Komparatif.ID, Banda Aceh– Muazzinah telah purna tugas dari lembaga nirlaba The Aceh Institute pada 13 September 2025. Sejak memimpin AI, Muazzinah berhasil melakukan advokasi tentang Qanun KTR.
Bukan Muazzinah namanya bila bisa diam melihat ketimpangan. Akademisi yang berkhidmat di UIN Ar-Raniry, Banda Aceh tersebut merupakan salah satu Keumalahayati Aceh di masa kini. Lakap ini tidak berlebihan, karena perempuan asal Peusangan tersebut, sedari muda memiliki kepedulian yang sangat tinggi terhadap sosial kemasyarakatan.
Sejak diberi mandat sebagai Direktur Eksekutif The Aceh Institute, Muazzinah dan tim kerjanya langsung fokus pada kegiatan yang dihasilkan berdasarkan kajian mendalam.
Setelah dipilih pada 20 Maret 2022, Muazzinah langsung melakukan advokasi tentang arti pentingnya Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Aceh. Tak tanggung-tanggung, dia pernah menegur salah seorang Pj Gubernur Aceh yang mengisap rokok di dalam ruang rapat Pendopo Gubernur Aceh.
Kerja sama yang dilakukan The Aceh Institute baik dengan lembaga pemerintahan maupun non pemerintahan di Aceh telah membuahkan hasil. Seperti Perwal Kota Lhokseumawe No.25/2023 tentang KTR, dan Qanun Kabupaten Pidie Jaya No.4/2024 tentang KTR.
Baca juga: Warkop & Pasar Jadi Tempat Pelanggaran KTR Tertinggi di Banda Aceh
Selain itu advokasi dan sosialisasi yang massif juga menghasilkan tingkat kepatuhan terhadap KTR di Kota Banda Aceh meningkat. Pada tahun 2019 – 21,1% sedangkan tahun 2023 – 45,3%.
Terdapat juga karya ilmiah yang sudah publish pada beberapa jurnal pada tahun 2024 yaitu Policy Implementation Analysis Free Smoke Areas – Banda Aceh. Comparative Analysis of Smoke-Free Compliance, dan Aceh Statistics of Perception Role Ulama on Smoke-Free Policy Buku berjudul Jalan Panjang Advokasi Kawasan Tanpa Rokok di Aceh tahun 2025 serta Naskah Akademik tentang Raqan KTR Kabupaten Pidie Jaya tahun 2023.
Perjuangan KTR yang digerakkan oleh Muazzinah bukan sebatas formal. Tapi secara informal dia tetap mengampanyekan Kawasan Tanpa Rokok kepada teman-temannya yang aktif ngudut.
“Setidaknya mereka tidak merokok di dalam rumah, di tempat yang ada anak-anak dan perempuan yang tidak nyaman dengan asap rokok. Apalagi anak-anak, racun yang ada di dalam rokok, bisa berdampak buruk bagi kesehatan mereka,” kata Muazzinah suatu ketika kala bincang informal dengan komunitas Aceh Ceudah.
Di luar KTR, di masa Muazzinah memimpin AI juga menjadi lembaga pemantau pemilu 2024.
Di sisi penguatan perdamaian, AI juga menginisiasi lahirnya kumpulan Gen Z dan Alpha yang memahami arti penting perdamaian Aceh. Anak-anak muda itu diajak menulis tentang pembangunan perdamaian di Aceh. Tulisan-tulisan itu dilombakan.
Kini ia purna tugas di Aceh Institute. Tapi bukan berarti dia berhenti berbuat. Baik sebagai akademisi di UIN Ar-Raniry maupun sebagai orang Aceh, ia tetap tidak menghentikan langkahnya membantu orang lain, seperti mahasiswa dan anak-anak muda yang membutuhkan pendidikan lebih baik.