Pilkada DKI Jebakan Batman Untuk Anies Baswedan?

Pilkada DKI Jebakan Batman Untuk Anies Baswedan? Anies Baswedan. Foto: Ho for Komparatif.ID.
Anies Baswedan. Foto: Ho for Komparatif.ID.

Pilkada DKI Jakarta adalah panggung paling ideal untuk Anies, meski ada yang menganggap memilih untuk ikut lagi Pilkada DKI adalah langkah mundur alias turun kelas bagi seseorang yang sudah pernah bertarung di Pilpres, namun itu setidaknya menjadi salah satu langkah paling strategis untuk tetap eksis dan menjaga asa menuju 2029.

***

Anies Baswedan belum tamat, ya meski kalah dalam pilpres yang lalu, sejatinya Anies Baswedan belumlah tamat dalam kancah perpolitikan di Indonesia. Bahkan hingga hari ini Anies masih dianggap sebagai satu-satunya sosok populis yang masih dilihat sebagai antitesis Jokowi dan juga rezim yang didukung oleh Jokowi.

Meski di luar sana masih ada Ahok dan Ganjar atau kader PDIP lainnya seperti Risma, tapi sesungguhnya Anies tetaplah sosok yang berbeda.

Pun demikian sebagai sosok yang tidak punya partai, Anies butuh panggung untuk menjaga eksistensinya di peta politik Indonesia, memilih jadi menteri Prabowo sama dengan “bunuh diri” atau minimal membunuh citranya sebagai antitesa Jokowi yang memang selama ini melekat padanya.

Pilkada DKI adalah panggung paling ideal untuk Anies, meski ada yang menganggap memilih untuk ikut lagi Pilkada DKI adalah langkah mundur alias turun kelas bagi seseorang yang sudah pernah bertarung di Pilpres, namun itu setidaknya menjadi salah satu langkah paling strategis untuk tetap eksis dan menjaga asa menuju 2029.

Pun demikian langkah ini, selain menjaga peluang tetap saja menghadapkan Anies pada berbagai konsekuensi buruk yang bisa saja membunuh karier politiknya lebih cepat.

Ya, pilkada DKI berpotensi menjadi jebakan Batman bagi Anies, jika ia kalah mata dipastikan peluangnya menuju pilpres 2029 akan segera tamat.

Bagaimana kalau menang? Menang sekalipun juga belum bisa menjamin ia akan tetap berpeluang maju di pilpres 2029, artinya hal yang harus dipertimbangkan Anies dalam Pilkada DKI tidak hanya soal menang kalah, tapi juga berbagai faktor lain yang akan berdampak pada citra dan peluang kariernya ke depan.

Disadari atau tidak siapa (partai mana) yang akan mengusungnya dan juga dengan siapa dia berpasangan juga akan berimplikasi pada eksistensinya sebagai antitesa Jokowi.

Jika ia didukung oleh partai yang berada di luar pemerintahan seperti PDIP dan PKS, bila nantinya menang maka citra Anies sebagai antitesa Rezim tentu akan semakin kuat dan akan menjadi modal yang cukup menjanjikan menuju pilpres 2029.

Namun jika ia nantinya maju dengan didukung oleh partai yang berada di koalisi rezim terpilih yang didukung Jokowi maka citranya sebagai oposan akan rontok dengan sendirinya.

Apa lagi jika ia maju dengan berpasangan dengan “utusan” Istana, siapapun dia, meskipun diusung oleh partai oposisi sekalipun maka menang kalah tetap akan merusak citra Anies sebagai simbol oposisi.

Terkait dengan kemungkinan yang berpotensi merusak citra Anies sebagai simbol oposan ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh Anies

Pengaruh PKB Terhadap Citra Anies

Kita semua tahu bahwa PKB secara terbuka telah menyatakan mengusung Anies di Pilkada DKI, munculnya PKB di Pilkada ini berpotensi membawa pengaruh yang bisa merusak citra Anies sebagai antitesa rezim, hal ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa PKB telah secara terbuka menyatakan akan mendukung pemerintahan Prabowo Gibran, meskipun di Pilpres mereka mengusung Anies-Muhaimin.

Artinya, kehadiran PKB sebagai salah satu pengusung akan memudarkan “warna” oposan yang melekat pada Anies, kehadiran PKB juga berpotensi untuk “melepaskan” Anies dari kendali penuh partai oposisi yakni PKS dan PDIP.

