Rango merupakan film animasi produksi Nickelodeon dan Paramount yang meraih Academy Award (Piala Oscar) untuk Film Fitur Animasi Terbaik (Best Animated Feature) pada 2012. Film animasi ini mengangkat tema era Wild West. Sangat detail.
Saya tidak akan mengulas bagaimana kualitas lebih lanjut film tersebut. Karena Anda pasti sudah tahu, karena film animasi tersebut sudah tayang sangat lama, dan hampir semua kita pernah menontonnya.
Tapi sebagai pengantar, saya akan mencoba mengajak Anda bernostalgia sejenak tentang sosok Rango di film tersebut.
Awalnya Rango hanya kadal biasa. Hidup sebagai peliharaan seorang pria kelas menengah. Gara-gara sebuah insiden di jalan, ia terpental dari akuarium mini.
Dari sana petualangan demi petualangan penuh adrenalin dimulai. Kadal kota itu selalu diselimuti keberuntungan. Puncak kehebatannya kala ia berhasil memimpin hewan-hewan lemah lainnya, melawan ular derik.
Ular itu kalah karena terlalu meremehkan Rango. Kadal itu menang karena melawan penuh perhitungan. Ia menang karena siasat yang dibalut keberuntungan.
Saya tergelak tatkala scene Rango melarikan diri dari serangan elang. Pada scene tersebut jelas bila sang kadal berupaya lari, tapi bagi binatang kecil lainnya, ia seperti pahlawan yang sedang bercanda dengan maut. Rango jelas teusèt lidah bak jiplueng.
Rango berhasil bukan karena dia kuat. Dia tidak kuat fisiknya. Tapi ia memiliki pengetahuan yang bagus, memiliki kemampuan meyakinkan, serta tidak lari paling awal kala mendapati masalah besar. Bahkan ia dengan segenap hati bersedia menjadi bagian pelaku penyelesaian masalah.
Dalam mencapai tujuan, Rango tidak menumbalkan orang lain, ia justru menjadi “tumbal” yang beruntung. Ia tidak memiliki pengikut, tapi mampu menjadi sosok karismatik.
Baca juga: John Rockefeller, Kisah Kekuatan Sedekah Seorang Miliarder
Rango–berkat pengetahuannya serta didukung pengalaman– menjadi sosok banyak akal. Sangat berbeda dengan elang dan ular derik yang kuat tapi pongah. Elang dan ular derik mengandalkan bentuk tubuh dan kekuatan alamiah. Ditambah sombong dan kejam, membuat keduanya tenggelam dalam rasa keakuan yang tinggi. Itulah yang menyebabkan elang dan ular derik keok di “tangan” Rango yang bertubuh kecil, lemah fisik, tapi cerdik dan pekerja keras.
Rango bukan yang terkuat di komunitas padang pasir itu. Ia bahkan lemah. Tapi akhirnya menjadi sosok yang menyelesaikan masalah, karena ia memiliki tiga hal.
Pertama, kadung tersesat ke kota wild west itu. Kedua, ia karena pengetahuannya “terpaksa” mencari akal untuk menangani masalah. Ketiga, ia bersungguh-sungguh berjuang menyelesaikan masalah.
Bila ingin culas, kadal tersebut tentu punya kesempatan bekerja sama dengan ular derik yang antagonis. Ia bisa saja menjadi bagian bandit di kota mini itu. Menikmati kekuatan jahat untuk menikmati apapun yang dia inginkan.
Tapi kadal tersebut memiliki integritas. Ia tak mau menjadi bagian penjahat, meski binatang di sana umumnya kaum yang lemah dan mudah kehilangan semangat. Ia tak peduli betapa banyaknya kaum oportunis di tengah penjajahan. Baginya, melawan jauh lebih berguna ketimbang menyerah pada keadaan.
Akhirnya, ia berhasil mengumpulkan kekuatan komunitas yang lemah itu. Berkat kerja sama, mereka memenangkan pertarungan.
Bonusnya, ia berhasil menggaet hati kadal betina yang disukainya sejak pandangan pertama.