Komparatif.ID, Amsterdam— Raja Belanda, Willem-Alexander, secara resmi meminta maaf atas peran negaranya dalam perdagangan budak yang terjadi pada masa lalu. Dalam sebuah acara yang bertepatan dengan peringatan 160 tahun penghapusan perbudakan di Belanda.
Raja Willem-Alexander menggambarkan praktik tersebut sebagai “hal horor” dan mengakui bahwa keluarga kerajaan tidak melakukan tindakan apa pun untuk menghentikannya.
Belanda, sebagai kekuatan kolonial besar pada abad ke-17, menguasai wilayah di seluruh dunia, sementara pedagang budak Belanda diperkirakan telah memperdagangkan lebih dari 600.000 orang.
Baru-baru ini, sebuah studi mengungkapkan bahwa penguasa Belanda pada masa itu menerima jumlah setara dengan €545 juta (sekitar $595 juta) saat ini antara tahun 1675 dan 1770 dari koloni tempat perbudakan dilakukan.
Willem-Alexander mengakui bahwa keluarga kerajaan, termasuk dirinya, tidak mengambil langkah apapun untuk melawan perbudakan. Dalam permintaan maafnya, Raja menyatakan
“Hari ini, saya meminta maaf atas kurangnya tindakan yang sangat jelas,” ujar Willem-Alexander, Sabtu (1/7/2023).
Baca juga: Achmad Marzuki Usulkan 30 Nama Pj Bupati ke Kemendagri
Permintaan Maaf Keluarga Kerajaan
Dalam peringatan tahunan penghapusan perbudakan di Belanda. Willem-Alexander juga menyatakan bahwa sebagian besar warga Belanda mendukung perjuangan untuk kesetaraan bagi semua orang, tanpa memandang warna kulit atau latar belakang budaya.
Permintaan maaf ini menjadi momen yang penting dalam proses rekonsiliasi dan pemulihan negara Belanda. Meskipun beberapa pejabat pemerintah, seperti Perdana Menteri Mark Rutte, dan Walikota seperti Amsterdam dan Rotterdam, sebelumnya juga telah meminta maaf atas peran mereka dalam perdagangan budak. Permintaan maaf resmi dari raja menandai langkah penting dalam mengatasi masa lalu kolonial Belanda.
Sejarah perbudakan Belanda baru ditambahkan ke dalam kurikulum sekolah pada tahun 2006, menunjukkan adanya penundaan dalam menghadapi masa lalu yang kelam tersebut. Diharapkan bahwa permintaan maaf ini akan membuka jalan bagi penyembuhan dan rekonsiliasi yang lebih lanjut di antara masyarakat Belanda.