Pay dan Puisi Terakhirnya

pay
Almarhum Fadly Sy alias Pay. Foto: Disitat dari Facebook allahyarham.

Komparatif.ID, Banda Aceh— Pay—Fazly Sy– telah pergi. Pria ramah itu menutup mata di Rumah Sakit Umum Fakinah, Banda Aceh. Banyak yang tidak tahu bila selama ini dirinya menderita sakit. Ia memilih menyimpannya, sembari terus menulis puisi.

22 Agustus 2023, Pay mengeposkan sebuah puisi bertajuk Perpisahan. Itu puisi terakhir yang ia unggah di timeline Facebook, di sela kesibukannya melakukan tugas sebagai pekerja profesional, sekaligus di antara upayanya melawan rasa sakit yang mendera tubuhnya.

𝗣𝗲𝗿𝗽𝗶𝘀𝗮𝗵𝗮𝗻

𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘪𝘴𝘢𝘩

𝘚𝘦𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘯𝘢𝘱𝘢𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘴𝘢𝘩

𝘗𝘰𝘴𝘪𝘴𝘪 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘦𝘭𝘢𝘩

𝘈𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘱𝘢𝘴𝘳𝘢𝘩

𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘴𝘵𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘪

𝘛𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘢𝘪𝘳 𝘮𝘢𝘵𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘦𝘳𝘢𝘪

𝘑𝘶𝘨𝘢 𝘵𝘪𝘢𝘥𝘢 𝘣𝘢𝘥𝘢𝘪

𝘔𝘢𝘳𝘪 𝘱𝘶𝘵𝘶𝘴 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘮𝘢𝘪

𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘴𝘢𝘥𝘢𝘳

𝘛𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘶 𝘴𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘰𝘢𝘳

𝘈𝘨𝘢𝘳 𝘳𝘪𝘯𝘥𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘢𝘬𝘢𝘳

𝘋𝘢𝘯 𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘭𝘪𝘢𝘳

Pay merupakan awak awai dalam dunia pergerakan sosial di Aceh. Ia turut andil membangun sejumlah lembaga swadaya masyarakat yang berkiprah melakukan advokasi Aceh di kala dilanda perang maupun setelah damai.

Terakhir, ia bekerja sebagai Environmental Governance Specialist at USAID SEGAR – Sustainable Environmental Governance Across Regions.

Baca: Kristian Hansen: Aceh Negeri Ramah & Paling Indah di Sumatera

Ada yang menarik dari sosok egaliter tersebut. Ia tidak sekalipun mengutarakan rasa sakitnya kepada banyak orang. Hanya satu dua yang tahu bila pria berkacamata itu sedang berjuang melawan penyakit yang mendera tubuhnya. Bahkan, saat harus benar-benar bed rest di atas ranjang rumah sakit, dia menolak dijenguk.

Para penggiat dunia aktivisme terkejut, kala Dewa Gumay mengumumkan kepergian Fadly Sy di timeline Facebook.

Keluarga besar USAID SEGAR berduka atas berpulangnya kerahmatullah, Saudara kami tercinta FADLY Sy atau biasa dipanggil Pay, di Rumah Sakit Faqinah, 14 November 2023, jam 22:20 WIB.

Kamis, 15 November 2023, pria energik yang selalu ceria itu, dikebumikan di Gampong Mibo, Banda Raya, Kota Banda Aceh. Dia telah berkalang tanah, membawa segenap cerita tentang Aceh, dunia aktivisme, dan segenap perilaku manusia yang maju mundur, seperti yang sering ia sentil melalui puisi-puisinya.

Baca: USAID Gelar Diskusi Peluang Bisnis Hijau di Aceh

Di laman media sosial, teman-temannya menulis catatan pendek; tentang interaksi mereka dengan pria asal Matangglumpngdua itu.

Dari semua kesaksian, Fadly Sy dapat disimpulkan sebagai seorang pria yang baik. Seorang teman sangat asyik. Ia juga seorang suami dan ayah yang sangat luar biasa.

Selamat jalan, Bung, banyak kisah yang akhirnya terkubur, karena tak tuntas diceritakan di teras kedai mi aceh di dekat Masjid Raya Baiturahman.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here