Komparatif.ID, Jakarta- Presiden Ir. Joko Widodo menyebutkan ekonomi Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Meskipun dapat bertahan di tengah krisis global tapi cukup kepayahan dalam bergerak.
Hal tersebut disampaikan oleh Presiden pada Sabtu (14/1/2023). Ia menyampaikan dalam Rapat Koordinasi Nasional dan Musyawarah Dewan Partai Partai Bulan Bintang di Kelapa Gading, Jakarta.
Pernyataan tersebut sangat bertolak belakang dengan keyakinannya saat membuka perdagangan saham tahun 2023 lalu. Kala itu ia percaya diri pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 bisa di atas lima persen.
“Banyak yang belum memiliki perasaan yang sama. Bahwa kita sekarang ini berada dalam kegentingan global. Kita merasa normal-normal saja padahal keadaan semua negara, termasuk ekonomi Indonesia , berada pada kegentingan global,” ungkap Jokowi.
Kegentingan global dipicu oleh permasalahan yang terus menerpa banyak negara sejak 2022. Diawali dari tak kunjung berakhirnya penyebaran Covid-19. Hingga kini, keberadaan pagebluk itu menurutnya tidak sepenuhnya selesai, bahkan melonjak di beberapa negara. China adalah salah satunya.
Situasi semakin buruk ketika perang Rusia dan Ukraina meletus. Krisis energi dan pangan terjadi di banyak negara. Pada kesempatan yang sama negara maju seperti Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga acuan dengan agresif yang menimbulkan gejolak di pasar keuangan.
“Kita diincar ancaman dan risiko-risiko, baik yang namanya resesi global yang namanya resesi keuangan, krisis pangan, krisis energi ditambah dan inflasi yang sangat tinggi bahkan minggu lalu setelah tahun baru managing director IMF bahwa tahun 2023 sepertiga ekonomi dunia diprediksi mengalami resesi,” tuturnya.
Baca juga: Akui 12 Pelanggaran HAM Berat, KKR Aceh Apresisi Kepada Presiden Jokowi
Sepertiga Ekonomi Dunia Akan Alami Resesi
Ramalan sepertiga dunia bakal jatuh ke jurang resesi tersebut adalah yang terbesar dalam dua dekade terakhir. “Sepertiga ekonomi dunia artinya jika ada 200 lebih negara artinya 70 negara akan mengalami resesi,” paparnya.
“Tahun 97/98 hanya 8 negara, sedikit sekali itu sudah mengganggu ekonomi kita. Ini 60 – 70 negara diperkirakan akan ambruk ekonominya. IMF mengatakan bahkan untuk negara yang tidak terkena resesi ratusan juta akan merasakan sedang mengalami resesi,” ucap Jokowi.
Informasi yang diterima Jokowi, sebanyak puluhan negara kini sudah antri untuk menjadi pasien IMF.
“Informasi kemarin pagi saya dapatkan ada 16 negara jadi pasien IMF karena ekonomi ambruk. Ini 16 negara sudah menjadi pasien IMF dan 36 negara antre di depan pintu IMF ingin jadi pasien IMF artinya keadaan sudah tidak normal. Saya tidak menakut nakuti ini adalah angka angka yang harus saya sampaikan,” tegas Jokowi saat itu.
Sumber: CNBC Indonesia