Nyakki dan Mimpi Besar dari Lapangan Kecil Bugak Krueng

Nyakki dan Mimpi Besar dari Lapangan Kecil Desa Bugak Kreung
M. Zaky bersama anak didiknya saat berlatih di lapangan di Desa Bugak Kreung, Kecamatan Jangka, Bireuen. Foto: Komparatif.ID/Rahmad Bugak.

Komparatif.ID, Bireuen— Ada sesuatu yang magis tentang sepak bola. Ia bukan sekadar permainan, melainkan bahasa universal yang mampu menghubungkan siapa saja, di mana saja, tanpa memandang latar belakang.

Magis itulah yang dirasakan M. Zaky, atau yang akrab disapa Nyakki, ketika suatu sore ia menyaksikan anak-anak kampungnya bermain bola di lapangan kecil tak jauh dari rumahnya di Gampong Bugak Kreung, Kecamatan Jangka, Bireuen.

Pemandangan sederhana itu—anak-anak bermain dengan gawang yang terbuat dari sandal—menjadi pemantik api semangat yang mengubah hidup Nyakki dan mungkin, suatu hari nanti, masa depan sepak bola Bireuen.

Zaky, seorang wasit berlisensi C yang sering memimpin pertandingan di Bireuen, menyadari potensi besar yang tersimpan di balik keceriaan anak-anak itu.

Meski bermain tanpa fasilitas memadai, banyak di antara mereka menunjukkan bakat dan keterampilan yang menjanjikan. Malam itu, Nyakki tidak bisa tidur. Pikiran tentang bakat-bakat muda yang terpendam terus menghantui, hingga ia memutuskan untuk melakukan sesuatu.

Keputusan itu membawa langkah besar dalam hidupnya: mendirikan Sekolah Sepak Bola (SSB) Garuda Mas.

Mendirikan sebuah SSB bukanlah perkara mudah, terutama bagi seseorang yang hanya bermodalkan cinta terhadap sepak bola.

Baca juga: Intip Profil Mutia Dita, Atlet Bulu Tangkis Aceh di PON XXI 2024

Zaky memahami untuk membuat SSB yang resmi, ada banyak persyaratan yang harus dipenuhi, termasuk pelatih berlisensi dan persetujuan dari Komda ASSBI.

Namun, alih-alih menyerah, ia memilih untuk memulai dari apa yang ia miliki. Dengan finansial yang terbatas, ia membeli rompi, membuat gawang, dan menyediakan fasilitas seadanya untuk anak-anak yang berminat belajar sepak bola secara terstruktur.

Keberanian Zaky akhirnya membuahkan hasil. Anak-anak mulai berdatangan ke SSB Garuda Mas, yang bermarkas di lapangan gampong Bugak Kreung.

Orang tua pun antusias melihat keseriusan Zaky dalam membimbing anak-anak mereka. Tidak hanya itu, Zaky berhasil membagi tim ke dalam kelompok usia yang berbeda, mulai dari delapan tahun hingga lima belas tahun.

SSB Garuda Mas bahkan mulai rutin mengadakan pertandingan uji coba ke berbagai pelosok di Bireuen dan mengikuti turnamen kelompok umur.

Puncak dari perjuangan Nyakki terwujud ketika dua pemain binaannya, Muhammad Farhan dan Ajiannur, direkrut oleh SSB Merak untuk memperkuat tim Bireuen di ajang Piala Soeratin U-13 di Banda Aceh.

Momen ini menjadi bukti dedikasi Zaky tidak sia-sia. Ia mampu membuktikan dengan tekad kuat dan kerja keras, lapangan sederhana di desa bisa menjadi tempat lahirnya talenta-talenta muda yang potensial.

Namun, Nyakki tahu betul perjalanan SSB Garuda Mas masih panjang. Ia masih bermimpi untuk mengembangkan SSB ini menjadi lebih besar, lebih profesional, dan mampu melahirkan pemain-pemain hebat yang tidak hanya membanggakan Bireuen, tetapi juga bisa tampil di tingkat nasional.

Ia berharap ada uluran tangan dari para dermawan yang mau membantu perjuangannya. Karena baginya, sepak bola bukan hanya soal olahraga, tetapi juga tentang membangun mimpi dan masa depan.

Nyakki adalah potret dari mereka yang percaya sepak bola bukan hanya tentang kemenangan di lapangan, tetapi juga tentang memberi harapan dan menginspirasi generasi muda untuk berani bermimpi lebih tinggi.

Ia membuktikan impian itu bisa dimulai dari lapangan kecil di kampung halaman. Dan dari sana, siapa tahu, mungkin kelak lahir seorang bintang yang akan membawa nama besar Bireuen ke panggung dunia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here