Komparatif.ID, Bireuen– Ir. Razuardi, M.T, awalnya diminta menjadi salah seorang pemberi nasihat kepada H. Mukhlis Takabeya yang maju pada Pilkada Bireuen 2024. Dari diskusi-diskusi mendalam, akhirnya justru ia diminta mendampingi Mukhlis mengarungi lautan pilkada.
Semua berlangsung alamiah. Sejak awal menyatakan akan ambil bagian, Mukhlis menetapkan sejumlah persyaratan calon pendamping yang ia butuhkan. Karena bila menang pada pilkada, ia ingin fokus membangun daerah. Ia tidak ingin ribut-ribut dengan wakil.
“Saya mensyaratkan wakil yang tidak ingin menjadi bupati. Mengapa? Karena saya bercita-cita membangun Bireuen. Seluruh fokus saya ke sana; mendambakan rakyat yang sejahtera. Bila wakil tidak pas, justru energinya nanti habis mengurus perselisihan di internal,” kata Mukhlis dalam beberapa kali diskusi dengan Komparatif.ID.
Baca: Syakira dan Jambang-jamblangnya
Awalnya Mukhlis membuka wacana mengambil wakil dari parpol lain. Pun demikian, beberapa syarat yang ia ajukan wajib dipenuhi. Tapi seiring perjalanan waktu, belum satupun yang sesuai kriteria. Ada saja kendala yang membuat Ketua DPD II Golkar Bireuen tidak sepakat.
Dalam proses panjang itu, Razuardi tetap mengikuti dinamika politik bersama Tim Sembilan, yang merupakan think thank (wadah pemikir) yang melibatkan sembilan unsur.
Tim Sembilan terus bekerja menyusun visi -misi, strategi, taktis, dan lain-lain. Akhirnya, Tim Sembilan, Tim Empat, dan unsur-unsur lain melihat bahwa sosok yang mereka cari justru telah ada dan terlibat di dalam dinamika yang selama ini terus bergulir.
Dia adalah Ir. Razuardi Ibrahim, yang di akhir masa tugasnya sebagai PNS, ditunjuk sebagai Plt Kepala Badan Pengusahaan Pelabuhan Bebas Sabang (BPKS).
Razuardi merupakan birokrat murni. Ia tipikal individu yang bisa bekerja dengan tim, serta berani dalam mengarungi persoalan. Sebagai orang teknik, dalam menyusun rencana, ia selalu mengedepankan logika, angka, dan dipadu dengan ilmu sosial.
Baca: Biografi H. Mukhlis Takabeya Sepintas Lalu
Di Bireuen, salah satu mahakaryanya yaitu berhasil membantu Bupati Nurdin Abdul Rachman membayar utang daerah. Saat itu, Bireuen yang terancam disclaimer, menjadi daerah yang tidak punya utang.
Demikian juga saat menjadi Sekda Tamiang, Razuardi berhasil menjalankan tugasnya dengan baik. Menyelamatkan masa depan puluhan PNS yang terancam masuk penjara karena kesalahan administrasi pemerintahan.
“Mereka tidak harus masuk penjara dan dipecat. Kesalahan mereka bukan korupsi. Kesalahan mereka hanya di administrasi saja yang menyebabkan munculnya kerugian negara,” kata Razuardi pada suatu ketika di bulan Juli 2024.
Dia pun menggelar klinik akuntansi dan Majelis Pertimbangan Tuntutan Ganti Rugi (MPTGR), menyelenggarakan sidang internal, dengan konsekuensi bila ada yang terbukti korupsi, maka tak ada pilihan kedua; pecat dan masuk penjara. Bila tidak terbukti, maka harus dipulihkan namanya, dan dipulihkan statusnya, dengan catatan harus mengembalikan ganti rugi atas kelalaian.
“Puluhan orang yang selamat waktu itu. Mereka tidak korupsi, tapi punya kekeliruan pada administrasi. Konon lagi dengan perubahan peraturan di negeri kita ni yang sangat cepat dan banyak. Pegawai kita tentu tak sanggup mengikuti seluruhnya. Nah disitulah letak kesalahan administrasinya. Pun demikian, mereka tetap membayar ganti rugi atas kelalaian itu,” kata Razuardi
Bila ditelusuri lebih jauh ke belakang, Razuardi juga sosok PNS yang hidup sederhana, tapi punya semangat melahirkan banyak pengusaha di bidang dunia konstruksi. Selama dia bekerja di PUPR ia berhasil menjalankan tugas dengan baik. Di balik gayanya yang sederhana, ia telah membuka banyak peluang bagi tumbuhnya pengusaha dunia konstruksi baik di Aceh Utara, dan Bireuen.
Bukan hanya itu, dia juga berhasil menginspirasi beberapa pengurus Kadin Bireuen menjadi pengusaha non konstruksi.
Di jajaran Birokrasi, pria kelahiran 19 Desember 1961, juga dikenal sebagai birokrat berintegritas dan jauh dari sifat-sifat tamak dan loba. Razuardi juga tipikal individu yang bergaul dengan semua orang.
