Komparatif.ID, Banda Aceh– Menyambut Milad GAM pada Minggu, 4 Desember 2022, Paduka Yang Mulia Wali Nanggroe Aceh Teungku Malik Mahmud al-Haytar, menyebutkan Aceh merupakan bangsa yang kuat.
Pada acara bertajuk “Silaturahmi & Doa bersama Menuju Aceh Damai dan Sejahtera” di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh, bertepatan dengan Milad GAM, Paduka Yang Mulia Wali Nanggroe mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Aceh, Polda Aceh, Pangdam Iskandar Muda, yang telah menyelenggarakan kegiatan silaturahmi menyambut Milad ke-46 GAM.
Pada kesempatan itu, di atas panggung yang diapit oleh flyer bergambar PYM/deklarator Aceh Merdeka Teungku Hasan Tiro dan flyer bertuliskan “Milad GAM Tahun 2022 Menuju Aceh Damai dan Sejahtera” Paduka menyampaikan dalam pidatonya bahwa bangsa Aceh telah membuktikan diri sebagai entitas besar. Meskipun 70 tahun menggempur penjajah (Hindia) Belanda, tapi tak satu gereja pun dibakar oleh petempur Bangsa Aceh.
Baca juga: Wali Nanggroe: UUPA yang Ada Bukan Hasil Inisiasi GAM
Aceh merupakan bangsa yang menghormati perbedaan, cinta damai dan tidak antipati terhadap komunitas lain.
Wali mengajak semua pihak mengenang kembali perjuangan Bangsa Aceh sejak perlawanan terhadap Portugis di semenanjung Malaya, di laut, Sumatera sejak Abad 15 sampai 16.
Juga perjuangan 70 tahun mengusir penjajah Belanda; pendudukan Jepang 1943-1945; perlawanan DI/TII, hingga perang Gerakan Aceh Merdeka melawan Pemerintah Republik Indonesia selama 30 tahun.
Wali juga menyampaikan penting sekali memberikan penghormatan kepada pahlawan yang telah mengorbankan jiwa dan harta demi mencapai tujuan perjuangan.
“Hari ini 4 Desember 2022 mari sama-sama kita kenang kembali yang berkaitan langsung dengan perjuangan Bangsa Aceh. Mari kita berdoa dan penghormatan tinggi kepada pahlawan Bangsa Aceh. Jasa mereka kita hormati dengan menjaga keutuhan bangsa Aceh, sebut Paduka Malik Mahmud.
Khusus perjuangan yang dideklarasikan oleh Paduka Yang Mulia Hasan Tiro pada 4 Desember 1976 di Glé Cot Kan, Pidie, merupakan upaya memperjuangkan nasib tanah dan rakyat Aceh.
Oleh karena itu setiap upaya merusak perdamaian yang dicapai pada 15 Agustus 2005, harus dilawan. “Perjuangan dan perdamaian Aceh jangan rusak oleh pola orang tidak bertanggungjawab. Jangan sampai dapat mengorbankan kepercayaan yang kita bangun 17 tahun.”
Menurut Paduka sesuai dengan riwayatnya Aceh merupakan bangsa pemberani, kuat, teguh. Hal itu dibuktikan dengan lahirnya berbagai krisis baik perang maupun bencana alam. Semakin banyak krisis bertambah kuat pula orang Aceh.
Semangat Milad GAM 4 Desember harus diejawantahkan sebagai bukti bila Aceh merupakan bangsa kuat, berbudaya, bermartabat, berdaulat.
Khusus kepada anggota Fraksi Partai Aceh, dan seluruh elemen Paduka berpesan supaya mengawal revisi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh, agar sejalan dengan nota kesepahaman di Helsinki.
Revisi UUPA jangan sampai menghilangkan keistimewaan dan kekhususan Aceh. Justru semakin memperkuat dengan mengupayakan perbaikan agar semakin sejalan dengan MoU Helsinki.
“Saya selaku penandatangan kedua MoU Helsinki menegaskan Pemerintah Pusat segera penuhi semua kewenangan Pemerintahan Aceh sesuai dengan amanah perdamaian. Seyogyanya penyelesaian masalah Aceh yang bermartabat harus sesuai kesepakatan di MoU Helsinki,” sebut Wali.
Ia juga menegaskan sepanjang 17 tahun ini masih banyak belum selesai. MoU (Helsinki) dan UUPA harus menjadi pedoman dalam melaksanakan pembangunan Aceh. Baik pembangunan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan sosial budaya Aceh.
Acara silaturahmi bertepatan dengan Milad GAM tersebut yang dibuka dengan atraksi barongsai, tarian yospan Papua dihadiri oleh Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki, Sekda Aceh Bustami Hamzah, Pangdam Iskandar Muda Mayjen Mohamad Hasan, Kapolda Aceh Irjen Ahmad Haydar, Ketua DPRA Saiful Bahri, Ketua Harian KONI Aceh Kamaruddin (Abu Razak), dan sejumlah stakeholder lainnya.