
Komparatif.ID, Banda Aceh— Wakil Ketua I DPRK Banda Aceh, Daniel Abdul Wahab mengapresiasi -peluncuran sistem QRIS Dinamis sebagai metode pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2).
Daniel menyebut QRIS Dinamis sebagai jawaban atas tantangan zaman sekaligus solusi terhadap kebocoran Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang selama ini menjadi masalah klasik.
“Inilah jawaban atas kebutuhan zaman. Dengan adanya QRIS Dinamis, setiap pembayaran PBB tercatat secara elektronik, langsung masuk ke kas daerah, sehingga celah untuk penyalahgunaan atau kebocoran dapat diminimalkan,” ujarnya usai peluncuran, Jumat (2/5/2024).
QRIS Dinamis memungkinkan masyarakat melakukan pembayaran pajak hanya dengan memindai kode QR melalui aplikasi keuangan di ponsel. Daniel menilai sistem ini jauh lebih efisien dibanding metode konvensional yang rawan penyelewengan.
Baca juga: Legislator Banda Aceh Sebut Tawuran Akibat Lemahnya Peran Keluarga
Menurutnya, selama ini pungutan pajak yang dilakukan secara tunai seperti memasukkan uang ke dalam karung, belum tentu seluruhnya sampai ke kas daerah. Kini, setiap transaksi tercatat secara otomatis dan langsung masuk ke rekening pemerintah.
“Tamsilanya cok peng pasoe lam goni. Belum tentu semuanya sampai ke tempat tujuan. Sekarang, begitu masyarakat bayar, langsung terekam, langsung tercatat, langsung masuk kas daerah. Ini luar biasa,” ujarnya
Sebagai perwakilan legislatif, Daniel mengapresiasi langkah Wali Kota Banda Aceh yang dinilainya progresif dalam mendorong transformasi digital sektor pelayanan publik. Ia melihat QRIS Dinamis bukan sekadar alat pembayaran, melainkan wujud nyata reformasi tata kelola keuangan daerah.
Menurutnya, sistem ini menandai titik balik pengelolaan pajak yang lebih transparan, akuntabel, dan minim risiko kebocoran.
Daniel menekankan penggunaan QRIS Dinamis memberi kemudahan besar bagi masyarakat. Tidak perlu lagi mengantre di kantor pajak atau membawa uang tunai, cukup menggunakan ponsel dari rumah atau tempat kerja.
Efisiensi ini menurutnya bukan hanya soal kenyamanan warga, tapi juga strategi memperkuat keuangan daerah yang lebih terukur.
Ia menyebut Banda Aceh memiliki potensi besar dalam sektor pajak daerah yang belum tergarap optimal. Sistem modern seperti QRIS Dinamis, jika diterapkan dengan benar, akan mampu menggali potensi tersebut secara maksimal.
Ia menegaskan pentingnya menjaga aliran dana dari sumbernya agar pembangunan kota bisa berjalan secara berkelanjutan. Ketidaksesuaian antara potensi dan realisasi PAD selama ini, menurutnya, kerap disebabkan oleh sistem pembayaran yang konvensional dan rentan penyalahgunaan.
Meski optimis, Daniel tidak menutup mata terhadap tantangan di lapangan, khususnya di tingkat gampong. Ia mengingatkan pentingnya sosialisasi dan pendampingan bagi warga dan petugas agar tidak terjadi kebingungan dalam penggunaan sistem baru ini.