
Komparatif.ID, Lhokseumawe— Tim peneliti dari Pusat Unggulan Material Bangunan dan Energi Rendah Emisi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung meluncurkan proyek pembangunan rumah ramah lingkungan bertajuk “Raflesia: Low Carbon Materials and Low Emission Housing.”
Dipimpin oleh Assoc. Prof. Dr. Eng. Beta Paramita, proyek ini mencakup pembangunan 11 unit rumah ramah energi yang tersebar di dua wilayah, yakni 3 unit di Aceh Timur dan 8 unit di Kota Lhokseumawe.
Proyek ini turut menggandeng para akademisi dari Universitas Malikussaleh, yaitu Dr. Atthaillah dan Dr. Eng. Muhammad Iqbal dari Program Studi Arsitektur. Sinergi antar perguruan tinggi ini untuk memperluas jangkauan implementasi arsitektur hijau yang sesuai dengan kondisi tropis lokal.
Dalam rangkaian kegiatan yang dilakukan, juga diselenggarakan kuliah tamu di Prodi Arsitektur Universitas Malikussaleh dengan tema “Cool Materials”, yang menyoroti inovasi material bangunan rendah karbon dan teknologi pendinginan pasif.
Baca juga: Ngaku Bisa Urus Rumah Bantuan, Pria di Pidie Raup Uang Hingga Rp1,5 M
Tema ini dinilai sangat relevan dengan kebutuhan kawasan tropis seperti Aceh yang memerlukan hunian hemat energi namun tetap nyaman ditinggali.
Untuk memastikan kelancaran di lapangan, proyek Raflesia didukung oleh Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) di masing-masing lokasi pembangunan.
Di Aceh Timur, fasilitator yang bertugas adalah Muhammad Dastur, sementara di Lhokseumawe adalah Nurul Akhyar. Peran keduanya sangat vital dalam menjembatani komunikasi antara tim pelaksana dan masyarakat, serta mendukung proses teknis pembangunan di lapangan.
Saat ini, proyek Raflesia yang digagas UPI Bandung masih dalam tahap seleksi calon penerima manfaat serta penandatanganan kontrak untuk dua program utamanya, yakni CPM Raflesia dan Kampung BeCool.
Proses tersebut berlangsung pada 9 hingga 11 April 2025 di Aceh Timur dan Lhokseumawe. Kegiatan ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat yang berharap besar terhadap proyek yang menjanjikan hunian tidak hanya layak dan sehat, tetapi juga hemat energi serta tangguh menghadapi tantangan perubahan iklim.
Para calon penerima manfaat menyambut dengan rasa syukur dan antusiasme tinggi. Mereka menilai proyek ini sebagai terobosan penting yang sangat dibutuhkan, terutama di tengah meningkatnya kesadaran akan pentingnya rumah yang mampu menjaga kenyamanan termal secara pasif tanpa bergantung pada energi listrik berlebih.
Tidak hanya masyarakat, dukungan juga datang dari pemerintah desa setempat yang berharap proyek Raflesia dapat menjadi model pemukiman percontohan yang bisa direplikasi di berbagai daerah lain di Aceh maupun di luar provinsi.