Komparatif.ID, Banda Aceh—Sekretaris Assosiasi Serikat Pekerja Indonesia (Aspek) Indonesia Provinsi Aceh, Muhammad Arniv menyebutkan Presiden Joko Widodo terlalu egois. Keegoisan itu menurutnya karena di tengah berbagai ancaman krisis global, masih saja menaikkan harga BBM.
Dalam siaran pers yang dikirim kepada Komparatif.id, Senin (5/9/2022) Muhammad Arniv menilai saat ini rakyat Indonesia sedang dihadapkan dengan ancaman krisis pangan global. Di sisi lain, baru saja menghadapi pandemic Covid-19, serta ikut terdampak juga akibat perang Ukraina-Rusia. Sehingga ekonomi rakyat sedang sulit.
“Keputusan Pemerintah menaikkan harga BBM seolah-olah memperlihatkan negara sedang berbisnis dan mencari keuntungan terhadap penjualan BBM kepada rakyatnya,” kata Muhammad Arniv.
Ia menjelaskan, setelah Pemerintah menaikkan BBM, sejumlah komoditi juga naik harga. Ongkos kendaraan umum juga naik. Bahkan di Aceh tarif angkutan umum naik hingga 30% dari harga lama.
“Ketika BBM naik, seluruhnya akan naik, karena BBM merupakan urat nadi ekonomi,” terang Arniv.
ASPEK Indonesia Provinsi Aceh mendesak Presiden Jokowi untuk segera mencabut keputusan kenaikan harga BBM.Bilapun tidak diturunkan, Aspek meminta Upah Minimum Provinsi (UMP) Aceh naik 30 % pada 2023, untuk mengimbangi pendapatan dan pengeluaran buruh.
Seperti diberitakan sebelumnya, akhirnya harga BBM kembali dinaikkan oleh Pemerintah. Presiden Jokowi menyebutkan selama ini anggaran subsidi dan kompensasi BBM tahun 2022 mencapai Rp502,4 T.
Subsidi yang diprioritaskan untuk masyarakat kurang mampu itu, justru 70% dinikmati kelompok masyarakat mampu.Keputusan pemerintah untuk mengalihkan subsidi BBM adalah pilihan terakhir.
Demikian disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia Ir. Joko Widodo (Jokowi) Sabtu (3/9/2022), saat memberikan keterangan pers bersama para menteri di Istana Merdeka, Jakarta.
“Mestinya uang negara itu harus diprioritaskan untuk memberi subsidi kepada masyarakat yang kurang mampu. Dan saat ini Pemerintah harus membuat keputusan dalam situasi yang sulit. Ini adalah pilihan terakhir pemerintah, yaitu mengalihkan subsidi BBM, sehingga harga beberapa jenis BBM yang selama ini mendapat subsidi akan mengalami penyesuaian,” ujar Presiden.
Kepala Negara menuturkan bahwa Pemerintah telah berupaya untuk melindungi masyarakat dari kenaikan harga minyak dunia melalui subsidi BBM. Namun, Presiden menyebut bahwa kompensasi BBM tahun 2022 telah meningkat tiga kali lipat.
“Saya sebetulnya ingin harga BBM di dalam negeri tetap terjangkau dengan memberikan subsidi dari APBN. Tetapi anggaran subsidi dan kompensasi BBM tahun 2022 telah meningkat tiga kali lipat dari Rp152,5 triliun menjadi Rp502,4 triliun, dan itu akan meningkat terus. Lebih dari 70 persen subsidi justru dinikmati oleh kelompok masyarakat yang mampu yaitu pemilik mobil-mobil pribadi,” tutur Kepala Negara.