Komparatif.ID, Banda Aceh— Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria berbicara tentang perubahan besar yang sedang terjadi di abad 21, ia menyoroti revolusi dan dampak teknologi digital terhadap masa depan ekonomi Indonesia.
Nezar menyebut sebagian besar masyarakat mungkin telah menyadari kini mereka hidup di era digital yang mengubah cara berinteraksi, bekerja, dan berinovasi. Tapi muncul pertanyaan: apakah masyarakat benar-benar memahami dampak revolusi digital ini?
Pertanyaan retorik tersebut ia lontarkan saat berbincang santai bersama masyarakat dan pemuda Aceh di Museum Tsunami, Banda Aceh, Rabu (25/10/2023).
Untuk menjawab pertanyaan itu, Wamen kelahiran Pidie ini mengajak kembali ke seratus tahun lalu, saat dunia juga mengalami yang ia sebut sebagai “persimpangan jalan” akibat revolusi ilmu pengetahuan di abad ke-20.
Pada saat itu, dunia menyaksikan revolusi ilmu pengetahuan yang membentuk dasar abad ke-20, dengan kemunculan teori-teori fisika dan peristiwa penting seperti Perang Dunia I dan II yang dipengaruhi oleh ideologi sosialisme, kapitalisme, dan fasisme.
Sama seperti manusia seratus tahun lalu yang menyaksikan “persimpangan jalan”, masyarakat kini juga sedang melewati persimpangan yang sama yaitu revolusi baru yang digerakkan oleh teknologi digital.
“Kita berada di persimpangan jalan. Teknologi digital berkembang dengan sedemikian rupa dari teknologi mobile hingga generatif artificial intelligence (AI), yang mampu menciptakan sesuatu berdasarkan logika yang diciptakan sendiri,” ucap Nezar.
Baca juga: Wamenkominfo Ajak Santri Aktif Wujudkan Pemilu Damai 2024
Nezar Patria: Teknologi Digital Dorong Perubahan
Wamenkominfo menjelaskan perkembangan teknologi digital seperti mobile computing, cloud, Internet of Things, dan Artificial Intelligence (AI) menjadi pendorong utama perubahan. Revolusi digital juga membawa perubahan besar dalam berbagai bidang, terutama dalam politik dan menciptakan “konsekuensi yang tidak terduga.”
“Dunia berubah wajahnya dengan satu revolusi digital ini. Banyak perubahan di bidang politik juga yang tidak pernah diduga atau pun tidak pernah diramalkan sebelumnya. Jadi revolusi digital telah membawa apa yang disebut sebagai unintended consequences, konsekuensi yang tidak terduga,” ujar Nezar.
Terkait AI, Nezar saat membandingkan perkembangan AI dengan perkembangan fisika nuklir di masa lalu. Ia menjelaskan saat ini muncul berbagai pandangan bagaimana menyikapi AI yang semakin cerdas, sementara manusia belum mampu membatasinya.
Sama seperti saat Ernest Rutherford fisikawan yang menemukan fusi nuklir pada 1932 bersama J.J. Thomson di Universitas Cambridge. Implikasi dan perkembangan pengetahuan berdasarkan penemuan mereka tidak mampu dibatasi sehingga menyebabkan Hiroshima meledak akibat bom atom yang berselang 13 tahun sejak fusi nuklir ditemukan.
“Perkembangannya sedemikian rupa sehingga AI ini mirip dengan perkembangan atom juga jadi perdebatan yang cukup serius,” lanjut Nezar.
Meski memiliki dampak yang belum bisa diraba, menurut Nezar AI memiliki beragam output yang bermanfaat, seperti optimasi proses produksi, prediksi ekonomi, pengukuran cuaca, serta penggunaan dalam robotik dan bidang medis.
Baca juga: Tangkal Hoaks, Nezar Dorong Literasi Digital
Peran Teknologi Untuk Ekonomi Digital
Meskipun AI tidak memiliki kesadaran seperti manusia, AI menggunakan komputasi, statistik, dan linguistik dengan sistem neural yang kompleks, mirip dengan cara otak manusia bekerja. Dalam konteks Indonesia, Nezar menyampaikan pentingnya peran teknologi dalam ekonomi digital.
Nezar menekankan bahwa ekonomi digital akan menjadi faktor penting dalam perubahan ekonomi Indonesia ke depan. Ia menjelaskan saat ini Cina mencapai kontribusi bisnis digital sebesar 45% dari total PDP (Produk Domestik Bruto), sementara Indonesia masih di bawah 10%.
Nezar berpandangan bahwa dalam sepuluh tahun ke depan, perubahan ini mungkin akan lebih besar lagi, dan ekonomi Indonesia akan semakin bergantung pada ekonomi digital.
“Sudah sejauh mana kita menangkap gelagat perubahan dunia. Ekonomi kita mungkin ke depan dalam 10 tahun lagi akan berubah wajahnya karena digital ekonomi akan berperan besar,” terang Nezar.
Nezar menegaskan Indonesia harus memainkan peran penting dalam panggung global digital berkat jumlah penduduk yang besar, dan ditopang sumber daya yang melimpah.
Saat ini, Indonesia merupakan salah satu dari dua negara Asia yang diundang untuk menghadiri AI Summit di London, menunjukkan pentingnya peran Indonesia dalam pengembangan AI di tingkat global.
“Itu karena kita 280 juta penduduknya, lalu kemudian (Indonesia merupakan) pasar terpenting di Asia. Sumber daya kita melimpah. Jadi AI itu jangan dilihat cuma apa wujud program aplikasi. Tapi AI itu juga harus dilihat sebagai ekosistem,” lanjutnya.
Terakhir, Nezar mengatakan Indonesia memiliki potensi besar dalam perkembangan teknologi dan ekonomi digital. Ia mendorong masyarakat dan pemuda untuk aktif terlibat dalam inovasi dan kolaborasi dengan komunitas startup, dan memanfaatkan peluang-peluang untuk memastikan Indonesia tetap relevan dan berperan penting di panggung global.