Renovasi Masjid Besar Peusangan, Mukhlis Sempat Dituding Tentara Abrahah

masjid Besar Peusangan
Ketua Pembangunan Masjid Besar Peusangan H. Mukhlis,A.Md., Rabu malam (26/4/2023) saat berbicara pada acara halal bihalal masyarakat Peusangan. Foto: Ho for Komparatif.ID.

Komparatif.ID, BireuenMasjid Besar Peusangan, yang dibangun pada 1972, telah mencapai usia 50 tahun pada 2023. Lima tahun lalu, masjid tersebut mulai direnovasi besar-besaran karena bangunan tersebut mulai bocor di mana-mana. Namun langkah awal memulai pembangunannya tidak mudah.

Demikian disampaikan oleh Ketua Pembangunan Masjid Besar Peusangan H. Mukhlis,A.Md, yang juga Direktur Utama PT Takabeya Perkasa Group, Rabu (26/4/2023) malam, pada halal bihalal masyarakat Peusangan Raya yang digelar di masjid tersebut. Ajang silaturahmi tersebut dihadiri ratusan tokoh Peusangan Raya dari dalam dan luar daerah.

Sejak dibangun pada 1972, Masjid Besar Peusangan merupakan rumah ibadah umat Islam terbaik kedua di Aceh setelah Masjid Raya Baiturahman, Banda Aceh. Rombongan jamaah calon haji dan jamaah haji pantai utara dan timur Aceh, seringkali menjadikan masjid kebangaan rakyat Peusangan sebagai tempat beristirahat sembali melaksanakan salat dalam perjalanan.

Baca: Masjid Jin Samalanga, Cagar Budaya Karya Ulama

Ide renovasi Masjid Besar Peusangan yang sudah muncul beberapa tahun sebelum Pilkada Bireuen 2017, mulai difinalkan setelah H. Saifannur terpilih sebagai Bupati Bireuen. Setelah melalui musyawarah, dipilihlah H. Mukhlis sebagai Ketua Umum Pembangunan Masjid Besar Peusangan. Saat ditunjuk, ia tidak sedang berada di Bireuen.

“Namun karena ini sebuah kehormatan, maka saya bersedia memikulnya. Meski saya tahu bahwa membangun masjid ini tidak mudah. Tapi bismillah saja,” sebut H. Mukhlis, yang merupakan Ketua DPD II Partai Golkar Bireuen.

Meski kas masjid hanya Rp400 juta, ditambah sedekah H. Mukhlis Rp1 miliar, maka modal awal Rp1,4 miliar. Ketua panitia berkomitmen pembangunan masjid tersebut tidak akan menuai kendala. Maklum, saat itu Bupati Bireuen H. Saifannur merupakan putera Peusangan. Ia berkomitmen membantu secara maksimal. Demikian juga Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, yang juga putra Aceh kelahiran Peusangan. Keduanya berkomitmen membantu dengan menganggarkan dana di APBD.

Namun dalam perjalanan, H. Saifannur meninggal dunia, dan Irwandi menghadapi masalah hukum yang menyebabkan rencana membantu pembangunan masjid itu tidak dapat dilaksanakan. Mukhlis dan panitia sempat menghela nafas panjang. Namun mereka tetap go on.

Mukhlis mengatakan, anggaran yang dibutuhkan Rp100 miliar. Dana yang ada hingga saat ini 36 miliar rupiah. Sedangkan anggaran yang sudah dihabiskan Rp37 miliar.

“Saat ini panitia berutang Rp1 miliar,” sebut H. Mukhlis di hadapan ratusan tokoh yang hadir.

Dituding Tentara Abrahah

Ketika memulai renovasi besar-besaran Masjid Besar Peusangan, berbagai kritik ditujukan kepada Mukhlis dan panitia pembangunan. Mereka dituding sebagai tentara Abrahah. Tamsilan tersebut sangat menyakitkan, karena pasukan Abrahah merupakan tentara yang menyerang Mekkah dan bermaksud menghancurkan Kabah dengan tujuan memidahkannya ke kampung halaman sang raja. Peristiwa itu diabadikan di dalam Alquran surat ke 105; Al-Fil,yang berjumlah lima ayat.

