Komparatif.ID, Lhokseumawe—PAS Aceh, demikianlah singkatan nama dari partai politik lokal yang didirikan oleh sejumlah pemimpin dayah di Serambi Mekkah. Partai Adil Sejahtera Aceh didirikan dari hasil ijtima ulama dalam Silaturahmi Ulama Aceh (SUA) pada 10 November 2021 di Banda Aceh.
PAS Aceh dideklarasikan di komplek makam Sultan Malikussaleh, Geudong, samudera, Aceh Utara, Rabu (22/2/2023) oleh Abuya H. Mawardy Waly; salah seorang putra dari pendiri Dayah Darussalam, Labuhan Haji, Aceh Selatan, Syaikhul Islam Teungku H. Muhammad Waly Al-Khalidy.
Di PAS Aceh, Abuya Marwadi Waly bukan saja ikut mendirikan partai lokal tersebut, tapi juga ikut serta duduk dalam Majelis Nasihin yang beranggotakan 20 ulama se-Aceh, termasuk di dalamnya Waled Hasanoel Basri (Abu Mudi Mesra) Samalanga.
Baca juga: MA Jangka, Camat Legendari Peusangan
Dalam pidatonya Abuya Mawardi mengatakan secara ijma ikut serta dalam pemerintahan demi mewujudkan tatakelola yang baik, merupakan kewajiban. Baik itu di tingkat eksekutif (ahlul imamah) maupun legislatif (ahlul ikhtiar).
Abuya menegaskan bahwa kelahiran PAS Aceh merupakan amanah dari SUA yang digelar pada 2021 di Banda Aceh.
Visi besar PAS Aceh yaitu hendak melakukan amar ma’ruf nahi mungkar di dalam dunia politik, sehingga dapat mewujudkan tatakelola pemerintahan yang memihak kepada rakyat serta menjaga eksistensi agama.
Sang cendekiawan tersebut menyeru rakyat Aceh bergabung dengan PAS, dan berjuang bersama menjaga agama Islam.
“Kami tegaskan juga bahwa visi besar partai ini adalah melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar dalam politik sehingga dengan ini kita dapat mewujudkan model pemerintahan eksekutif dan legislatif yang adil dan memihak rakyat serta menjaga eksistensi agama,” tegas Abuya.
Deklarasi Partai Adil Sejahtera yang diketuai oleh Teungku Bulqaini Tanjungan (Samalanga) ikut dihadiri oleh sejumlah ulama seperti Tgk H Hasanoel Bashry (Abu Mudi), Tgk H Muhammad Yusuf A. Wahab (Tu Sop), Tgk M Yusuf Nasir (Abiya Jeunib), Abu Ishak Lamkawe, Tgk H Muhammad Amin Daud (Ayah Min Cot Trueng), Tgk H Abdullah Tanjong Bungong, Tgk H Abu Bakar (Abon Buni), Abati Dahlan Jungka Gajah, Abati Lhok Mon Puteh dan Habib Dr Zainal Abidin Bilfaqih, Ketua Biro Dakwah Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) Internasional, serta pihak-pihak lainnya.
PAS Aceh, Si Bungsu Kalangan Dayah
Kehadiran PAS Aceh—yang merupakan kalangan dayah—bukan hal baru dalam dunia politik Aceh. Sebelumnya sudah ada Partai Generasi Atjeh Beusaboh Tha’at Dan Taqwa (Gabthat) yang lahir pada 2007. Tokoh sentral Partai Gabthat yaitu Abi Lampisang, yang merupakan seorang ulama sunni di Aceh Besar. Gabthat juga peserta pemilu 2024. Pada pemilu-pemilu sebelumnya partai ini selalu tidak berhasil lulus verifikasi KIP Aceh.
Sejak 2007 juga telah lahir PDA. Pada awal berdiri PDA merupakan Partai Daulat Aceh. kemudian pada 2012 menjadi Partai Damai Aceh, pada 2016 menjadi Partai Daerah Aceh. kemudian pada berubah lagi sebagai Partai Darul Aceh.
PDA merupakan partai berbasis dayah dengan sosok sentralnya Teungku H. Muhibbusabri A. Wahab.
Dalam perjalanannya, baik Gabthat maupun PDA, tidak mendapatkan dukungan luas dari kalangan dayah yang ditargetkan menjadi basis utama mereka.
Akankah Partai Adil Sejahtera Aceh (PAS Aceh) berhasil mendulang dukungan?