Komparatif.ID, Banda Aceh— Komitmen pemerintah dalam mendorong aktivitas riset dan pengembangan di bidang ekonomi digital semakin menguat. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamen Kominfo) Nezar Patria pada Launching Markas Aceh yang diselenggarakan oleh Kominfo dan Startup Banda Aceh Community di Kuala Village, Banda Aceh, pada Kamis (28/3/2024).
Menurut Nezar, upaya ini sangat penting untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan ekosistem ekonomi digital di Indonesia.
“Upaya mendorong aktivitas riset dan pengembangan untuk menghadirkan efektivitas dan efisiensi teknologi bagi pelaku ekonomi digital ini penting sekali. R&D ini saya kira salah satu aspek kunci bagi ekonomi digital untuk bisa bertumbuh dan berkembang,” ujarnya.
Selain itu, Nezar Patria juga menegaskan bahwa pemerintah berupaya mengoptimalkan riset dan inovasi untuk mendukung solusi startup lokal serta memperkuat akses informasi strategis demi mendukung pembangunan nasional. Perlindungan merek terhadap produk dan paten terhadap inovasi dan teknologi juga ditekankan sebagai bagian dari strategi ini.
“Lalu adopsi teknologi digital juga harus ditingkatkan di sektor-sektor prioritas seperti manufaktur, pertanian, logistik, dan keuangan,” tambahnya.
Menurut Nezar, saat ini pemerintah terus berupaya meningkatkan pendanaan dan investasi dalam sektor ekonomi digital. Meskipun demikian, persentase pengeluaran PDB untuk sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
Baca juga: Nezar Patria Bicara Bisnis Ekonomi Digital
Ia juga memaparkan proyeksi ekonomi digital Indonesia pada tahun 2024 yang diharapkan dapat menyumbang hingga 4,6 persen dari produk domestik bruto. Namun, angka ini masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan negara-negara maju.
“Masih kecil kalau kita bandingkan dengan kontribusi ekonomi digital di sejumlah negara maju, semisal Amerika atau negara-negara Eropa dan juga China yang rata-rata sudah di atas 40 dan 50 persen lebih sumbangan ekonomi digitalnya kepada produk domestik bruto,” jelasnya.
Meski demikian, Nezar tetap optimistis terhadap perkembangan ekonomi digital di Indonesia. Dia menyebutkan bahwa penerapan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi digital di Tanah Air.
“Penerapan digital financial services di Indonesia seperti adopsi Quick Response Code Indonesian Standard atau QRIS turut berkontribusi pada perkembangan ekosistem ekonomi digital kita,” tegasnya.
Nezar menambahkan bahwa berkat QRIS, Indonesia menjadi kekuatan utama pembayaran digital di Asia Tenggara dengan proyeksi pertumbuhan nilai pasarnya mencapai USD760 Miliar pada tahun 2030.