Sejarah Orang Aceh Mulai Makan Jeroan Sapi

Jeroan
Di masa lalu, orang Aceh tidak memakan jeroan binatang sembelihan. Baru tahun 1960-an setelah orang Padang semakin ramai merantau, kebiasaan itu dimulai. Demikian cerita sejumlah sumber. Foto: Cookpad. com

Orang Aceh tidak mengonsumsi jeroan binatang di masa lalu. Setiap memotong hewan, yang diambil hanya daging dan tulang.

Orang Aceh di masa lampau tidak memakan limpa, hati, paru-paru, usus, dan babat. Apalagi kikil. Sedangkan kulit dijadikan bahan untuk membuat rebana, dan alat bunyi sejenisnya.

Dari informasi yang dikumpulkan Komparatif.ID, orang Aceh tempo dulu jijik mengonsumsi bagian dalam binatang. Sehingga kuliner Aceh yang sangat beragam, tidak satupun yang berisi jeroan.

Baca: Makanan Orang Aceh Tempo Dulu

Bagian hewan yang diambil hanya daging, tulang, dan lemak. Selain seluruh bagian di kepala seperti lidah, dan juga otak.

Orang Aceh enggan memakan asoe dalam hewan, karena meniru Rasulullah Muhammad SAW, yang tidak mengonsumsi selain daging. Meski demikian Rasulullah tidak mengharamkannya.

Baca: Berbuka Puasa Dengan Kanji Rumbi Racikan Sukma Hayati

Di masa lalu, kuliner Aceh seperti kuah beulangong, masak mirah, masak puteh, kuah chamchum, kuah sie kameng, dan sebagainya, hanya bermateri daging dan lemak serta tulang-tulang tertentu.

Namun pada akhir 1960-an, seiring banyaknya perantau asal Sumatra Barat yang merantau ke Aceh, secara perlahan tradisi menanam jeroan dan hanya memasak daging, tulang, dan lemak, berubah.

Menurut sejumlah sumber, orang Padang (Sumatra Barat) yang mengubah cara pandang orang Aceh terhadap jeroan.

Setiap kali ada pemotongan hewan, bila ada orang Padang, mereka meminta isi dalam supaya tidak dibuang. Kepada orang Aceh mereka mengatakan di Padang jeroan merupakan hidangan nan lezat. Sembari tersenyum-senyum, orang Aceh memberikannya.

Sebagai bentuk terima kasih, setelah dimasak kari, kemudian ditaruh dalam rantang dan diantar ke orang yang memberikan mereka jeroan.

Babat rendang, gulai usus sapi, gulai babat, dan berbagai macam lainnya, satu persatu diperkenalkan. Setelah dicicipi, ternyata rasanya enak, dan tidak berbau.

Setelah diketahui secara umum, akhirnya setiap menyembelih sapi, kerbau, kambing, domba, yang dibuang hanya tahinya saja. Selebihnya diolah kembali untuk makanan dan lain-lain.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here