Presiden Turki Sebut Barat Kirim Senjata Bekas ke Ukraina

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kritik negara Barat anggota NATO soal Ukraina. (AFP/ADEM ALTAN)
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kritik negara Barat anggota NATO soal Ukraina. (AFP/ADEM ALTAN)

Komparatif.ID,Beograd—Presiden Turki Recep Erdogan dan Presiden Serbia Alexander Buchich mengkritik kebijakan Barat terhadap Rusia pada konferensi pers di Beograd, Rabu (7/9/2022).

Erdogan menyebut tindakan Barat sebagai “provokasi di semua sisi” dan senjata yang dikirim ke Ukraina sebagai “sampah”.

Dilansir Anadolu Agency, dan ditayang ulang oleh meduza.io, Kamis (8/9/2022) Erdogan mengatakan selama ini Barat menunjukkan solidaritas semu untuk Ukraina. Senjata tempur yang dikirim ke negara yang sedang berperang dengan Rusia, merupakan senjata api yang tidak lagi digunakan di Barat.

“Bisakah kita mengatakan sekarang bahwa satu pihak menang? Tidak! Dalam perang ini tidak ada yang menang tapi banyak yang kalah. Sejumlah besar orang sekarat, dan tidak pantas membicarakan sisi finansialnya,” sebut Erdogan.

Presiden Turki juga menyebutkan krisis energi Eropa, mengapa para pemimpin tidak merencanakan ke depan untuk bulan-bulan musim dingin, padahal mereka mengetahui bahwa harga akan meroket ketika Rusia memotong pasokan gas alam.

Saat ini, tambah Erdogan, para pemimpin Barat –NATO—seharusnya berpikir bagaimana menemui kedua belah pihak yang bertikai, menempuh jalan-jalan diplomasi untuk mencegah bencana kemanusiaan, seperti kelaparan dan krisis energi.

Presiden Serbia Alexander Buchich setuju bahwa bulan-bulan mendatang akan sangat sulit bagi negara-negara Uni Eropa. Ia mengatakan bahwa musim dingin ini akan sangat dingin di Eropa, dan yang berikutnya akan menjadi kutub. Tidak ada yang mencari resolusi, semua orang mengharapkan musuh dikalahkan, bukan kompromi.

“Jika Anda benar-benar berpikir akan mudah untuk mengalahkan Rusia secara militer, maka kita hanya perlu bersiap untuk musim dingin yang dingin dan kutub.”

Sejak invansi Rusia ke Ukraina dimulai, negara G7 sudah menerapkan sanksi terhadap Rusia. Tapi negara tersebut tak juga mempan ditekan. Serangan militer terhadap Ukraina terus saja dilakukan.

Dengan pasokan gas alamnya yang melimpah, Rusia balik menggertak akan menghentikan suplai gas ke sejumlah negara Barat, sebagai bentuk perlawanan bahwa mereka tidak akan tunduk pada kehendak NATO.

Dengan kondisi global yang terancam krisis pangan, serta belum sepenuhnya pulih secara ekonomi akibat pandemi Covid-19, Rusia memiliki sejumlah kartu joker untuk menang dalam berbagai sisi. Pun demikian, Ukraina juga belum mengaku kalah, dan terus memberikan perlawanan militer, sembari terus membangun diplomasi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here