Pemerintah Perangi Impor Pakaian Bekas, Adian: Pembunuh UMKM Bukan Itu!

pakaian bekas

Komparatif.ID, Bali—Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menuding impor pakaian bekas dari luar negeri telah membunuh Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Sementara itu Sekjen PENA 98 Adian Napitupulu menyebutkan yang membunuh UMKM justru impor pakaian baru dari Cina sebesar 80% dari kebutuhan nasional.

Bisnis pakaian bekas mulai dari baju, celana, hingga sepatu, mulai bermunculan lagi. Bahkan outlet-outlet-nya kian menjamur mulai dari kota besar hingga ke rumah-rumah penduduk di kecamatan.

Di Kota Banda Aceh, sejumlah orang mulai meramaikan bisnis tersebut melalui media sosial Facebook. Sepanjang Februari hingga Maret 2023, pedagang pakaian bekas layak pakai tersebut berjualan di media sosial. Ada yang merugi, ada pula yang bertambah untung.

Namun akhir-akhir ini pihak pemerintah mulai angkat bicara atas fenomena pakaian bekas impor yang dituding ilegal. Teten Masduki bahkan menyebutkan bila impor ilegal pakaian bekas telah merusak pasar UMKM.

Teten mengatakan sejak 2019 sampai Desember 2022, kantor Bea Cukai melalui kantor penindak di Batam telah menindak 231 impor ilegal pakaian bekas.

Baca: H. Abubakar, Saudagar Bireuen yang Beri Baju Baru untuk Soekarno

Kemudian Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Entikong juga telah melakukan sebanyak 82 penindakan.

Disusul KPPBC Tanjung Priok 78 penindakan, KPPBC Sintete 58 penindakan, KPPBC Tanjung Pinang 52 penindakan, KPPBC Teluk Nibung 33 penindakan, KPPBC Tanjung Balai Karimun 32 penindakan, KPPBC Ngurah Rai 25 penindakan dan KPPBC Atambua 23 penindakan.

Maraknya penyelundupan pakaian bekas, menurut Teten akan membuat industri pembuatan pakaian dan alasa kaki kolaps. Berdasarkan data Sensus Badan Pusat Statistik mencatat (BPS) pada tahun 2020 pengolahan kulit dan alas kaki ini didominasi oleh sektor mikro dan kecil, yaitu sebesar 99,64 persen.

“Jika sektor ini terganggu, akan ada banyak orang kehilangan pekerjaan. Karena pada 2022, proporsi tenaga kerja yang bekerja di industri TPT dan alas kaki pada industri besar dan sedang (IBS) menyumbang 3,45 persen dari total angkatan kerja. Pelaku UMKM yang menjalankan bisnis pakaian mencapai 591.390 dan menyerap 1,09 juta tenaga kerja,” ujar Teten.

Teten bukan orang pertama yang bicara soal impor pakaian bekas tersebut. Sebelumnya telah banyak orang yang mengangkat isu impor pakaian bekas yang akan menjadi ancaman serius industri tekstil di Indonesia, termasuk yang diusahakan oleh UMKM.

Oleh karena itu pemerintah bermaksud “menghidupkan” kembali Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 18 Tahun 2021, tentang Barang Dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor. Dalam Pasal 2 Ayat 3 tertulis bahwa barang dilarang impor, salah satunya adalah berupa kantong bekas, karung bekas, dan pakaian bekas.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menganggap bahwa usaha pakaian bekas impor dapat mematikan industri tekstil dalam negeri. Menurut Jokowi, bisnis pakaian bekas impor sangat mengganggu industri tekstil dalam negeri sehingga ia meminta agar bisnis tersebut ditelusuri dan ditindak.

“Sudah saya perintahkan untuk mencari betul. Sehari, dua hari sudah banyak yang ketemu. Itu mengganggu industri tekstil di dalam negeri. Sangat mengganggu,” ujar Jokowi di Istora GBK, Jakarta, Rabu (15/3/2023). “Yang namanya impor pakaian bekas. Mengganggu. Sangat mengganggu industri dalam negeri kita,” katanya lagi menegaskan.

Politisi PDIP yang juga Sekjen PENA 98 Adian Napitupulu,pada Sabtu (18/3/2023) angkat bicara soal tersebut. Dia mengaku geram dengan tudingan tersebut, yang menurutnya klaim tanpa data yang jelas.

Adian mengatakan, sebagai penggemar barang bekas termasuk pakaian, Adian merasa pernyataan pemerintah tidak berdasar fakta. Karena kehadiran barang bekas inpor, ternyata telah memberikan pilihan-pilihan beragam bagi konsumen yang ingin mendapatkan produk berkualitas dengan harga lebih terjangkau.

“Jujur saja, saya salah satu penggemar barang bekas, tidak hanya pakaian bekas tapi juga bahan bangunan bekas, furniture bekas hingga marmer, tegel bahkan genteng bekas, bahkan saya membangun desa wisata dan rumah berlantai marmer, pagar stainless, besi WF dari bekas bongkaran rumah dan gudang. Bagi saya membeli bahan bangunan bekas bagian dari komitmen menyelamatkan bumi dengan mengurangi sekian meter pemotongan gunung marmer dan mengurangi penebangan pohon untuk Furniture,” sebutnya.

