Pantai Lambaro dengan pasir putih yang terhampar melengkung, merupakan surga penyu belimbing di Pulau Breuh, Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar. Di sini dibangun pusat penangkaran secara tradisional.
Pantai Lambaro berada di bibir pantai Samudera Hindia. Bila hari cerah, alam akan menampilkan pemandangan yang sangat indah. Dilingkari hutan hujan yang menghijau, Lambaro juga dikecup oleh samudera dengan air warna biru; eksotis!
Pantai Lambaro sama seperti banyak tempat-tempat lainnya di Pulo Breuh. Masih sangat alami, belum ada sentuhan pembangunan. Meskipun berada tidak jauh dari pusat keramaian Gampong Gugop, pantai dengan pasir putih tersebut masih seumpama boh lam ôn–dara yang dipingit tanpa riasan; cantik alami.
Sejak lima tahun lalu sejumlah warga membuat kelompok penangkar penyu. Grup tersebut berada di bawah naungan Lembaga Ekowisata Pulo Aceh (LEPA). Saat ini ketua yang memimpin kelompok itu bernama Badruddin (45). Pria berkulit gelap dan berbadan kurus tersebut sering disapa Bang Din. Ia bermukim di Gugop.
Saat ditemui Komparatif.ID, Selasa (14/2/2023) dia bercerita tentang penyu yang sering mendarat di Lambaro untuk bertelur. Binatang reptil laut tersebut akan berlabuh pada bulan November hingga Januari. Tiga bulan itu dipergunakan untuk bertelur dan menyembunyikannya di bawah pasir tepi pantai.
Baca juga: Astaga! Baru Achmad Marzuki yang Perhatian Pada Pulo Aceh
Jangan berharap bila setiap musim bertelur kita dapat bertemu penyu yang sama. Karena masa bertelur mulai 2 sampai 8 tahun sekali.
Pada musim bertelur kali ini, hanya empat Penyu belimbing (dermochelys coriacea), yang berlabuh di Pantai Lambaro. Pun demikian, reptilia tersebut sangat istimewa, karena merupakan penyu terbesar di dunia, dan juga reptil keempat terbesar di dunia setelah tiga jenis buaya.
Dikutip dari situs baliseaturtle.co.id, penyu belimbing setiap kali bertelur antara 80 sampai 100 butir.
“Ukuran telurnya sangat besar. Seukuran bola tenis,” sebut Badruddin.
Di Pantai Lambaro juga mendarat penyu lekang. Pada periode kali ini yang berlabuh di Lambaro mencapai 50 ekor. Berbeda dengan penyu belimbing yang mencapai berat maksimal 700 kilogram, penyu lekang hanya 31-47 kilogram. Namun yang singgah di pantai itu belum ada yang berukuran maksimal. Ukuran telur lekang sebesar bola tenis meja.
Di pantai ini, meskipun sudah ada kelompok penangkar, tapi tidak seluruh telurnya ditangkar. Ada yang dijual, ada pula yang dikonsumsi oleh masyarakat sekitar. Selebihnya ada juga yang diburu oleh binatang liar seperti babi dan biawak.
“Harga telur penyu belimbing Rp 5000 per butir, sedangkan telur lekang Rp 4000,” terang Badruddin.
Baca juga: Pantai Lampuuk, Wisata 1000 Pesona
Kapan penyu mendarat untuk bertelur? Menurut amatan Badruddin, penyu-penyu mulai naik ke darat pada pukul 21.00 WIB hingga pukul 05.00 WIB. Juga sangat tergantung pada pasang dan surutnya air laut Samudera Hindia.
Dari pengalaman di Camp Penyu, karena dieram secara alami, waktu penetasan telur lekang membutuhkan 40 sampai 46 hari. Sedangkan telur belimbing 50 sampai 55 hari.
Bila sudah menetas, pihak Camp Penyu akan melepasnya ke laut. Prosesi pelepasan tukik ke laut digelar dalam acara formal.
Pantai Lambaro & Potensi Wisata Bahari Pulo Aceh
Saat ini potensi wisata bahari di Pulo Aceh telah menjadi perhatian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Aceh.
Kepala Disbudpar Aceh Almuniza Kamal menyebutkan pihaknya sedang mendata berbagai spot yang potensial untuk dikembangkan.
Pulo Aceh sendiri, khususnya Pulo Nasi masih memiliki banyak kekurangan dalam berbagai hal. Transportasi menjadi kendala paling utama. Karena selama ini hanya dilayani oleh boat-boat milik masyarakat yang dalam sehari hanya beroperasi sekali–pulang pergi. Ada juga KMP Papuyu, tapi tidak berlayar tiap hari.
“Kami sedang mendata potensi di Pulo Breuh. Dari sisi bentang alam sangat menjanjikan. Mulai dari spot bernilai sejarah hingga pantai yang terhampar dengan keindahan eksotis,” sebutnya.