Menikmati Gulai Sembilang & Sidat di Warung Cek Bi

Gulai sembilang dan gulai sidat Warung Cek Bi. Foto: Instagram @warungnasicekbi

Komparatif.ID, Bireuen—Gulai sembilang di Warung Cek Bi, merupakan salah satu yang legendaris di Bireuen. Dibuka sejak tahun 1975, Cek Bi dengan setia merawat rasa gulai sembilang dan gulai-gulai lainnya.

Ir. Razuardi Ibrahim, mantan Sekda Bireuen dan Aceh Tamiang, Rabu (5/6/2024) bersama dr. Yurizal dan Keuchik Zul, bergegas menuju Keude Matangglumpangdua, Peusangan, Bireuen.

Siang itu, mereka tidak hendak menikmati sate yang menjadi ciri khas Matangglumpangdua. Di sana bertebaran para penjual sate, yang paling legendaris tentu saja Sate Tubaka.

warung cek bi
Pada Rabu siang (5/6/2024) pengunjung menyesaki Warung Cek Bi yang beralamat di Jalan Sinar Peusangan, Kota Mangglumpangdua. Foto: Razuardi Ibrahim.

Pada Rabu siang itu, mereka sepakat ingin menikmati makan siang dengan menu gulai sembilang yang dijual di Warung Cek Bi, yang beralamat di Jalan Sinar Peusangan.

Puluhan tahun lalu, tepanya pada 1975, Cek Bi membuka warung di Jalan Sinar Peusangan, yang merupakan salah satu ruas di dalam Keude Matang yang cukup ramai. Maklum, di sana juga terdapat pasar tradisional yang menjual sayur mayur, ikan, barang kelontong, baju, dan lain-lain.

Baca: Sate Apaleh Geurugok di Banda Aceh Habiskan 3 Ekor Lembu/Hari

Di masa lalu, Jalan Sinar Peusangan dikenal dengan sebutan informalnya yaitu gang pisang. Tidak jauh di sebelah kanan Cek Bi, berjejer pada pedagang pisang, yang turut menjual piasang asap.

Warung Cek Bi merupakan salah satu usaha kuliner yang ikut membangun citra Peusangan era modern. Satu lagi tentu saja sate matang yang terkenal hingga ke Tanah Jawa.

Warung Cek Bi, berusia lebih tua ketimbang Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Almuslim, yang berdiri tahun 1985. STIT Almuslim merupakan sekolah tinggi pertama di lingkungan Perguruan Almuslim Peusangan yang didirikan 1929.

Tiba di Warung Cek Bi, Razuardi dan dua temannya langsung memesan makan siang. Para pekerja Cek Bi menghidangkan berbagai menu seperti gulai sembilang, gulai sidat, kari kambing, dan lain-lain. Semua menu yang tersedia di sana berkualitas premium, dengan harga cukup bersahabat dengan kantong kelas menengah.

Setiap hari Warung Cek Bi disesaki pengunjung. Foto disitat dari instagram @warungnasicekbi

Satu porsi gulai sembilang dan gulai sidat, diberi harga Rp30 ribu. Harga menu yang lain juga tidak begitu tinggi. Dengan rasa yang aduhai, harga jualnya juga aduhai asyiknya.

Saat berbincang-bincang seusai santap siang, kepada Razuardi, dr. Yurizal mengatakan Warung Nasi Cek Bi memang sederhana. Tapi cita rasa kulinernya membahana.” Dari cara mantan Direktur RSUD Fauziah itu menjelaskan, patut diduga, dialah yang menjadi “bandar” makan siang hari itu.

Khusus gulai sembilang dan gulai sidat, keduanya merupakan menu paling laris. Siapa saja harus berlomba-lomba datang sebelum Dhuhur. Bila usai Dhuhur datang, seringkali kedua gulai itu telah habis.

Menurut cerita seorang pramusaji di Cek Bi, mereka memesan sembilang dan sidat dari Kecamatan Peudada. Di sana sejak lama terkenal sebagai penghasil sembilang dan sidat terbaik di Bireuen.

Ikan sembilang yang dipesan dari Peudada menjadi andalan di Warung Cek Bi. Foto disitat dari instagram @warungnasicekbi

Pun, akhir-akhir ini, kedua ikan itu semakin sulit diperoleh. Tantangannya semakin besar. Persaingan harga tidak bisa dihindari.

Razuardi merupakan satu di antara pemberi testimoni tentang cita rasa kuliner Cek Bi yang legendaris. Secara turun-temurun, baik warga tempatan, maupun orang luar, mengakui bila di warung sederhana itu, Cek Bi secara konsisten merawat rasa dengan penuh kesungguhan hati.

Menjaga cita rasa bukan pekerjaan mudah. Karena harus memulainya dari menjaga jejaring bahan baku, menjaga kesetiaan juru masak, dan mengkatrol harga supaya tetap saling menguntungkan. Penjual dapat untung terbaik, konsumen dapat rasa terbaik.

Setidaknya, setiap hari ratusan bungkus nasi dari Warung Cek Bi keluar. Dibeli oleh individu, baik untuk disantap di rumah, di kantor, di proyek, maupun di tempat-tempat lain.

Konsumen warung yang makan di tempat juga beragam. Dari politisi, birokrat tinggi, ASN kelas menengah, pedagang, mahasiswa, hingga kelompok kerja lainnya. Bahkan tamu-tamu penting sering juga dibawa ke sana oleh koleganya.

Warung Cek Bi buka sejak pagi hingga siang. Pagi menjual nasi guri, dan siang dengan menu yang beragam. Biasanya, Cek Bi tidak buka pada hari minggu.

Anda penasaran ingin menyicipi seperti apa rasa gulai sembilang di Warung Cek Bi? Datanglah sebelum Dhuhur. Pesan satu porsi, dan nikmatilah kenikmatan perpaduan campuran rempah khas yang diracik oleh koki berpengalaman.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here