Hal ini juga terjadi pada pilpres yang lalu di mana Nasdem sebagai bagian dari Pemerintahan Jokowi mengambil peran yang kemudian membuat publik menilai Anies tidak “sepenuhnya” mewakili suara oposan yang waktu itu diwakili oleh duo partai non pemerintah yakni PKS dan Demokrat.

Baca juga: Anies Baswedan & Istimewanya Keturunan Arab di Mata Soekarno

Dan sebagaimana kita lihat akhirnya Anies semakin kental dengan warna rezim setelah akhirnya Demokrat hengkang, bahkan pengaruh oposisi di tubuh Anies semakin berkurang bahkan hilang setelah PKB masuk menggantikan Demokrat dengan Cak Imin menggusur AHY, sehingga akhirnya keberadaan PKS jadi tidak berpengaruh apa-apa karena saham pro rezim (NasDem + PKB) lebih besar daripada saham oposisi (PKS).

Kali ini hal yang sama berpotensi terjadi, PKB masuk dan akan membuat Anies “terlihat” pro rezim, padahal Anies sebenarnya sangat berpotensi diusung penuh oleh duo oposan yakni PDIP dan PKS, artinya keberadaan PKB menjadi salah satu faktor yang akan merusak citra Anies sebagai simbol oposisi.

Potensi terpisahnya Anies dari PDIP/PKS

Potensi ini semakin berpeluang terjadi jika kita melihat dari tekanan demi tekanan yang sedang dihadapi oleh PDIP di satu sisi, dan rayuan demi rayuan yang diterima PKS di sisi lainnya.

Gol akhirnya sangat mungkin adalah salah satu dari partai yang hingga hari ini masih terlihat sebagai oposan atau minimal berpotensi menjadi oposisi “akan” mengubah sikap untuk mendukung rezim.

Sehingga nantinya yang tersisa di luar bersama Anies sebagai oposan hanya salah satunya dan kemudian penentuan pasangan Anies bisa sesuai kehendak rezim.

Misalnya PKS yang melunak dengan “imbalan” jatah menteri atau PDIP yang kemudian “terpaksa” melunak setelah apa yang terjadi pada sekjen mereka Hasto yang memang terlihat sangat “nakal” dengan terus mengeluarkan narasi yang bernada menentang rezim.

Potensi Anies Berpasangan Dengan Sosok yang Pro Rezim

Ini adalah potensi berikutnya yang akan terjadi jika Anies benar-benar lepas dari kendali penuh PDIP dan PKS, hal ini mulai terbaca dari upaya menjodoh-jodohkan Anies dengan Kaesang pascaputusan MA soal syarat batas umur yang membuka peluang Kaesang maju.

Hal ini tentunya sulit diwujudkan jika PKS dan PDIP tetap mengusung Anies sekalipun PKB tetap “mendukung” karena kadar saham pro rezim akan lebih kecil dari saham oposan, artinya jika PKS dan PDIP tetap bersama dengan Anies maka penentu wakil Anies berpotensi diputuskan oleh oposan.

Peluang Besar Anies Menjaga Asa Menuju 2029

Jika Anies nantinya bisa lepas dari jebakan Batman pengaruh Rezim, misalkan kemudian Anies dipasangkan dengan kader salah satu partai tersebut (PKS atau PDIP) lalu memenangkan Pilkada, tentunya ini akan menjadi jalan tol bagi Anies menuju Pilpres 2029 nantinya.

Selain itu bagi PDIP dan PKS, jika mereka benar-benar bertahan sebagai oposisi maka kemenangan Anies di Pilkada DKI dengan kendali penuh di tangan mereka sebagai oposan maka tentunya Pilkada ini berpotensi menjadi awal dari “serangan” balik oposisi untuk come back mengalahkan rezim di Pilpres 2029 mendatang.

Hingga hari ini banyak pihak melihat Anies dengan segala atribut dan sejarah yang melekat padanya tetap merupakan satu-satunya sosok yang merupakan antitesis rezim yang paling mengancam, sehingga banyak pihak yang berupaya menaklukkan Anies atau minimal merusak citra Anies sebagai simbol oposisi.

Hal ini tentunya secara tidak langsung menunjukkan bahwa rezim dengan segala pengaruh dan kekuasaan yang telah berhasil diakumulasikannya setelah memenangkan Pilpres masih “sangat” memperhitungkan posisi Anies Baswedan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here