Komparatif.ID, Sigli— MS (46) aparatur sipil negara (ASN) yang bekerja sebagai perawat perawat di ruang ICU RSUD Teungku Abdullah Syafi’i (TAS) Beureunuen, Kecamatan Mutiara, Pidie, diamankan satreskrim Polres Pidie karena dugaan pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap dua anak perempuan di bawah umur.
Kapolres Pidie, AKBP Jaka Mulyana, melalui Kasat Reskrim AKP Dedy Miswar, membenarkan bahwa MS telah telah ditangkap dan diamankan untuk proses hukum lebih lanjut.
Dedy menjelaskan laporan resmi dugaan kejahatan perawat RSUD Beureunuen dilayangkan ke SPKT Polres Pidie pada 29 Juni 2025 dengan Nomor: LP/B/162/VI/2025/SPKT/Polres Pidie/Polda Aceh.
Dedy menuturkan dugaan peristiwa pelecehan terjadi pada Kamis (19/6/2025) sekitar pukul 20/30 WIB di rumah MS di Kecamatan Glumpang Tiga, Pidie. Saat itu korban yang baru berusia 9 tahun sedang bermain bersama anak pelaku.
“Korban mengaku bahwa pelaku menutup matanya, kemudian melakukan tindakan cabul. Setelah kejadian, pelaku sempat menawarkan kue, tapi korban menolak dan langsung pulang,” terang Dedy dalam keterangan resminya, Selasa (23/7/2025).
Baca juga: Nyamar Jadi Pemulung, Pencuri Asal Pidie Gasak Uang TK Rp20 Juta untuk Judol
Beberapa hari kemudian korban mengeluhkan sakit dan mengalami pendarahan saat buang air kecil. Pihak keluarga kemudian langsung membawanya ke RSU Ibnu Sina Sigli, lalu dirujuk ke RSU Zainoel Abidin Banda Aceh. Di rumah sakit, korban mengungkapkan identitas pelaku kepada keluarganya.
Sementara itu, korban kedua yang masih berusia sekitar 8 tahun, diduga mengalami pelecehan seksual pada April 2025. Saat itu, korban kedua sedang bermain di rumah pelaku bersama dua anak lainnya, termasuk anak kandung pelaku.
“Korban dipanggil, diberi uang Rp5.000 dan es jelly, lalu diajak ke dapur. Di sana, pelaku menutup mata korban dengan kain dan melakukan tindakan tidak senonoh,” lanjutnya.
Dedy menjelaskan kini MS sudah diamankan oleh Unit Opsnal Satreskrim Polres Pidie dan Unit Resintel Polsek Glumpang Tiga di rumahnya di Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie.
“Penangkapan dilakukan tanpa perlawanan setelah kami menerima informasi dari masyarakat,” ujar imbuhnya.