
Apa Tu–warga Gampong Meunasah Dayah– mengatakan kari kambing tersebut sangat enak. Ogut yang dulunya seorang kontraktor lintas kabupaten, berkali-kali tambah. Dia mengatakan kari kambing hasil kolaborasi H. Munawal dan Cut Rahmad sangat luar biasa.
Teuku Nagorsyah yang saat ini menjadi salah seorang tim ahli di Sekretariat DPRK Bireuen juga mengakui rasa kuah beulangong hasil kolaborasi Munawal dan Rahmad sangat enak.
Bagaimana dengan Tu Jir? Ketua Gapensi itu mengatakan satu-satunya yang belum mampu disaingi oleh H. Munawal dan Rahmad dari Tu Jir adalah, rasa kuahnya.
“Dalam hal rasa pedas, saya masih juara,” kata Tu Jir yang disambut gelak tawa hadirin.
Rasa ayam goreng juga sangat enak. Meski digoreng dalam pencahayaan seadanya, tapi kematangan dagingnya pas. Campuran bumbu top, dan digoreng dengan penuh dedikasi oleh Ayi bersama Fauzan.