Perpisahan sekolah telah menjadi “tradisi”. Termasuk pada tahun ajaran 2022/2023. Bertajuk silaturahmi jelang berpisah, semua sekolah akan menggelarnya. Tapi kini banyak yang melihat acara perpisahan sebagai ajang adu gengsi dan pertunjukkan hedonism. Benarkah demikian?
Perpisahan sekolah digelar dengan alasan klasik: Setia ada pertemuan pasti terjadi perpisahan. Pertemuan yang diawali dari proses penerimaan seperta didik baru, dan perpisahan karena mereka menyelesaikan studinya.
Selalu ada argumen yang menarik disampaikan oleh peserta didik kelas akhir bila ada sekolah yang menolak menggelar perpisahan. Para peserta didik—khususnya SMA/sederajat—akan menyampaikan ragam pendapat supaya kegiatan perpisahan tetap diperbolehkan. Hal paling umum disampaikan sebagai alasan, kegiatan perpisahan sekolah supaya menjadi kenangan paling manis, sebelum mereka meninggalkan almamater.
Baca juga: Kiat Menjadi Guru Gabthat
Mendapatkan alasan “masuk akal” pihak sekolah tak bisa mengelak. Demi melahirkan kegiatan perpisahan yang rapi dan tetap dalam koridor pendidikan, pihak sekolah membuat sejumlah aturan.
Kegiatan perpisahan pada hakikatnya adalah suatu peristiwa resmi yang diadakan pihak sekolah untuk mengembalikan siswa kepada orangtua murid setelah dididik selama sekian tahun.
Seperti menghadapi buah simalakama, demikianlah kenyataan yang dihadapi oleh kepala sekolah dan guru. Meski peserta didik mendesak dengan ragam alasan, school farewell tetap menimbulkan pro dan kontra di kalangan orangtua peserta didik. Hal ini tentu karena adanya uang yang harus disetorkan supaya sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan tersebut.
Muncul suara-suara keberatan karena tidak memiliki uang. Dana kebutuhan farewell party terkadang tidak sesuai kantong keluarga. Bahkan ada yang berani menyampaikan secara langsung ke pihak sekolah. Namun karena suara mayoritas sudah sepakat kegiatan itu digelar, si pemrotes tidak dapat berbuat apa-apa selain setuju dan ikut serta. Ikhlas tidak ikhlas harus ikhlas.
Biaya perpisahan sangat tergantung tempat dan bentuk penyelenggaraan, tetapi mayoritas sekolah menggelar di lingkungan sekolah, supaya tidak memberatkan beban orangtua.
Bagaimana dengan orangtua siswa yang tidak mampu di tengah seretnya ekonomi dunia setelah gelombang “megatsunami” Covid-19? Sekolah juga harus bersikap arif dengan kondisi saat ini.
Kegiatan yang dalam bahasa Arab disebut haflah akhirussanah juga menampilkan berbagai acara hiburan serta acara-acara yang mungkin glamour bagi Sebagian orang. Bahkan ada yang mulai menanggalkan nilai-nilai keacehan yang dikenal religius. Lebih memunculkan kemewahan nan konsumtif dan cenderung menawarkan nilai-nilai hedonism. Ini harus menjadi perhatian pihak sekolah. Keglamouran dalam perpisahan telah melahirkan jurang anta siswa dan orangtua.
Perpisahan Sekolah yang Arif dan Indah
Meski farewell party merupakan tradisi yang bermula di Barat, mau tak mau kini telah menjadi bagian dari dunia pendidikan di Indonesia, tak terkecuali Aceh. perpisahan sekolah menjadi salah satu “tradisi” penting bagi peserta didik dengan alasan yang sudah penulis sampaikan di atas.
Satu hal yang mesti kita pahami bersama, bahwa perpisahan sekolah merupakan hal yang memiliki nilai-nilai positif. Oleh karenanya perlu persiapan matang supaya isi kegiatan di dalamnya tidak bergeser dari semangat pendidikan Indonesia dan Aceh. Artinya acara tersebut harus dikemas dalam nilai-nilai keacehan yang kental nuansa religius serta sarat makna.
Kita tahu bahwa ajang tersebut akan dipergunakan sebagai media penyampaikan rasa terima kasih orangtua peserta didik dan peserta didik sendiri terhadap guru yang telah bekerja mendidik.Juga menjadi media saling memaafkan dengan penuh keikhlasan. Inilah inti dari kegiatan tersebut.
Namun yang perlu digarisbawahi, fareweel party bukan hal wajib. Penyelenggara pendidikan juga tidak menerbitkan peraturan yang menyuruh kegiatan tersebut diselenggarakan. Juga tidak ada yang melarang. Artinya bila orangtua siswa atau komite sekolah ingin menggelar acara perpisahan, tidak dilarang.
Hanya saja, sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan, perlulah digelar rapat yang mengendepankan kearifan. Pada akhirnya kegiatan tersebut dapat diikuti oleh semua peserta didik, tanpa perlu membuat orangtua mereka menjerit karena biaya yang besar. Gelarlah dengan sederhana; sesuaikan dengan kondisi umum ekonomi orangtua peserta didik.
Akhirnya, mari merayakan perpisahaan dengan penuh kegembiraan, serta jangan lupa bahwa setiap akhir jenjang, selalu dihadapkan dengan jenjang baru. Kelulusan pada satu tingkat, merupakan awal mengarungi tingkat selanjutnya.