Sungai Gangga, Disembah Sekaligus Dihina

Gangga
Seorang lelaki India sedang meminum air Gangga yang telah tercemar limbah ragam sampah. Foto: ShutterStock.

Shakh Rukh Khan yang berperan sebagai bernama Surinder “Suni” Sahni dalam sinema Rab Ne Bana Di Jodi melangkah dari tepi Sungai Gangga setelah berdoa. Ia berjalan dengan penuh keyakinan. Tiba-tiba di mata istrinya– Taania Gupta (Anushka Sharma) yang tak pernah mencintainya, Suni terlihat sangat berkarisma. Ia seperti dewa yang sangat karismatik. Dari sana secara perlahan cinta mulai tumbuh kepada pria jangkung karyawan  di kantor PLN di kota kecil tempat mereka bermukim. 

Industri film Bollywood seringkali memasukkan Gangga dalam scene, sebagai pengambaran sekaligus kampanye kebudayaan dan keyakinan tentang istimewanya sungai yang memiliki debit sekitar 16.650 m 3 /s (588.000 cu ft/s) per tahun. 

Sungai Gangga merupakan aliran air yang istimewa dalam kepercayaan pemeluk Hindu di India. Sungai tersebut dipercaya dapat menghapus dosa manusia. Sekaligus dapat menghadirkan kesuburan. Pantas saja, setiap hari 10 juta orang mandi di sungai yang dipercaya sebagai dewi oleh pemeluk Hindu. Demikian juga abu-abu jenazah, dilarung ke dalam sungai supaya arwahnya tidak mendapatkan kendala kembali ke nirwana. 

Baca: Derita Janda India; Tak Pantas Hidup & Diusir dari Keluarga

Berhulu di Himalaya, Gangga mengalir sepanjang 2.700 kilometer dan berakhir di Teluk Benggala di utara India dan Bangladesh. Sebagai sesuatu yang ditempatkan istimewa dalam kepercayaan Hindu, tapi sungai yang juga dikenal dengan sebutan Jahnavi tak mendapatkan perlakuan istimewa dari pemeluk Hindu yang mayoritas di India. 

Sepanjang tahun tepian Gangga menjadi tempat pembakaran mayat pemeluk hindu yang dikremasi. Abu jenazah yang dibakar di sana–bahkan dari tempat-tempat lain, dilarung ke sungai. Harapannya hanya satu, supaya dosa si mati diampuni dewa dan dimudahkan masuk ke surga. 

Kota Suci Varanasi di negara Bagian Uttar Pradesh merupakan salah satu tempat pembakaran jenazah paling terkenal di negara yang saat ini dipimpin oleh Narendra Modi yang juga pemimpin Partai Bharatiya Janata. Partai tersebut merupakan organisasi politik yang paling anti Islam di India saat ini. 

Kremasi seakan-akan terdengar mudah dan murah. Ketika kematian akibat Covid-19 melonjak, biayanya mencapai 15.000 rupee atau setara 210 dolar. Sekitar Rp2,935.000  (kurs pada Minggu, 7 Mei 2023). Harga yang sangat mahal bagi penduduk miskin di negara yang pemerintahnya sangat rasis terhadap Islam. Jumlah penduduk miskin di Bharat menyumbang 60% kemiskinan dunia pada 202p. Demikian data proteksi PEW Research Center menyebutkan angka itu menyumbang hampir 60 %. Total penduduk India yang hidup miskin pada Mei 2021 berjumlah 230 juta.

Kemiskinan membuat penduduk bertindak arogan terhadap Gangga. Dengan kepercayaan bahwa sungai tersebut dapat menghapus dosa, mereka beramai-ramai “menguburkan” jasad keluarganya ke dalam sungai tanpa dikremasi. Potongan-potongan jenazah sering ditemukan mengambang di permukaan sungai. 

Selain limbah jenazah, sungai tersebut setiap tahunnya menampung secara terpaksa 115.000 ton sampah plastik yang dibuang penduduk. 

Jutaan liter limbah, bersama dengan logam berat, pestisida pertanian, tubuh manusia dan bangkai hewan, dibuang ke Sungai Gangga setiap hari. Genk-genk kriminal menambang pasir secara ilegal dan besar-besaran. Kondisi tersebut membuat Gangga Ma (Ibu Gangga) menjadi salah satu sungai paling tercemar di dunia. 

Namun, laiknya ibu, Bhagirathi tetap menerima semua perlakuan buruk. Meskipun sesekali meluapkan kemarahan melalui banjir, tapi tak sedikitpun mengurangi cintanya kepada India. Ibu yang selalu memberi tak berharap kembali, bagai sang surya menyinari dunia.

Disadur dari CNN, CNBC, Kompas, PEW Research, sodhatravel, Kumparan. 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here