
Komparatif.ID, Banda Aceh – Semangat juang pahlawan perempuan Aceh seperti Cut Nyak Dien dan Laksamana Keumalahayati, harus diwariskan ke medan perang baru: dunia digital. Sebanyak 50 konten kreator perempuan pemula berkumpul di Aula Dinas Pendidikan (Disdik) Aceh untuk mengikuti pelatihan “Perempuan Kreatif Digital” pada Kamis (13/11/2025).
Acara yang difasilitasi oleh organisasi Aceh Bergerak ini bertujuan memberdayakan perempuan untuk menguasai media sosial dan melawan konten-konten negatif yang merendahkan martabat perempuan.
Founder Aceh Bergerak, Eva Hazmaini, dalam sambutannya menegaskan bahwa perjuangan perempuan hari ini telah beralih.
Baca: Infografis Perempuan Hebat Aceh di Masa Lalu
“Jika perempuan dulu berjuang dengan senjata, maka kini berjuang dengan konten dan media sosial. ” seru Eva.
Eva menekankan pentingnya perempuan ikut mengambil peran di garda terdepan dalam industri digital.
“Bukan semuanya yang dibilang konten kreator itu harus laki-laki. Tidak semuanya yang digital itu harus laki-laki. Jadi, sesekali perempuan juga harus di depan,” tegasnya.
Dukungan penuh datang dari Plt Kepala Dinas Pendidikan Aceh Murthalamuddin, yang mengingatkan peserta pada warisan sejarah kehebatan perempuan Aceh.
“Laksamana atau panglima perang angkatan laut pertama di dunia, itu orang Aceh Keumalahayati. Itu diakui oleh UNESCO, PBB mengakui,” jelas Murthala.
Ia membandingkan pahlawan Aceh yang merupakan komandan perang fisik dengan pahlawan perempuan di daerah lain. Menurutnya, kepahlawanan perempuan Aceh memiliki karakter pejuang yang tangguh di medan laga.
“Pahlawan di Aceh, Cut Mutia dan Pocut Baren, banyak sekali mereka adalah panglima, panglima perang, komandan perang,” ujarnya.
Murthala menyebut para peserta pelatihan sebagai generasi baru dari pahlawan-pahlawan tersebut. Ia berpesan agar mereka menjadi perpanjangan tangan kebaikan di dunia maya.
“Anda yang hari ini berada di sini menjadi perpanjangan tangan kebaikan. Orang-orang yang besok akan membuat konten-konten positif dan memenangkan algoritma, serta mengalahkan konten-konten negatif yang mempermalukan dan merendahkan derajat perempuan,” kata Murthala.
Dengan semangat tinggi, Kadisdik Aceh itu menyerukan kebangkitan perempuan Aceh untuk menjadi penerang di tengah kegelapan informasi.
“Perempuan-perempuan Aceh generasi baru dan gaya baru dari Cut Nyak Dien, Cut Mutia, dan lain-lain. Perempuan-perempuan Aceh yang akan menjadi sinar terang bagi Aceh yang gelap,” imbuhnya.
Antusiasme peserta terlihat jelas. 50 kreator pemula tersebut tidak hanya menyimak materi, tetapi juga langsung mempraktikkan ilmu yang baru didapat dengan membuat konten on the spot di lokasi pelatihan.











