Komparatif.ID, Banda Aceh— Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh hanya memperoleh kuota beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah untuk 400 mahasiswa baru (maba) pada tahun akademik 2025/2026.
Jumlah ini jauh dari total usulan sebanyak 1.000 calon penerima yang diajukan pihak kampus kepada pemerintah pusat.
Kepala Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerja Sama (AAKK) UIN Ar-Raniry, Iqbal, mengungkapkan setiap tahun pihaknya mengusulkan lebih dari seribu nama untuk menerima bantuan ini, namun keputusan akhir tetap ditentukan oleh kementerian terkait di tingkat pusat.
Menurutnya, beasiswa KIP Kuliah merupakan bantuan dari pemerintah yang diperuntukkan bagi lulusan SMA atau sederajat yang memiliki potensi akademik baik namun berasal dari keluarga tidak mampu.
“Setiap tahun kami mengusulkan lebih dari 1.000 kuota, tapi keputusan akhir tetap di pusat. Tahun ini kita hanya mendapatkan kuota untuk 400 mahasiswa,” kata Iqbal melansir Antara, Senin (21/4/2025).
Iqbal menuturkan, pada tahun sebelumnya, jumlah pendaftar KIP Kuliah di UIN Ar-Raniry mencapai sekitar 1.300 orang. Setelah dilakukan proses verifikasi dan survei lapangan oleh tim, sebanyak 750 mahasiswa dinyatakan sangat layak untuk menerima beasiswa.
Baca juga: Arnia Fatmawati, Anak Petani Miskin Abdya Kuliah di Teknik Nuklir UGM
Namun karena kuota yang tersedia tahun itu hanya 550 orang, pihak kampus harus kembali melakukan seleksi ketat agar jumlah penerima sesuai dengan batas yang ditetapkan.
Ia menambahkan tren penurunan kuota KIP Kuliah ini bukan hanya terjadi di UIN Ar-Raniry, tetapi juga dialami oleh berbagai perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN) lainnya di seluruh Indonesia.
Menurutnya, untuk institusi pendidikan keagamaan di bawah Kementerian Agama, proses pengusulan kuota dilakukan melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kemenag RI, yang kemudian dibahas bersama Kementerian Keuangan dan Komisi VIII DPR RI.
Sementara itu, pengusulan untuk perguruan tinggi negeri umum dibahas oleh Komisi X DPR RI yang membidangi urusan pendidikan.
Dengan adanya penurunan kuota ini, Iqbal menyampaikan harapan agar pemerintah pusat dapat mempertimbangkan kembali besaran alokasi beasiswa yang diberikan kepada kampus-kampus keagamaan.
Ia menilai banyak lulusan SMA sederajat yang memiliki prestasi akademik bagus namun tidak mampu secara ekonomi, sangat membutuhkan bantuan biaya pendidikan agar bisa melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi.