Komparatif.ID, Banda Aceh— Tubuh Hari Juanda ditemukan tergeletak di Simpang Cureh. Tubuh pria yang menikahi janda anak dua itu terkapar bersama sepeda motor Honda Supra X BL 3402 ZH. Polisi menyimpulkan kecelakaan. Tapi keluarga menduga bila Hari Juanda meninggal karena dianiaya.
Pada Kamis siang, 28 September 2023, Hari Juanda yang beralamat di Jalan Habib Puteh, Gampong Kampung Baru, Kecamatan Kota Juang, Kecamatan Kota Juang, berangkat ke suatu tempat.
Kepada keluarga ia mengaku akan memenuhi wawancara pekerjaan. Tapi, tiba-tiba pada pukul 19.00 WIB, Hari Juanda ditemukan terkapar di tepi jalan nasional Banda Aceh-Medan, Simpang Cureh, Kecamatan Kota Juang, Kabupaten Bireuen.
Pria yang menikahi seorang janda beranak dua itu dilarikan oleh seorang tukang becak. Saat Hari “terkapar” ada tiga saksi yang melihat. Hari mengembuskan nafas terakhir dalam perjalanan saat dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Zainoel Abidin Banda Aceh.
Dari sana mulailah terungkap sejumlah kejanggalan. Pihak keluarga menaruh perhatian khusus atas kematian Hari yang tiba-tiba dan penuh tanda tanya.
Demikian disampaikan oleh adik kandung Hari yang bernama Bonita, Sabtu (9/12/2023) saat bertemu Komparatif.ID di Warkop Cut Ayah, Lamteh, Banda Aceh, pukul 17.30 WIB.
Bonita saat itu hadir bersama ayah dan ibunda korban; Sudisman dan Izra Dedean Laili. Serta didampingi oleh kuasa hukum 911 Hotman Aceh dan seorang perwakilan Tim Hukum Kodam Iskandar Muda. Mengapa didampingi oleh tim hukum dari Kodam Iskandar Muda, karena suami Bonita merupakan prajurit TNI-AD.
Bonita menjelaskan, kematian abang kandungnya meninggalkan banyak sekali kerancuan. Polisi tanpa melakukan olah TKP langsung memutuskan bila Hari Juanda mengalami kecelakaan tunggal. Pernyataan polisi meninggalkan tanda tanya. Karena saat ditemukan, baju yang dipakai oleh Hari basah. Padahal saat itu tidak ada hujan di Bireuen.
Saat menghampiri korban usai dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Fauziah Bireuen, keluarga menemukan memar di punggung dan bekas suntikan di bahu.
Memar dan bekas suntikan itu tidak masuk dalam laporan visum. Yang dicantumkan dalam visum et repertum Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah hanya luka di kepala bagian belakang.
Saat Hari sedang kritis di rumah sakit, istrinya datang menjenguk. Tapi setelah jenazah dibawa pulang ke rumah, istrinya justru menghilang dari rumah. Sampai sekarang istri Hari tidak lagi berkomunikasi dengan keluarga Hari. Mengapa tiba-tiba hubungan mereka seperti berjarak? Bonita tidak tahu harus menjawab apa.
Pihak keluarga menaruh kecurigaan kepada seseorang yang pernah mengancam korban. Pria itu adalah mantan orang dekat istri oleh Hari Juanda. Saat mengancam Hari, pria itu masih mendekam di dalam penjara.
Baca juga: 3 Terdakwa Pembunuhan Imam Masykur Dituntut Hukuman Mati
Bonita mengatakan kematian abang kandungnya terjadi beberapa hari setelah mantan orang dekat kakak iparnya keluar dari penjara. Ancaman itu diberitahu kepada ibunya oleh Hari, saat ia minta izin mencari kerja ke luar Aceh.
“Sebelumnya, saat pria itu masih di dalam penjara, Bang hari Juanda pernah diancam akan dibunuh oleh pria itu. Pengakuan itu disampaikan Bang Hari saat minta izin ke ibu untuk mencari kerja di luar Aceh. Bang Hari mengatakan kepada ibu, dia merasa tidak enak dengan orang tersebut,” kata Bonita.
Kejanggalan lain, tiga pria yang disebut-sebut menjadi saksi mata, ternyata tidak mau memberikan kesaksian. Kuasa hukum keluarga Hari Juanda telah beberapa kali mencoba meminta bantuan kepada tiga pria itu. tapi mereka tetap menolak bicara.
Demikian juga pemilik kedai yang memasang CCTV. Kedai yang berada di Simpang Cureh itu juga tidak dibuka selama tiga hari setelah kejadian. CCTV di kedai itu pun kemudian dinyatakan rusak.
![Keluarga meminta polisi mengusut tuntas penyebab meninggal Hari Juanda, dimulai dengan autopsi forensik segera digelar untuk memastikan penyebab pasti kematiannya. Foto: Dok Komparatif.ID.](https://i0.wp.com/komparatif.id/wp-content/uploads/2023/12/Keluarga-Hari-Juanda.jpg?resize=696%2C435&ssl=1)
Keluarga Hari Juanda Tak Percaya Kecelakaan Tunggal
Dengan segenap kejanggalan, keluarga Hari menolak percaya bila pria yang mereka cintai itu, mengalami kecelakaan tunggal.Karena satu hari setelah kematian Hari Juanda, Polsek Kota Juang menerbitkan Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP)yang menerangkan pria itu meninggal karena kecelakaan tunggal.
Keluarga mengajukan protes atas keterangan Polsek Kota Juang. Mereka mengajukan keberatan ke Polres Bireuen. atas protes itu, polisi menggelar olah TKP ulang. Hasilnya terbit tanggal 16 November 2023. Dalam SP2HP terbaru, polisi menyatakan kematian hari diduga karena tindak pidana penganiayaan.
“Dari awal keluarga tidak percaya bila Abang menjadi korban kecelakaan tunggal. Karena terdapat banyak kejanggalan,” sebut Bonita yang didampingi oleh Saifullah dari Tim 911 Hotman Aceh.
Tanggal 21 November 2023, pihak keluarga dan kuasa hukum beserta pendamping hukum dari Kodam Iskandar Muda, mengirimkan surat permohonan kepada Polres Bireuen untuk melakukan otopsi forensik, demi mendapatkan jawaban penyebab sesungguhnya kematian Hari Juanda.
Permohonan tersebut diterima oleh Polres Bireuen, akan tetapi sampai sekarang belum ada jawaban. “Kami tidak lagi pasif menanti keadilan. Kami akan berjuang sejauh mungkin demi mendapatkan keadilan yang terus coba direnggut dari kami oleh kekuatan gelap,” sebut Bonita.