Ayat Tujoeh; Kesempurnaan Alunan Rythim Imanensi

Ayat Tujoeh
Ayat Tujoeh yang didendangkan oleh Canang Tujoeh Atjeh Esemble, menggelorakan religiusitas dan rindu kampung halaman. Foto: Bandcamp.

Pembukaan Ayat Tujoeh diawali dengan tabuhan rapai dalam tempo 16 detik. Petikan gambus yang masuk dengan nada sangat lembut, menggantikan tabuhan rapai pada detik ke 17. Alunannya begitu halus, menghadirkan rhythm Aceh yang lembut nan religius. Pada detik 36 seurune kale menyertai liukan nada gambus. Ayat Tujoeh benar-benar mampu menghadirkan irama kudus, yang menggetarkan dinding kerohanian.

tradisirecords.bandcamp.com, mengeposkan Ayat Tujoeh yang dibawakan oleh Canang Tujoh Atjeh Ensemble, yang divokali oleh Marzuki Hasan, seorang maestro musik tradisional Aceh berbasis sufisme.Musik tradisi bertajuk Ayat Tujoeh tersebut berdurasi 14 menit 49 detik. Meski panjang untuk durasi sebuah lagu bila ditelisik dari sudut pandang kontemporer, tapi rhythm mistiknya, mampu menenggelamkan penikmatnya dalam kesyahduan.

Tabuhan rapai, petikan gambus, liukan suara seruling, alunan seurune kale, dan tepukan gendang menyatu, melahirkan irama yang teratur, sekaligus magis. Kolaborasi antara Syaikh Marzuki Hasan sebagai vokalis, Asnawi Geunta sebagai vokalis dan penabuh rapai, Alek Aceh yang meniup seruling, menabuh rapai, sekaligus membantu vokal; Muhammad Fikar yang meniup seurune kale serta menabuh rapai, dan membantu vokal; Nurcholis menepuk rapai dan membantu vokal, Muhammad Taufik menabuh gendrang, serta Munthi yang memetik gambus, menghasilkan musik etnik yang mengalirkan semangat religius patriotik, dan tentunya menghadirkan rasa rindu mendalam terhadap kampung halaman.

Baca: Ishaq Ibnu Ali Penyanyi Sufi dari Tanah Rencong

Ayat Tujoeh; Kesempurnaan Sebuah kerinduan

Penggawa Canang Tujoeh Atjeh Ensemble bukan seniman amatiran. Mereka merupakan kumpulan para musisi andal yang menggeluti kesenian Aceh dalam tempo yang tidak singkat. Bagi mereka, kesenian Aceh bukan sekadar hobi, tapi telah menjadi idealisme yang terpatri di dalam dada, disematkan di dalam jiwa.

Marzuki Hasan yang didapuk sebagai vokalis, bukan orang baru, dan tidak hadir karena aji mumpung. Untuk mendalami kesenian, termasuk musik tradisi, pria kelahiran Meudang Ara tersebut selain belajar otodidak sejak kecil, juga menempuh jalan tak mudah di belantara Jakarta, setelah tidak mampu menyelesaikan pendidikan di IKIP Yogyakarta. Pria yang akrab disapa Pak Uki, digelari Sang Maestro atas ketekunan yang menjadikannya sebagai ahli di bidang seni tradisi.

Ayat Tujoeh yang disajikan dalam waktu 14 menit 49 detik, merupakan sebuah kolaborasi pengalaman dan ketekukan para seniman yang terlibat di dalamnya. Seluruh personel yang terlibat benar-benar mampu menghadirkan sajian musik yang menghadirkan gerakan ritmis antara kutub transendensi dan imanensi.

Irama yang berupa elemen ketukan, aksen, polyrythms, sinkopasi,dan lainnya, menghadirkan aura mistik-religius; menggetarkan ruang rindu kampung halaman, serta menyibak semerbak aroma mawar dalam kebun keimanan. Beberapa orang yang mendengarnya, memberi nilai mumtaz.

Bagi Anda yang ingin mendengarkan alunan Ayat Tujoeh dalam bentuk utuh, supaya tidak menerka-nerka, sila kunjungi situs web tradisirecords.bandcamp.com.

Artikel SebelumnyaTernyata Seringkali Guru Membully Siswa Tanpa Sadar
Artikel SelanjutnyaBerziarah ke Reruntuhan Makam Imam Ghazali
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here