Namun setelah berkonsultasi dengan Teungku H. Muhammad Amin (Tu Min) Blangblahdeh, panitia dapat melanjutkan ide renovasi besar-besaran. Meski secara jamaah masih dapat ditampung, namun karena kondisi bangunan yang mulai bocor di sana-sini akibat penciutan kualitas karena usia bangunan, Tu Min memberikan restu. Bahkan sang ulama sendiri yang melakukan peletakan batu pertama.

“Aceh merupakan daerah yang sering gempa. Sehingga daya tahan bangunan akan lebih cepat degradasi. Sebelum runtuh dengan sendirinya yang mengancam keselamatan jamaah, maka harus secepatnya dibenahi. Abu Tu sepakat dan merestui. Menurut beliau berarti Masjid Besar Peusangan telah waktunya minta dirinya dibangun ulang,” sebut Mukhlis.

Pada kesempatan itu H. Yusri, yang merupakan salah satu tokoh Peusangan, ikut memberikan kesaksian tentang dukungan Tu Min Blangblahdeh untuk pembangunan masjid kebanggaan rakyat tersebut.

Pada kesempatan itu, ia mengimbau supaya seluruh stakeholder Peusangan Raya—Kecamatan Peusangan, Peusangan Selatan, Peusangan Siblah Krueng, dan Jangka—memberikan dukungan maksimal untuk pendanaan.

Pembangunan Masjid Besar Peusangan Tak Boleh Berhenti

Mukhlis Takabeya menyebutkan meski anggaran telah minus, dan panitia telah terutang Rp1 miliar, akan tetapi pembangunan masjid tersebut tidak boleh berhenti. Dia bersyukur berkat dukungan banyak pihak, sampai saat ini pelaksanaan pembangunan tidak memiliki kendala.

Meski berat, Mukhlis mengatakan dia sangat menikmati melaksanakan tugasnya sebagai ketua pembangunan. Karena membangun masjid merupakan bagian dari memperkuat peradaban Islam.

Pembangunan yang paling menantang adalah membuat kubah masjid yang lebarnya 400 meter dan tingginya 7 meter. Kubah yang merupakan kombinasi kubahnya Taj Mahal dan masjid-masjid di Timur Tengah, dibangun dengan bahan terbaik yang ada saat ini yaitu enamel.

“Enamel merupakan campuran baja dan zincalume. Terbaik saat ini. Kontraktor pembuat kubah masjid kita yang model bawang ini, berasal dari Kediri, Jawa Timur. mereka merupakan yang terbaik dengan pengalaman sampai ke China,” sebut Mukhlis.

Salah satu masalah besar dalam perawatan masjid adalah seringnya bocor di bagian kubah. Hal itu yang menjadi alasan utama dipilihnya enamel sebagai pelapis kubah. “Kita daerah gempa, maka tak kami pilih bahan beton. Selain lebih berbahaya, juga mudah retak. Bahan lainnya juga tak kami pilih karena alasan mudah bocor,” sebutnya.

Mukhlis juga mengatakan, dengan perkembangan laju ekonomi, serta semakin lamanya masa pembangunan, diperkirakan dana yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masjid tersebut Rp120 miliar.

Ia juga mengatakan berkat pengalaman bekerja di bidang kontruksi, panitia pembangunan dapat meminimalisir pengeluaran. Hingga saat ini anggaran yang diserap dapat diirit hingga 8%.

Putra Cut Hasan tersebut menyebutkan bila tidak ada aral melintang, sebelum Iduladha 1444 Hijriah, masyarakat sudah dapat salat di bawah naungan kubah raksasa Masjid Besar Peusangan.

Pada kesempatan itu perwakilan Ikatan Masyarakat Peusangan di Kota Lhokseumawe menyerahkan bantuan Rp21,5 juta.

Halal Bihalal Masyarakat Peusangan tersebut ikut dihadiri oleh Prof. Yusny Sabi, Prof. Sanusi, Rektor Universitas Almuslim Dr. Marwan Hamid, Rektor Institut Agama Islam Almuslim (IAIA, Imam Besar Masjid Ustad Muhammad Hafid, Dekan FISIP Umuslim Rahmad, Ketua IDI Bireuen dr. Zumirda, SpB., FISA., FINACS, anggota DPRK Bireuen Dapil II, dan para tokoh dari dalam dan luar Peusangan Raya. Kegiatan itu diketuai oleh H. Mukhlis Amus.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here