Komparatif.ID, Jakarta— United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menetapkan Hikayat Aceh, Pidato Soekarno ‘To Build the World Anew‘, dan Pertemuan Pertama Gerakan Non Blok sebagai Ingatan Kolektif Dunia (Memory of the World).
Penetapan Hikayat Aceh sebagai warisan budaya Dunia dilakukan pada Sidang Dewan Eksekutif ke-216 UNESCO di Paris pada 10-14 Mei 2023 lalu. Sementara penyerahan tiga sertifikat tersebut diserahkan kepada Kementerian Luar Negeri (Kemenlu RI) di Gedung Utama Kementerian Luar Negeri, Pejambon, Jakarta Pusat, Senin (3/7/2023).
Pengakuan ini menjadi bukti nyata akan keunggulan Indonesia dalam diplomasi budaya internasional. Dengan ditetapkannya tiga arsip bersejarah ini sebagai Ingatan Kolektif Dunia, Indonesia berhasil memperkenalkan nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam dokumen-dokumen tersebut kepada dunia.
Selain itu, penghargaan ini juga memperkuat posisi Indonesia dalam upaya pelestarian dan promosi kekayaan budaya serta sejarah nasional dan dunia.
Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah pengakuan UNESCO juga bagian dari diplomasi budaya, serta merawat sejarah untuk generasi selanjutnya.
Baca juga: Teungku Muntazar, Penjaga Literasi Quran di Tepi Krueng Peusangan
“Perlu diingat juga bahwa penetapan ini bukan merupakan tujuan akhir, melainkan bagian dari langkah bersama untuk menjaga nilai sejarah kita hingga generasi-generasi yang akan datang. Semoga penetapan ini menjadi keberlanjutan pengakuan UNESCO atas hal penting lainnya di Indonesia,” ujar Teuku Faizasyah.
Sertifikat penghargaan diterima langsung oleh Teuku Faizasyah yang diserahkan oleh Wakil Tetap Indonesia di UNESCO, Ismunandar. Momen bersejarah ini menjadi bukti nyata dari kerja keras, dedikasi, serta sinergi antara para ahli, pemerintah, dan masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan arsip dokumenter Indonesia.
Teuku Faizasyah mengharapkan pengakuan ini menjadi inspirasi bagi seluruh pihak di Indonesia untuk terus melindungi dan memelihara arsip-arsip bersejarah yang berharga. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi, termasuk kepada UNESCO, dalam proses penilaian dan penentuan Ingatan Kolektif Dunia.
Keberhasilan ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam melindungi warisan budaya nasional serta memberikan kontribusi yang berarti bagi peradaban dunia.
Penetapan serta penyerahan tiga sertifikat ini menjadikan Indonesia memiliki 11 dari total 496 dokumen Ingatan Kolektif Dunia yang telah ditetapkan UNESCO. Delapan lainnya adalah Arsip VOC, Arsip Konferensi Asia Afrika, Babad Diponegoro, Arsip Konservasi Borobudur, Arsip Tsunami, Lagaligo, Negarakertagama, Cerita Panji.
Selain penetapan tiga arsip dokumen tersebut, UNESCO juga menetapkan empat geopark Indonesia yaitu Ijen Geopark, Maros Pangkep Geopark, Merangin Geopark dan Raja Ampat Geopark sebagai UNESCO Global Geopark dalam Sidang Dewan Eksekutif UNESCO ke 216 yang berlangsung pada 10-24 Mei 2023.
Dengan adanya tambahan empat geopark baru ini, Indonesia memiliki 10 dari total 195 UNESCO Geopark di dunia, 6 lainnya adalah Batur, Gunung Sewu, Ciletuh, Rinjani – Lombok, Toba, dan Belitong.