Euro 2024 akan memasuki babak 8 besar. Di antara duel yang tersaji adalah Türkiye vs Belanda. Negara yang pimpin Recep Tayyip Erdoğan menjadi salah satu cerita menarik di Euro 2024 selain Albania.
Sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Türkiye dan Albania tentu menggunakan kesempatan ini untuk menunjukkan eksistensi agama Islam kepada dunia.
Sebagai seorang muslim, kita patut berbangga dengan prestasi yang dicapai oleh timnas muslim. Walaupun lebih dikenal sebagai negara sekuler karena konstitusinya menganut kebebasan beragama. Namun, penduduknya mayoritas beragama muslim.
Sementara Albania menjadi satu-satunya negara Eropa yang terdaftar sebagai anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Namun berbanding terbalik, perjalanan Albania di Euro 2024 harus terhenti di fase grup.
Sepakbola Produk Peradaban
Permainan sepakbola bukan sekadar produk latihan fisik dan teknik, tetapi juga produk peradaban. Permainan sepakbola tidak hanya perjuangan 11 orang memperebutkan bola di lapangan yang ditonton ribuan orang, tetapi dibalik itu membawa banyak cerita. Ada ambisi, semangat juang, perjuangan, kebersamaan dan nasionalisme.
Dalam setiap perhelatan sepakbola, labelisasi agama takkan bisa dihindari, seperti kaitan histori, perang ideologi antarnegara, persaingan negara tetangga, dan lain-lain. Sebagai contoh, duel panas Iran vs Amerika Serikat pada Piala Dunia 2022 yang sarat dengan muatan politis.
Urusan bola dan agama memang beda. Tapi sulit memisahkan keduanya, sebab faktor-faktor tertentu akan terus merekatkan keduanya.
Lihatlah para suporter dari negara-negara Eropa seperti Inggris, Italia, Spanyol, Swedia, dan lainnya yang seringkali menggunakan simbol agama (perang salib) saat mendukung timnya pada setiap perhelatan sepakbola.
Teranyar, tim sepakbola Maroko yang mampu menembus babak empat besar di Piala Dunia Qatar 2022 selalu membawa identitas negara Muslim. Mereka kerap mengibarkan ‘bendera’ Islam di Piala Dunia 2022.
Menoleh kebelakang, Türkiye pernah mencetak sejarah sebagai negara Muslim pertama yang berhasil lolos ke semifinal Piala Dunia 2002 di Korea-Jepang. Bahkan, generasi emas yang dipimpin Hakan Sukur dan dilatih oleh Fatih Terim saat itu mampu finish di peringkat ketiga.
Sebagai seorang muslim, kita patut berbangga dengan prestasi yang dicapai oleh timnas muslim. Umat Islam makin berbangga, manakala prestasi besar berhasil ditorehkan salah satu negara muslim.
Membawa identitas Islam dalam pertandingan olahraga akan lebih indah daripada membawa identitas “pelangi” yang memicu berbagai fitnah.
Baca juga: Presiden Turkiye Undang Qari Aceh ke Masjid Istana Negara
Menyamai 2018
Panggung kejuaraan Eropa bukanlah tempat yang asing bagi Timnas Türkiye. Dengan lima penampilan sebelumnya pada 1996, 2000, 2008, 2016, dan 2020, mereka telah menorehkan jejak dalam sejarah turnamen ini. Bahkan pada 2008 mereka mencapai semifinal pertamanya.
Meski bukan unggulan, tapi harus diakui bahwa Türkiye telah menjadi salah satu tim yang memainkan sepak bola menarik di Euro 2024 ini.
Bahkan sepak bola mereka lebih menyenangkan untuk disaksikan daripada para favorit turnamen seperti Inggris dan Prancis yang masih memainkan sepak bola cukup membosankan dan cukup beruntung karena tertolong oleh bakat dalam skuad.
Di babak 16 besar lalu, Türkiye secara mengejutkan berhasil menyingkirkan tim yang mengalahkan Belanda di fase grup, yakni Austria dengan skor 2-1.
Menghadapi Türkiye, Belanda tentu diunggulkan untuk meraih kenangan dan melaju ke semifinal Euro 2024.Di sisi lain, mereka juga membidik semifinal euro pertama mereka sejak 2008 lalu.
Ada sejumlah pemain menarik dalam skuad Türkiye yang sekarang. Ada Penjaga Gawang Altay Bayindir (Manchester United), Salih Özcan (Dortmund), Arda Güler (Real Madrid), Kenan Yildiz (Juventus) hingga Hakan Calhanoglu, pemain penting dalam perjalanan Inter Milan menjuarai Serie A 2023/2024 lalu. Sebagai muslim, saya tetap berharap Türkiye mampu mengalahkan Belanda.
Efek Bergabung Ke UEFA
Melansir Quora.com.id, pada kualifikasi Piala Dunia 1958, Türkiye sempat dimasukkan dalam zona Asia oleh FIFA. Hal itu lantaran Türkiye belum masuk dalam konfederasi mana pun. Namun, Türkiye akhirnya resmi menjadi bagian dari UEFA sejak tahun 1962.
Kecondongan Türkiye ke Eropa secara politik dan budaya itulah yang kemudian membuat sepak bola Türkiye juga lebih cenderung mengarah ke Eropa.
Faktor historis dan keinginan untuk berkembang lebih baik dan aspirasi untuk lebih berprestasi di sepak bola internasional adalah alasan federasi sepak bola Türkiye memutuskan bergabung dengan UEFA pada tahun 1962 sampai dengan sekarang.
Karena ketatnya persaingan kualifikasi Piala Dunia zona UEFA daripada zone AFC, maka peluang Türkiye untuk lolos Piala Dunia lebih kecil. Tercatat sampai saat ini Türkiye baru dua kali tampil di Piala Dunia, yakni pada tahun 1954 dan 2002.
Hal ini tentu masih kalah pengalaman dengan Jepang dan Korsel di zone AFC, yang “pelanggan” Piala Dunia dan Piala Asia.
Seandainya Türkiye bergabung dengan AFC, bukan tidak mungkin mereka dapat menjadi jawara di Asia dan mampu bersaing dengan raksasa Asia yang lain seperti Jepang, Iran atau Korea Selatan. Meraka juga punya kans besar tampil di Piala Dunia jika berada di Asia.
Hal positifnya, bergabung dengan UEFA telah menaikkan standar sepak bola Türkiye di atas sepak bola Asia. Terbukti mereka mampu juara ketiga Piala Dunia 2002 dan menjadi semifinalis Piala Eropa 2008. Sementara klub Liga Süper Lig, Galatasaray menjuarai Piala UEFA dan memenangi Piala Super Eropa tahun 2000.
Memang, tim-tim sepakbola Eropa sejauh ini demikian unggul dibandingkan dari benua lain. Tidak dipungkiri peradaban Eropa lebih maju dalam banyak bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan.