Komparatif.ID, Banda Aceh—Pemberian yang Tak Terbalas, merupakan kolaborasi seni kontemporer yang dipadu dengan musikalisasi puisi Seperti Belanda yang dibacakan oleh Maida Atmaja. Sebuah puisi dan tari yang 100 persen berisi gugatan terhadap ketidakadilan yang diterima Aceh setelah membantu mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Pemberian yang Tak Terbalas, merupakan kolaborasi apik antara perancang musik Moritza Taher, puisi latar Teuku Zanuarsyah, tari kontemporer Andre Teater Kosong, dan Ketua Trangi 9 Maida Atmaja.
Pementasan yang digelar di Teater Terbuka Taman Budaya Aceh, Banda Aceh, merupakan hajatan seni yang disuguhkan oleh Rumah Kreatif Trangi 9 yang dipimpin oleh mantan Ketua Dewan Kesenian Aceh (DKA) Maida Atmaja. Perhelatan pertunjukkan tersebut digelar pada Sabtu malam, 28 Oktober 2023.
Baca: Pengaruh Syiah Dalam Sastra Tulis dan Tari Aceh
Seni pertunjukkan tersebut diawali dengan makan malam bersama dengan menu utama kuah beulangong, yang merupakan kuliner khas Aceh Rayek yang berupa kari yang dimasak tanpa santan. Sebuah sajian penuh rempah khas Aceh yang merupakan salah satu penghasil rempah yang sangat penting di Asia kala Serambi Mekkah masih maujud sebagai sebuah negara.
Tema pertunjukkan Panggung Trangi 9 Beulangong Art, merupakan bentuk penghargaan atas mahakarya kuliner kuah beulangong yang turut menjadi simbol kekayaan dan kebesaran Aceh di masa lampau.
Seperti di panggung-panggung lainnya, Maida tampil dengan pakaian yang sesuai tema. Kali ini pakaiannya serba hitam. Suaranya menggelegar kala membaca bait demi bait puisi Seperti Belanda buah karya Fikar W Eda, seorang jurnalis cum budayawan Gayo yang bermukim di Jakarta.
Panggung benar-benar menghadirkan suasana yang mengaduk perasaan. Kala Andre menggerakkan tari seolah-olah sedang menjadi dirigen lagu Indonesia Raya, semua hadirin berdiri. Andre yang masih kuliah di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Jantho, Aceh Besar, mampu mengaduk-aduk perasaan penonton melalui gerakan tubuhnya yang meliuk-liuk mengikuti melodi dissonance hasil racikan Moritza Taher.
Seperti Belanda
mereka pun menghunus sangkur
dengan senapan siap tempur
rumah-rumah digempur
masjid, meunasah
dibuat hancur
Melebihi Belanda
mereka perkosa istri-istri kami
mereka tebas leher putra putri kami
mereka bunuh harapan dan cita-cita kami
Puisi yang dibaca oleh Maida Atmaja, mengaduk-aduk perasaan penonton. Sebuah seni gugatan yang menghadirkan kemarahan kecil di dalam hati penonton. Suara-latar yang diisi Ampon Yan—Teuku Zanuarsyah—yang mengilustrasikan bujuk rayu Soekarno kepada Teungku Daud Bereueh, menjadi semacam gugatan atas pengkhianatan sejarah.
Maida dan rekan seniman seperti hendak menyampaikan pesan inti dalam pertunjukkan Pemberian yang Tak Terbalas, merupakan musikalisasi nasib Aceh yang setelah menolong Indonesia, justru menjadi bulan-bulanan akibat dari protes yang dilakukan.
Pemberian yang Tak Terbalas, menambah catatan Riwayat upaya menggenggam ingatan tentang pengkhianatan yang menyakitkan itu. Pemberian yang Tak Terbalas merupakan luka pertama Aceh atas Indonesia yang diingat sampai anak cucu. Maida menyegarkan kembali ingatan itu lewat seni.