Komparatif.ID, Jakarta— Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo), Nezar Patria menekankan pentingnya kebijakan afirmatif untuk memfasilitasi, dan mendorong perempuan agar dapat mengembangkan karirnya hingga mencapai puncak.
Dalam keterangannya di Jakarta pada Selasa (5/11/2023), Nezar menjelaskan perempuan sering mengalami kesulitan untuk mencapai level atas karir karena berbagai alasan, termasuk cuti untuk mengasuh anak setelah berkeluarga.
“Masalahnya (perempuan) tidak bertahan sampai level atas. Begitu berkeluarga biasanya cuti. Jadi ada pause sekitar dua tahun, tiga tahun, yang membuat laju karirnya agak melambat. Kaum perempuan lebih banyak di mid-level dan di low-level. Itu juga saya kira salah satu alasan yang natural tetapi harus ada semacam kebijakan afirmatif,” ungkap Nezar.
Berdasarkan pengalamannya 25 tahun di industri media, Nezar melihat terjadi peningkatan partisipasi perempuan dalam produksi berita di ruang redaksi selama 15 tahun terakhir. Ini mencerminkan adanya perubahan positif terhadap peran perempuan sebagai produsen di industri media.
“Setiap kali rekrutmen 15 tahun terakhir itu paling tidak hampir separuhnya kekuatan-kekuatan produksi di ruang redaksi media itu diisi oleh kaum perempuan, ini menurut saya satu gejala yang cukup menarik,” tambahnya.
Baca juga: Nezar Tantang Pemuda Bangun IKN
Wamen kelahiran Sigli ini juga menekankan kebijakan afirmatif tidak hanya diperlukan untuk perempuan tetapi juga untuk lelaki atau pasangannya. Sebagai contoh, kebijakan cuti melahirkan tidak hanya diberikan kepada perempuan tetapi juga suaminya, sehingga perempuan tidak terhenti dalam pengembangan karirnya.
“Supaya bisa bagi tugas kalau ada enam bulan (cuti melahirkan) itu ya tiga bulan laki-laki di rumah, tiga bulan ibu-ibu bisa bekerja di perusahaan. Nah ini juga di sejumlah negara mulai diterapkan,” terangnya.
Selain itu, kebijakan afirmatif dianggap bisa mengantisipasi fenomena penuaan masyarakat (aging society) di negara maju. Banyak perempuan menunda menikah karena fokus pada karirnya hingga usia 40-an, yang berpotensi menyebabkan penurunan populasi seperti yang terjadi di beberapa negara maju seperti Jepang dan beberapa negara Eropa.
Meskipun demikian, Nezar bersyukur karena saat ini Indonesia memiliki komposisi usia muda yang dominan, dan diperkirakan pada tahun 2030 hingga 2045 akan memiliki 60 persen masyarakat berusia antara 17 sampai 45 tahun.