Keanekaragaman hayati adalah fondasi kehidupan di Bumi. Mulai dari mikroorganisme hingga satwa besar, semuanya berperan menjaga keseimbangan ekosistem yang menjadi sumber pangan, udara bersih, air, hingga obat-obatan. Keanekaragaman hayati mengacu pada berbagai jenis spesies yang hidup di bumi, termasuk tumbuhan, hewan, bakteri, dan jamur.
Begitu kayanya keanekaragaman hayati bumi, bumi bagaikan sebuah permata yang dihiasi dengan keanekaragaman hayati yang luar biasa. Mulai dari hutan lebat yang rimbun, padang rumput yang luas, dan lautan luas yang penuh dengan kehidupan.
Planet kita dihuni oleh jutaan spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme yang saling berinteraksi dan menciptakan keseimbangan alam yang sempurna. Keanekaragaman hayati tidak hanya memanjakan mata dengan keindahan alamnya, tetapi juga memiliki nilai budaya dan spiritual yang tak ternilai bagi manusia.
Baca juga: Mengapa Hikayat Aceh Ditulis Dalam Bahasa Melayu?
Keanekaragaman hayati mengacu pada setiap makhluk hidup, termasuk tumbuhan, bakteri, hewan, dan manusia. Para ilmuwan telah memperkirakan bahwa terdapat sekitar 8,7 juta spesies tumbuhan dan hewan yang ada di bumi, namun baru sekitar 1,2 juta spesies yang telah diidentifikasi dan dideskripsikan sejauh ini, dimana sebagian besar diantaranya merupakan serangga.
Hal ini tentu saja menunjukkan bahwa jutaan organisme lain yang ada di bumi masih menjadi misteri.
Namun, kenyataannya saat ini sangat memprihatinkan. Aktivitas manusia seperti deforestasi, polusi, perburuan liar, dan perubahan iklim terus mempercepat laju kepunahan spesies. Setiap spesies yang hilang berarti satu simpul yang putus dari jaringan ekosistem global.
Akibatnya, ketahanan ekosistem pun melemah, termasuk kemampuan menyediakan layanan vital seperti penyerbukan, penyediaan oksigen, dan pengendalian hama.
Banyak spesies yang terancam punah karena aktivitas manusia, sehingga keanekaragaman hayati berada pada kondisi yang kritis dan membahayakan. Kehilangan keanekaragaman hayati bukan hanya soal hilangnya flora dan fauna. Ini juga tentang kehilangan potensi obat-obatan alami, berkurangnya ketahanan pangan, terganggunya siklus air, dan meningkatnya bencana alam. Kita tengah menggali lubang sendiri jika terus mengabaikan krisis ini.
Oleh karena itu, menjaga keanekaragaman hayati bukanlah pilihan, melainkan keharusan. Pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha harus bekerja sama dalam upaya pelestarian. Selain itu, pendidikan dan kesadaran publik memainkan peran kunci.
Kita perlu membangun budaya yang menghargai alam bukan hanya sebagai sumber daya, tetapi sebagai mitra hidup yang harus dijaga dan dihormati.
Masa depan Bumi ada di tangan kita. Dengan menjaga keanekaragaman hayati hari ini, kita dapat mewariskan dunia yang layak huni bagi generasi mendatang. Karena pada akhirnya, keberlangsungan hidup manusia sangat bergantung pada keberlangsungan kehidupan alam dan seisinya.
Penulis: Vara Agustiya, mahasiswi Prodi Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.