Pasar Tungkop Berdenyut 24 Jam

Pasar Tungkop
Suasana Pasar Tungkop saat berlangsungnya pasar subuh. Foto: Zalfa Zahiya/HO for Komparatif.id

Pasar Tungkop adalah salah satu Kawasan ekonomi perdagangan yang berdenyut 24 jam. Meski bukan pasar internasional, tapi ekosistem telah menciptakan mata rantai yang membuat Tungkop tidak pernah tidur.

Pasar Tungkop, sebuah Kawasan ekonomi lokal yang berada Gampong Tungkop, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar.  Gampong Tungkop berada tidak jauh dari Kopelma Darussalam, yang merupakan rumah ilmu pengetahuan, tempat berdirinya tiga perguruan tinggi yaitu Universitas Syiah Kuala (USK), Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, dan Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan Teungku Chiek Pante Kulu.

Pasar Tungkop merupakan pusat kegiatan ekonomi di Mukim Tungkop, Aceh Rayek. Meskipun kedudukan mukim di Aceh telah tereduksi menjadi sekadar lembaga adat—fungsi pemerintahannya telah dihapus di masa orde baru—tapi jejak perekonomian masih tertanam erat di sana.

Baca: Demi Kekasih, Pria Blang Dalam Merantau ke Malaysia

Lazimnya sebagai pusat mukim, di sini terdapat sebuah sebuah mesjid jamik. Posisi Pasar Tungkop yang berada di tengah-tengah, membuat pusat bisnis tradisional ini menjadi hidup dengan geliat yang semarak. Orang-orang dari empat penjuru mata angin, berdatangan ke sana, baik untuk berniaga, maupun berbelanja.

Bila harus menggunakan penanda waktu, maka Pasar Tungkop dimulai pukul 03.00 dinihari. Para petani dan agen sayur-mayur berdatangan ke Pasar Tungkop membawa beragam sayuran, buah-buahan dan hasil perkebunan lainnya.

Mereka datang dari berbagai gampong yang ada di sekitar Mukim Tungkop. Ada yang membawa daun singkong, daun pisang, kelapa, kacang tanah, ubi, kangkong, petai, dan lain-lain.

Pasar perdagangan sayur-mayur dan buah-buahan tersebut disebut pasar subuh. Karena dimulai jelang Subuh. Pasar tersebut akan selesai pada pukul 07.00 WIB. Barang yang dibawa dari berbagai pelosok desa, telah dibeli para agen kemudian diangkut ke tempat lain. Sebagian kecil dibeli warga setempat, untuk kebutuhan rumah tangga, atau dijual kembali di pasar-pasar kecil.

Tatkala pasar subuh selesai, maka mulailah toko-toko buka. Baik toko kelontong, toko pakaian, toko bahan bangunan, dan lain-lain. Para pedagang tersebut berniaga di tengah hiruk pikuk Pasar Tungkop yang juga menjadi salah satu pusat pendidikan dasar dan menengah yang cukup penting di Aceh Besar.

Warung kopi juga banyak di sana. Warkop menjadi ciri khas pusat keramaian di Aceh. tak ada pusat keramaian yang tidak ada warung kopi. Karena menyeruput kopi merupakan bagian dari kehidupan para lelaki Aceh.

Warung nasi juga bertebaran. Menjajakan berbagai menu, baik yang bersifat lokal, maupun yang berbau nasional. Mulai dari kuah beulangong, kuah pliek, sie reuboh, hingga rendang daging lembu khas Sumatra Barat.

Malam hari toko-toko mulai tutup satu persatu. Kecuali warung kopi. Warkop mengambil posisi tutup paling akhir. Deadline tutup warkop pukul 00.00 WIB. Tapi baru benar-benar tutup pukul 01 dinihari atau menjelang setengah dua malam.

Tidak lama setelah para pekerja warkop merebahkan punggung di atas ranjang, para peniaga sayur mayur dan hasil kebun mulai berdatangan ke Pasar Tungkop. Mereka mulai mengatur dagangan. Berkomunikasi dengan para agen. Serta melepaskan barang dibawa kepada agen.

Hasil amatan penulis yang terakhir kali dilakukan pada Rabu (5/6/2024), terdapat beberapa faktor yang menyebabkan Pasar Tungkop terus bergeliat sampai saat ini.

Pertama, karena lokasinya strategis. Pasar ini terletak di persimpang jalan antara jalan Lambaro Angan, Blangbintang, dan Darussalam, yang membuatnya sangat strategis dan mudah diakses oleh masyarakat.

Kedua, pasar ini beroperasi dari pukul 03:30 WIB, yang menjadi salah satu pasar yang paling awal dibuka di wilayah tersebut.

Ketiga, kualitas produk. Sayur mayur yang dijual di pasar subuh Tungkop memiliki kualitas terbaik. Bayam, kangkung, sawi, seledri, selada, bawang, dan cabe, dikatakan masih segar dan murah, membuatnya populer di kalangan masyarakat.

Keempat, kejujuran dalam berdagang. Transaksi di pasar subuh Tungkop sangat memperhatikan kehalalan transaksi. Persaingannya sehat, dan para pedagang dapat dipegang komitmennya.

Kelima, melibatkan masyarakat dari dua kecamatan. Masyarakat Darussalam dan masyarakat Kota Banda Aceh, bercampur baur di dalam pasar itu, baik sebagai pedagang maupun pembeli. Mulai dari guru besar perguruan tinggi, hingga rakyat jelata. Pasar yang heterogen menjadikannya sangat dinamis dan aktif.

Keenam, Pasar Tungkop luas. Sehingga perdagangan dapat dilakukan secara leluasa.

Ketujuh, perdagangan pasar subuh di sini masih dilakukan dengan cara sangat tradisional. Barang yang dijual, semuanya ditumpuk. Mereka tidak mempergunakan timbangan. Sehingga berbelanja di sini menimbulkan sensasi lain.

Sampai kapan Pasar Tungkop akan bertahan? Selama masyarakatnya masih bersedia mempertahankan ciri khas, sistem, dan nilai-nilai perdagangan yang jujur. Pasar Tungkop sangat bergantung pada keberadaan pasar subuh. Bila pasar subuh hilang, maka Tungkop akan menjadi pusat perdagangan lainnya di Aceh, yang tidak memiliki ciri khas, dan tentunya tidak akan bergeliat 24 jam.

Laporan ini ditulis oleh Zalfa Zahiya, mahasiswa Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh.

Artikel SebelumnyaKinerja Perbankan Aceh Mulai Pulih Seperti Sebelum Covid-19
Artikel SelanjutnyaJemaah Haji Asal Sabang Meninggal di Mekkah
Redaksi
Komparatif.ID adalah situs berita yang menyajikan konten berkualitas sebagai inspirasi bagi kaum milenial Indonesia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here