
Tek Dang, Apa Budan, dan Killa the Phia, mewarnai jagad medsos Aceh dengan kilauan karisma, tanpa meruntuhkan martabat. Bila Tek Dang dan Apa Budan berkreasi di level gampong, Killa the Phia menghentak panggung internasional.
Tek Dang dari Bakongan, Aceh Selatan, selalu heboh kalau lagi karaokean di rumah pesta di kampungnya. Perempuan lansia itu selalu membawakan lagu-lagu Bob Rezal yang berirama Pop Melayu.
Baca: Usai Darwati “Pergi”, Irwandi “Menggalau”
Tek Dang bukan sekadar menyanyi. Tapi benar-benar mampu mendendangkan lagu Bob Rezal dengan sangat baik. Suaranya empuk, menghadirkan kelezatan tersendiri.
Para penonton di sekelilingya sangat bahagia, menikmati alunan suara Tek Dang yang sudah berusia senja. Tek Dang pun sangat menghayati, layaknya penyanyi profesional, tak ada nada fals, padahal lagu-lagu Alm Bob Rezal butuh konsentrasi dan betul-betul harus dihayati saat dibawakan.
Terlihat di beberapa video, Tek Dang, santai saja seperti tidak ada beban.
Minggu ini juga alam maya Aceh heboh dengan video seorang pria yang tak lagi muda, berkulit gelap, giginya tak lagi lengkap, seolah “geukap mic” saat membawakan beberapa lagu ciptaannya di sebuah rangkang dengan gitar kopong, yang direkam dengan hp oleh beberapa anak muda.
Beberapa anak muda yang menonton langsung, nampak terhipnotis dengan gaya permainan gitar dan vokal Apa Budan dari Krueng Geukueh, Dewantara Aceh Utara, beberapa pengguna media sosial juga me-repost ulang videonya.
Apa Budan sangat lihai memetik senar gitar kopong. Suaranya empuk. Syair lagunya menarik.
Killa The Phia sebuah band beraliran metalcore, juga sedang heboh, mereka sedang tampil di acara Wacken Open Air (WOA) Festival 2024 di Jerman.
Bukan cilèt-cilèt, Wacken Open Air adalah festival musik heavy metal yang diadakan setiap tahun sejak tahun 1990, diselenggarakan pada bulan Agustus di Desa Wacken, Schleswig-Holstein, Jerman.
Saat ini merupakan salah satu festival musik metal terbesar di dunia, juga sebagai salah satu festival musik terbuka terbesar di Jerman.
Festival ini menampilkan band-band terkemuka dan dihadiri oleh ribuan penggemar musik metal dari seluruh penjuru dunia.
Karena masa pandemi, penyelenggaraan festival W:O:A tahun 2020 dan 2021, resmi ditiadakan dan festival musik cadas ini dijadwalkan untuk kembali digelar pada 2022, dan pada tahun 2024 ini Killa the Phia mewakili Indonesia di festival akbar tersebut setelah lolos nominasi nasional yang diadakan di Bandung.
Killa the Phia sebelumnya pada sebuah festival yang mereka ikuti pernah diledekin sama Ahmad Dhani. Bukan Aceh namanya kalau menyerah. Killa the Phia telah membuktikan akhirnya mereka jithè lé kafé.
Di beberapa video yang di-share di media sosial beberapa personil menggunakan baju etnik Aceh, Gayo dan memperkenalkan alat musik tradisional Aceh (seureunè kalé dan rapai). Sebuah upaya mempromosikan Aceh bak mata donya.
Kiranya Aceh selalu punya duta untuk hal-hal baik. Kita tidak kekurangan talenta. Kita punya banyak sumber daya; dari muda hingga lansia. Hanya saja, mereka terpencar dan bergerak alamiah. Ada yang sekadar berkreasi mengisi waktu luang, ada yang serius untuk jalan hidup.
Saya tidak tahu apakah Pemerintah Aceh memberi apresiasi untuk yang punya kemampuan. Saya tidak tahu. Buktinya sampai sekarang scouting talent tak pernah benar-benar ada di Aceh, meski kegiatan promosi kebudayaan berbasis pemerintah tak pernah berhenti digelar.
Kemana arah pemerintah bergerak? Saya tidak tahu. Sudah berkali-kali pemilihan umum, nyaris sedikit yang berubah.
Konon saat ini, jelang pemilu raya. Pemerintah juga disibukkan dengan persiapan Pekan Olahraga Nasional (PON) yang sudah di ambang pintu.
Promosi para bakal calon kandidat kepala daerah pun masih terlihat purba. Hanya di baliho dengan janji muluk.
Di sisi lain, segala hal-hal blunder yang pernah dilakukan bakal kandidat di masa lalu, diketengahkan kembali. Video-video lama didaur ulang lagi dan di-share.
Saya bingung, meskipun sudah akhir 2014, model kampanye politik masih banyak yang purba. Mungkin ini tim kreatif yang kurang kreatif. Atau? Ah sudahlah.
Mungkin, supaya daya tahan tubuh tetap baik, perlulah kita menonton aksi Tek Dang dan Apa Budan, meski sangat tradisional, tapi mampu menghadirkan hiburan yang asyik, bermarwah, dan dapat menjadi obat di tengah ketidakpastian gerak ekonomi Aceh.