Komparatif.ID, Tapaktuan–Suwarti, warga Kecamatan Samadua, Kabupaten Aceh Selatan berhasil menciptakan produk nata de coco dengan bahan alami.
Ia menceritakan pengalamannya mencari resep nata de coco. Suwarti pernah ikut pelatihan pembuatan nata de coco yang diadakan oleh pemerintah kabupaten setempat namun hasilnya belum maksimal. Untuk itu ia mencari resep sampai ke Sumatera Utara dan berselancar secara daring di YouTube untuk mencari resep yang pas.
Baca juga: Terasi Awai Na Langsa Ikut Tong Tong Fair di Belanda
“Awalnya saya ditawarkan menggunakan bahan kimia ZA untuk membuat nata de coco. Namun karena bahan kimia ini ternyata berbahaya, saya coba pakai gelatin. Karena takut produk saya dianggap tidak halal karena gelatin dikira bersumber dari babi, akhirnya saya memakai sari tauge sebagai pengawet alami, jelas Suwarti, Senin (14/11/2022).
Produk nata de coco yang ia beri nama K’ War Na Coco ini telah terdaftar memiliki hak paten Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) karena resep nata de coco alami ini benar-benar hasil inovasi Suwarti berkat eksperimennya yang cukup lama. Produk ini juga sudah berlabel halal.
Untuk saat ini produknya masih dipasarkan terbatas secara online dan belum dipasarkan ke pasar tradisional. Suwarti mengaku menerima orderan dari Banda Aceh, Meulaboh, Langsa dan Kota Medan.
“Sebagian pembeli mengatakan ada yang batuk-batuk bahkan sesak napas setelah makan nata de coco. Tapi mereka bilang setelah makan nata de coco saya, aman-aman saja,” terang Suwarti menjelaskan keunggulan produk alaminya yang tanpa bahan pengawet.
Untuk sementara produksi nata de coco K’ War Na Coco masih terbatas. Ia mengaku di rumahnya hanya punya dua buah kulkas untuk menyimpan produk.
Omzet produknya sendiri masih naik turun. Ada kalanya sepi dan ada kalanya pesanan meningkat, khususnya pesanan untuk acara resepsi pernikahan.
Pada bulan Ramadhan dan menjelang Idulfitri, Suwarti menerima pesanan dalam jumlah besar. Pada momen hari besar ini ia bisa memproduksi nata de coco sampai 200 kilogram.
Nata de coco adalah produk makanan olahan menggunakan bahan dasar air kelapa. Diproses sedemikian rupa hingga membentuk mirip jelly dengan warna transparan. Dijadikan campuran pada minuman seperti es buah dan lainnya.
“Kebetulan di daerah kami banyak pohon kelapa. Air kelapa bahkan dibuang. Karena itu saya coba mengolah bahan yang dibuang ini menjadi produk yang bernilai,” pungkas Suwarti.