Ia bersedia berteman dengan siapapun. Mulai dari petani, nelayan, buruh kasar, mahasiswa, pemuda gelisah, wartawan, agamawan, hingga elit daerah.
“Pak Razuardi tidak sombong, bisa menyesuaikan diri dengan siapa saja. Dengan pengalaman luasnya di bidang birokrasi dan sosial, Pak Raju merupakan teman diskusi yang asyik,” kenang Mutia Dewi, mantan Ketua Korps HMI-Wati (Kohati) Bireuen, pada awal Agustus 2024.
Lalu bagaimana profil Razuardi Ibrahim? Ia merupakan alumnus Fakultas Teknik Unsyiah tahun 1988. Strata magister juga ia tempuh di sana dari tahun 2003-2005. Selanjutnya dia mengambil program profesi pada tahun 2022 di universitas yang sama.
Dalam jenjang kariernya sebagai PNS, terekam mulai 1989 yang pada saat itu dia terlibat dalam proyek sanitasi kota kecil di Aceh yang dilaksanakan oleh STS Project tahun 1989.
Pada tahun yang sama ia juga mendirikan Laboratorium Pengujian Bahan Dinas Pekerjaan Umum Dati II Aceh Utara.
Dari 1989 hingga 2001 Razuardi bertugas di Dinas PU dan Bina Marga. Mulai dari surveyor, perencana, pendamping perencana, sekretariat, pemimpin proyek, kepala seksi, dan kala dipindahkan ke Bireuen, ia ditunjuk sebagai Kadis Bina Marga dari tahun 2000 hingga 2001.
Razuardi terlibat langsung membangun Bireuen di awal kabupaten tersebut berdiri. Sebagai Kadis Bina Marga, ia membantu Pj Bupati Hamdani Raden melakukan “gerilya pembangunan” ke ibukota Indonesia; Jakarta.
Hasil kerja keras mereka berbuah manis. Pemerintah Pusat memberikan sejumlah pembangunan infrastruktur untuk Bireuen. Terbanyak yaitu jembatan rangka baja. Dia bersama timnya bekerja all out, tidak sedetikpun berpikir mencari keuntungan untuk pribadi. Kerja keras mereka didedikasikan untuk Bireuen yang baru lahir.
Dari Bina Marga dia ditarik sebagai Asisten Ekonomi Pembangunan Setdakab Bireuen, Plt Sekda,Kadis Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Kepala Bappeda, kemudian sebagai Sekda Bireuen.
Nah, di era transisi seusai perdamaian Aceh, H. Subarni mengajak Razuardi sebagai calon wakil. Mereka maju pada Pilkada 2007. Saat itu mereka melawan arus besar.
Hasil akhir pilkada Bireuen yang saat itu diikuti oleh delapan paslon, Subarni-Razuardi nangkring di posisi kedua. Pemenang Pilkada Bireuen saat itu Drs. Nurdin Abdul Rachman-Busmadar, yang maju melalui jalur Independen. Nurdin-Busmadar merupakan kandidat yang diusung oleh eksponen GAM.
Semasa Bupati Nurdin Abdul Rachman yang dikenal bersih dan antikorupsi, Bireuen dibekap masalah. Utang Bireuen membengkak. Demo terjadi dan Pemkab Bireuen dihadiahkan uang receh oleh pendemo.
Nurdin memanggil Razuardi untuk mencari solusi. Pria penggemar sirih tersebut menyusun tim kerja, juga menggalang dukungan dari DPRK. Wakil Ketua Husaini Franco memberi dukungan. Alhamdulillah, Razuardi yang dibantu Yan Fitri dan lainnya, berhasil menolkan utang pemerintah.
Pada Pilkada 2012 dia mendampingi Husaini Franco (Prengko) dan mereka kalah. Razuardi ditepikan oleh pemimpin selanjutnya.
Pada tahun 2013, dia ditarik ke Aceh Tamiang oleh Bupati Hamdan Sati. Dia menjadi Sekda Tamiang full selama lima tahun. Kemudian oleh Bupati Tamiang Mursil, Razuardi dipertahankan setahun. Dia dipercaya sebagai Sekda hingga 2019.
Dua tahun jelang akhir masa tugasnya sebagai PNS, Razuardi diberi tugas sebagai Plt Kepala BPKS.
Dari satu medan laga ke medan laga lainnya yang juga kompleks. BPKS punya ragam masalah. Razuardi menerima tugas itu dengan senang hati.
Meski sempat ditolak oleh para tokoh Sabang, ia berhasil merebut hati mereka. Dari ditolak menjadi sosok yang dicintai.
Karya besarnya di Sabang antara lain berhasil mensertifikasi tanah milik BPKS seluas 1.110 persil. Tentu tidak mudah melakukan tugas itu. Tapi berkat kesabarannya, dan lagi-lagi dibantu oleh Yan Fitri, Razuardi berhasil melaksanakan tugas dengan baik.
Berkat komitmen dalam melaksanakan tugas, Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (BPKS) sebagai salah satu lembaga non struktural, berhasil meraih penghargaan BMN Awards 2020 dari Kementerian Keuangan RI, Selasa (22/9/2020).