Survei Bravo Fanta Institute Sangat Ilmiah

Survei Bravo Fanta Institute Sangat Ilmiah Mantan Direktur Koalisi NGO HAM Aceh, Zulfikar Muhammad. Foto: HO for Komparatif.ID.
Mantan Direktur Koalisi NGO HAM Aceh, Zulfikar Muhammad. Foto: HO for Komparatif.ID.

Komparatif.ID, Banda Aceh– Hasil survei Bravo Fanta Institute (BFI) yang dirilis baru-baru ini, sangat ilmiah. Pernyataannya tersebut disampaikan oleh Zulfikar Muhammad, mantan Direktur Koalisi NGO HAM Aceh.

Kepada Komparatif.ID, Senin (7/10/2024) Zulfikar Muhammad mengatakan ia telah membaca secara utuh hasil survei Bravo Fanta Institute yang di dalam jajak pendapat terbaru tersebut elektabilitas Bustami Hamzah dan Fadhil Rahmi lebih tinggi ketimbang Muzakir Manaf-Fadhlullah.

“Saya sudah membaca keseluruhan survei. Bukan sekadar diagram batangnya. Baik metode, hasil temuan, lokus, dan persentase warga yang disurvei, menunjukkan bahwa BFI telah bekerja secara profesional. Ini riset penting dan menjadi pegangan bagi siapa saja yang mengedepankan ilmu pengetahuan,” kata Zulfikar Muhammad.

Dia mencontohkan, alasan keterpilihan Bustami Hamzah-Fadhil Rahmi karena diterima oleh kalangan cendekiawan kampus. Ini bukan hal mengada-ada. Pihak intelektual di kampus sudah lama menginginkan pemimpin Aceh memiliki standar pengetahuan dan gagasan.

Baca juga: Elektabilitas Bustami-Fadhil Rahmi Meroket, Muslim Ayub: Kompetensi Mereka Terbukti

Alasan tersebut diperkuat oleh jumlah sampel yang diambil. Di daerah-daerah tertentu seperti Banda Aceh, Aceh Besar, dan Aceh Utara, sampelnya diambil hingga 11 persen. Di tiga daerah tersebut merupakan pusatnya perguruan tinggi. Artinya banyak cendekiawan di sana. Termasuk banyak mahasiswa yang merupakan bagian tak terpisahkan dari para intelektual muda.

“Di dalam survei juga ditemukan fakta bahwa Bustami Hamzah dipercaya publik sebagai perpanjangan tangan dan pelaksana cita-cita kebaikan dan perbaikan yang digaungkan oleh allahyarham Teungku H. Muhammad Yusuf A. Wahab (Tu Sop),” kata Zulfikar.

Apa landasan pendapat tersebut? Karena di dalam hasil survei Bravo Fanta Institute, muncul faktor keterpilihan karena didukung oleh agamawan secara mayoritas.

Demikian juga faktor ketidakterpilihan, Bustami Hamzah bukan dari kalangan perjuangan, ia tidak berlatar belakang GAM.

Zulfikar Muhammad juga menjelaskan, Bravo Fanta Institute yang beralamat di Menteng, Jakarta Pusat, menemukan banyak pemilih tidak memilih Mualem (Muzakir Manaf) karena khawatir bila terpilih akan diperlakukan seperti Irwandi Yusuf oleh Pemerintah Pusat.

“Dari hasil survei tersebut juga dapat dibaca, rakyat lebih tidak memilih Mualem supaya tidak dikorbankan oleh Pusat. Padahal Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara kan sangat kental dengan perjuangan GAM.

“Tapi mereka lebih memilih tidak memilih mualem karena takut Mualem akan dikorbankan,” katanya.

Dibandingkan dengan survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada pertengahan Juli 2024 lalu, hasil ini menunjukkan lonjakan tinggi elektabilitas Bustami.

Pada survei LSI yang dilakukan sebelum Bustami Hamzah memilih wakil, elektabilitas Mualem berada di angka 41,3 persen, sementara Bustami hanya memperoleh 13,2 persen.

Namun, survei tersebut juga mencatat bahwa 45,6 persen responden masih belum menentukan pilihan atau tidak memberikan jawaban. Setelah memilih M. Fadhil Rahmi sebagai wakil, elektabilitas Bustami langsung melonjak tajam menjadi 52,08 persen.

Sebaliknya, elektabilitas Mualem yang sudah memilih Fadhlullah sebagai calon wakilnya tetap stagnan di angka 41 persen. Perubahan ini menunjukkan strategi Bustami memilih wakilnya sangat efektif meningkatkan daya tariknya di mata pemilih.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here