Adian menambahkan,gerilya pakaian bekas, khususnya jaket kulit menjadi hiburan tersendiri untuk dirinya. Bahkan ia menganggapnya sebagai  wisata yang menyegarkan karena menemukan banyak model unik yang tidak di dapat di mall, pasar bahkan Tanah Abang sebagai pasar pakaian terbesar di Asia Tenggara.

Pria yang blak-blakan saat bicara tersebut mengatakan kalau dikatakan bahwa pakaian thrifting  membunuh UMKM, dia bertanya data siapa yang dipakai oleh pemerintah?

Menurut data Asosiasi Pertekstilan Indonesia, impor pakaian jadi dari negara Cina menguasai 80% pasar di Indonesia. Tahun 2019 impor pakaian jadi dari Cina 64.660 ton, sementara menurut data BPS pakaian bekas impor di tahun yang sama hanya 417 ton atau tidak sampai 0,6 % dari impor pakaian jadi dari Cina.

Di tahun 2020 impor pakaian jadi dari Cina sebesar 51.790 ton sementara pakaian bekas impor hanya 66 ton atau 0,13% dari impor pakaian dari Cina. Tahun 2021 impor pakaian jadi dari Cina 57.110 ton sementara impor pakaian bekas sebesar hanya 8 ton atau 0,01% dari impor pakaian jadi dari Cina.

Apakah sudah cukup? Belum! Meskipun impor pakaian jadi dari Cina telah mengisi 80% ruang pasar, masih ditambah lagi impor pakaian jadi dari Bangladesh, India, Vietnam, dan beberapa negara lainnya yang jumlahnya sekitar 15%. Dengan demikian, sisa ruang pasar yang tersedia untuk UMKM hanya 5 persen, itupun diperebutkan oleh perusahaan besar seperti Sritex, ribuan UMKM dan pakaian impor bekas.

417 ton pakaian bekas  impor yang masuk ke Indonesia, tidak semuanya bisa dijual ke konsumen karena ada yang tidak layak jual. Rata rata yang bisa terjual hanya sekitar 25 % hingga 30 % saja atau dikisaran 100 ton saja.

“Jika dikatakan bahwa pakaian bekas impor itu tidak membayar pajak maka itu juga bisa diperdebatkan karena data yang saya sampaikan di atas adalah data BPS yang tentunya juga harus tercatat juga di Bea Cukai,” sebut Adian.

Dengan demikian, Adian bertanya, siapa yang telah membunuh UMKM? Siapa yang secara sistematis bekerja membunuh UMKM? Bila diurut secara fair, para pembunuh UMKM di Indonesia sebagai berikut. UMKM 80% di bunuh pakaian jadi impor dari Cina. Sementara pakaian jadi impor Cina saat ini tidak dibunuh, tapi sedang digerogoti oleh pakaian bekas impor.

“Jadi siapa sesungguhnya yang dibela oleh Mendag dan Menkop UMKM? Industri pakaian jadi di negara Cina atau UMKM Indonesia. Ayo kita sama sama jujur,” sebut Adian.

Adian secara blak-blakan mengatakan upaya sejumlah menteri menyudutkan pelaku impor pakaian bekas, merupakan order dari pebisnis pakaian impor dari Cina. Para Menteri itu bertindak bukan seperti pemerintah, tapi lebih berupa tindakan provokator.

“Kenapa para menteri itu berlomba lomba mengejar, membakar dan menuduh pakaian bekas itu menjadi tersangka tunggal pelaku pembunuhan UMKM? Kenapa para menteri itu tidak berupaya mengevaluasi peraturan dan jajarannya untuk memberi ruang hidup lebih besar, melatih cara produksi, cara marketing bahkan kalau perlu membantu para UMKM itu menerobos pasar luar negeri. Sekali lagi, mencari kambing hitam memang jauh lebih mudah dari pada memperbaiki diri,” sebut pria berkulit gelap tersebut.

Dari data yang telah ia sampaikan, Adian tidak menemukan argumentasi rasional upaya pemburuan pelaku thrifting selain dari permintaan para importir pakaian jadi yang menguasai 80% pasar Indonesia.

Order Istri Pejabat yang Tak Ingin Tersaingi Pakaian Bekas 

Secara jenaka Adian juga mengajukan pendapat baru tentang upaya pemerintah memberantas impor pakaian bekas. Ia mengatakan tidak tertutup kemungkinan upaya itu dilakukan demi memenuhi desakan istri para pejabat tinggi yang tidak ingin tersaingi.

“Atau jangan-jangan perintah bumi hangus pakaian bekas ini permintaan istri pejabat yang tidak rela ada tukang ojek online yang pakai sepatu merk Bally dan mbak pedagang sayur yang pakai jaket Balenciaga,” sebutnya terkekeh.

Atau mungkin anak para pejabat penggemar Rubicon protes keras ketika montir bengkel tempat Rubicon ganti oli ternyata pakai kaos branded.

“Semoga nanti tidak ada kasus orang miskin dipukuli karena pakai baju branded yang dia beli di Gede Bage atau Pasar Senen yang kebetulan sama warna, merek dan motif dengan baju branded anak pejabat pemilik Rubicon itu. Konon anak pejabat kaya sering tersinggung berat kalo dapat saingan,” imbuhnya.

Sumber: Waspada, Kompas, dan rilis.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here