Komparatif.ID, Jakarta—Rencana produksi gas di Blok Andaman mulai tahun 2024 harus menguntungkan rakyat Aceh. Pemerintah harus memastikan rencana produksi gas di Blok Andaman harus dapat menghidupkan BUMD Aceh, mempermudah rakyat mendapatkan gas murah, dan lahirnya kesempatan kerja seluas-luasnya untuk rakyat Aceh.
Hal tersebut ditegaskan anggota DPR RI asal Aceh Muslim Ayub, Selasa (31/12/2024). Politisi Partai NasDem tersebut mengatakan di Aceh sering timbul masalah sosial yang kemudian berujung menjadi persoalan politik pelik, karena adanya rasa terpinggirkan. Lahirnya istilah buya krueng tahe teudong-dong buya tamong meuraseuki, berawal dari sejumlah perilaku masa lalu yang membuat rakyat Aceh menjadi penonton di kampungnya sendiri.
Baca: Harbour Energy Eksplorasi Cadangan Hidrokarbon di WK Andaman 2
Anggota Komisi XIII DPR RI tersebut mengatakan Pemerintah Aceh harus meminta alokasi khusus gas bumi untuk dikelola sendiri melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), yang kemudian diolah menjadi gas bumi terkompresi (compressed natural gas/CGN). Produksi CGN oleh BUMD Aceh, dapat dipergunakan untuk kebutuhan bahan bakar nelayan berbiaya murah.
Selain itu, CGN dapat dijadikan sumber energi pengganti listrik yang dapat membantu pabrik, rumah sakit, masjid, hotel, UMKM, dan lainnya.
Selain itu, memperbanyak saluran gas rumah tangga sehingga memudahkan masyarakat mendapatkan aliran gas langsung ke dapur-dapur rakyat. Dengan demikian, permainan para mafia mempersulit rakyat menebus gas tiga kilogram dengan harga tebus mahal, dapat dihilangkan.
Aliran gas tersebut terutama dapat dilakukan di daerah-daerah yang dilintasi pipa gas atau daerah lain yang berdekatan seperti Bireuen, Pidie, Pidie Jaya, Lhokseumawe, dan Aceh Utara.
Lebih lanjut, Pemerintah Aceh juga perlu mengajak Pemerintah Pusat membangun industri-industri lain di Aceh yang bahan bakunya berasal dari gas, atau setidaknya membutuhkan bahan bakar gas. Seperti pabrik pupuk , dan pabrik petrokimia lainnya.
Produksi gas di Blok Andaman juga harus dipastikan menggunakan pelabuhan-pelabuhan yang telah dipersiapkan oleh pemerintah daerah, seperti Sabang, supaya dapat membuka lapangan kerja untuk masyarakat.
“Berharap seluruh rakyat dapat diserap ke perusahaan-perusahaan yang memproduksi gas di Blok Andaman, tentu harapan utopis. Bisnis itu high risk. Juga slotnya yang sangat terbatas. Tapi dengan keadilan dalam bentuk lain, banyak rakyat Aceh yang akan mendapatkan kesempatan bertumbuh menjadi manusia bergaji minimal dua digit,” kata Muslim Ayub.
Muslim mengingatkan, perhatian serius pemerintah akan menentukan akan seperti apa Aceh ke depan. Bila hal seperti yang ia ungkapkan tidak dilakukan, maka ke depan akan lahirnya kekecewaan baru.
“Menyelesaikan konflik tentu membutuhkan effort yang sangat besar. Lebih murah dengan membina sejak dini, supaya rakyat secara umum merasakan dampak positif langsung dari produksi gas yang sangat besar di Blok Andaman,” katanya.