Komparatif.ID, Washington— Tidak berselang lama usai dilantik pada Senin (20/1/2025), Presiden ke-47 Amerika Serikat (AS), Donald Trump, langsung mengeluarkan perintah eksekutif (executive order) untuk memulai proses pengunduran AS dari organ PBB bidang kesehatan World Health Organization (WHO).
Trump sebelumnya telah berupaya menarik AS pada 2020 lalu saat menjabat sebagai Presiden AS periode pertama. Saat itu ia mengaku kecewa karena lambatnya penanganan pandemi Covid-19 yang ia klaim dikendalikan Tiongkok.
Namun langkah tersebut gagal usai Trump kalah di Pilpres AS. Presiden Joe Biden lalu mengembalikan peran sentral AS di Organisasi Kesehatan Dunia tersebut.
“WHO menipu kita,” kata Trump mengutip NPR pada diskusi santai panjang dengan wartawan saat ia menandatangani perintah eksekutif usai pelantikan dirinya.
Namun butuh satu tahun agar rencana pengunduran diri AS terwujud. Hal itu sesuai kesepakatan saat negeri Paman Sam itu bergabung dengan badan kesehatan global pada 1948 lalu.
Pada masa jabatan pertamanya, Trump menghentikan pendanaan dan memulai proses penarikan diri. Namun sebelum batas waktu satu tahun tercapai, Biden menjabat dan langsung membatalkan rencana tersebut.
Baca juga: Donald Trump Dilantik Jadi Presiden Amerika Serikat ke-47
Trump berasalan kesalahan WHO menangani penyebaran Covid-19 jadi alasan pengunduran diri AS. Ia menyebut lembaga itu membutuhkan reformasi karena ketidakmampuan menjaga independensi anggota dari pengaruh politik tidak pantas.
“Kesalahan WHO dalam menangani pandemi Covid-19 yang berasal dari Wuhan, China, dan berbagai krisis kesehatan global lainnya, kegagalan organisasi dalam melakukan reformasi yang sangat diperlukan, dan ketidakmampuan organisasi untuk menjaga independensi dari pengaruh politik tidak pantas negara-negara anggota WHO,” sebut Trump dalam perintah eksekutif.
Apa Akibat Mundurnya Amerika Serikat dari WHO?
Mundurnya Amerika Serikat dari WHO menyebabkan lembaga kesehatan non-profit itu kehilangan penyumbang dana terbesar. Bahkan, jauh lebih besar dari pada donor dari negara Jerman dan Inggris walaupun disatukan.
Pada medio 2022-2023, AS menggelontorkan dana Rp20,9 triliun. Sementara pada 2020 saat pandemi merebak, Amerika Serikat hingga Rp14,7 triliun, dua kali lipat dari dana sumbangan Inggris.
Kehilangan anggota yang menyokong 15 persen dana akan berakibat sangat buruk bagi kampanye kesehatan WHO. Tidak hanya soal dana, lembaga tersebut juga bakal diprediksi kelimpungan karena sangat bertumpu pada keahlian staf asal AS, terutama terkait penyebaran berbagai jenis baru influenza.
Sementara itu The New York Times melaporkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat akan kehilangan akses data global yang disediakan WHO.
Data ini sangat penting untuk mengidentifikasi penyakit dengan penyebaran global. AS diprediksi akan kesulitan meneliti penyakit karena tidak akan memiliki data yang cukup