6.800 WNI Jadi Budak Pada Bisnis Penipuan dan Judi di Kamboja dan Myanmar

6.800 WNI Jadi Budak Pada Bisnis Penipuan dan Judi di Kamboja dan Myanmar WNI yang pernah bekerja di pusat penipuan di Myanmar timur duduk di ruang tunggu saat tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Indonesia, Jumat (28/2/2025) usai tiba dari Thailand. Foto: AP Photo/Tatan Syuflana.
WNI yang pernah bekerja di pusat penipuan di Myanmar timur duduk di ruang tunggu saat tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Indonesia, Jumat (28/2/2025) usai tiba dari Thailand. Foto: AP Photo/Tatan Syuflana.

Komparatif.ID, Jakarta- 6.800 WNI yang bekerja di Laos, Myanmar, dan Kamboja, menjadi budak pada bisnis penipuan (scam) jebakan asmara, judi online, dan lain-lain. Mereka dipekerjakan tanpa bayaran. Calo yang mendapatkan untung banyak dari kejahatan perdagangan manusia.

Direktur Perlindungan Warga Negara Kementerian Luar Negeri Juda Nugraha, dalam keterangannya kepada wartawan, Jumat (28/2/2025) malam, mengatakan ratusan ribu orang diyakini telah dibujuk untuk bekerja di Myanmar, Kamboja, dan Laos, di mana mereka dipaksa untuk melakukan penipuan global yang melibatkan hubungan asmara palsu, investasi palsu, dan perjudian ilegal. 

6.800 di antaranya merupakan WNI. Mereka menjadi korban penipuan dan human trafficking, dijual kepada sindikat yang berbisnis ilegal di Laos, Kamboja, dan Myanmar.

Keterangan tersebut disampaikan saat proses pemulangan 84 WNI yang dibebaskan dari pusat penipuan di Myanmar tiba di ibu kota Indonesia, Jakarta, Jumat malam, sebagai bagian dari gerakan repatriasi besar-besaran yang membebani sumber daya regional.

Mereka termasuk di antara lebih dari 7.000 orang yang ditahan di kota perbatasan Myanmar, Myawaddy, setelah tindakan keras terhadap pusat penipuan oleh Thailand, Myanmar, dan Tiongkok. 

Baca juga: Gara-gara Utang Abangnya, Bustami Diculik Mafia Narkoba

Dua bus yang membawa warga negara Indonesia tiba pada hari Kamis di kota perbatasan Thailand, Mae Sot, tempat para penumpang menjalani pemeriksaan kesehatan dan verifikasi identitas mereka.

Ke-84 warga negara Indonesia, yang terdiri dari 69 pria dan 15 wanita, dibawa pulang dengan tiga penerbangan komersial pada hari Jumat. Penerbangan pertama, yang membawa 38 orang yang dievakuasi, tiba pada pukul 20.05 waktu setempat.

Para pengungsi, banyak yang mengenakan hoodie gelap, syal merah, dan masker wajah, menolak berkomentar kepada media setelah pengarahan oleh pihak berwenang Indonesia.

Mereka dikawal melewati kerumunan wartawan di luar terminal kedatangan di bandara internasional Soekarno-Hatta menuju bus yang menunggu.

“Mereka sehat,” kata Judha Nugraha, Direktur Perlindungan Warga Negara Kementerian Luar Negeri, yang bersama diplomat Indonesia di Yangon dan Bangkok telah berada di Mae Sot sejak 23 Februari untuk berkoordinasi dengan berbagai pihak di Thailand dan Myanmar.

“Ini adalah proses repatriasi panjang yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia bekerja sama dengan otoritas di Thailand dan Myanmar,” kata Nugraha kepada wartawan di bandara.

Ia menambahkan bahwa pemerintah terus berkomunikasi dengan otoritas Thailand dan Myanmar untuk memfasilitasi pemulangan lebih dari 360 WNI yang terlantar di Myanmar setelah meninggalkan pusat-pusat penipuan tersebut. Tidak jelas mengapa hanya 84 orang yang dipulangkan.

Penindakan terhadap pusat-pusat penipuan tersebut, menyusul pertemuan di Beijing pada awal Februari antara Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra dan pemimpin Tiongkok Xi Jinping di mana ia mengatakan Thailand akan menindak jaringan penipuan tersebut.

Thailand telah memutus pasokan listrik, internet, dan gas ke beberapa daerah di Myanmar yang menjadi tempat pusat-pusat penipuan di sepanjang perbatasan.

Lebih dari 600 warga negara Tiongkok dipulangkan minggu lalu. Sebelumnya, sekitar 260 orang dari 20 negara, termasuk Ethiopia, Brasil, dan Filipina, menyeberang dari Myanmar ke tahanan Thailand.

Banyak yang telah kembali ke rumah tetapi lebih dari 100 orang masih berada di Thailand menunggu pemulangan, kata pejabat Thailand.

“Kasus ini menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat agar lebih berhati-hati dalam mencari pekerjaan di luar negeri,” kata Nugraha, “Kami mengimbau kepada seluruh warga negara Indonesia untuk mencari pekerjaan di luar negeri dengan cara yang benar, sah dan sesuai prosedur yang berlaku, demi keselamatan dalam memperoleh kesejahteraan sebagaimana yang diharapkan.

Artikel SebelumnyaPertumbuhan Islam di Jepang Semakin Meningkat
Artikel SelanjutnyaMS Jantho Tolak Ambil Sumpah Praktisi Hisab Rukyat dari Kemenag
Muhajir Juli
Jurnalis bersertifikat Wartawan Utama Dewan Pers. Penulis buku biografi, serta tutor jurnalistik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here