Menanti Gerak Bustami dan Tarian Mualem

Bustami dan Mualem
Bustami Hamzah (kiri) dan Muzakkir Manaf (Mualem). Foto: HO for Komparatif.ID.

Gaung politik Aceh kembali bergema kala pendukung Bustami Hamzah menampakkan gerak politik di lapangan. Dari berbagai daerah muncul dukungan yang semakin nyata. Bukan lagi melalui baliho dan billboard. Tapi dukungan nyata dengan orang-orang yang nyata.

Bustami Hamzah merupakan birokrat tulen yang dikenal sejak dulu ulet, dan bekerja berorientasi pada hasil. Sejumlah orang mengatakan Bustami takkan memukul gong bila hitungannya belum matang.

Baca: Diisukan Maju Pilkada Aceh, Bustami: Rileks Aja, Bro

Sejak dua minggu lalu, canang telah ditabuh, meski Bustami masih hemat bicara. Sampai detik ini pernyataannya tetap saja diplomatis, mengundang segenap multitafsir; meski secara umum orang sudah berkesimpulan bila ia akan memainkan tarian penting kali ini.

Di tataran elit, sikap Pj Gubernur Aceh Bustami Hamzah ditanggapi serius. Signal yang ia berikan pertanda dirinya akan bergerak dalam dinamika konstelasi Pilkada Aceh 2024.

Di tingkat Pusat, menurut sahibul hikayat, Bustami telah bergerak jauh hari. Sejumlah tokoh memberikan dukungan. Bustami dinilai tokoh yang tepat memimpin Aceh setelah hampir dua dasawarsa digerakkan dalam narasi penguatan perdamaian.

Aceh butuh kepala lokomotif yang mampu menggerakkan segenap gerbong. Karena tantangannya saat ini bukan lagi pada isu penguatan perdamaian. Tapi sudah pada persoalan penguatan ekonomi.

Ke depan, Aceh semakin seksi dalam isu tambang mineral. Ada migas di lepas pantai yang potensinya sangat besar, ada emas, batubara, dan lainnya.

Di sektor emas hijau, pertanian dan perkebunan Aceh masih dibekap ragam persoalan. Mulai dari produksi, hingga hilirisasi. Khusus pertanian rakyat, petani sejak bertahun-tahun lalu dibekap dilema. Mereka bertani hanya sekadar bertahan hidup. Tidak ada lagi komoditi massal yang dapat menjanjikan masa depan cerah.

Demikian juga laut kita yang sangat kaya. Nelayan kita sampai saat ini masih dikungkung persoalan keterbatasan bahan bakar subsidi, produksi yang bila banyak akan jatuh harga, serta rentenir yang ada dari hulu ke hilir. Nelayan hanya bekerja untuk bertahan hidup, padahal ikan di Aceh dikenal memiliki kualitas super.

Bustami dikenal sebagai sosok yang punya jejaring aktif hingga ke Pusat. Jejaringnya bagus, karena dia dikenal pula pandai merawat koneksi.

Selama hampir dua dasawarsa ini, tantangan Aceh sudah berubah. Generasi pascakonflik telah menua. Generasi baru bertumbuh dalam narasi damai. Generasi baru tidak tahu-menahu dengan perang panjang di masa lalu. Di pikiran mereka hanya satu, bagaimana lahir dan bertumbuh di Aceh, yang bisa menjanjikan kepada mereka masa depan gilang-gemilang.

Sekarang kita berada di dunia internet. Manusia hidup dalam dunia nirzona. Siapapun bisa menjadi apa pun. Anak dan adik kita sedang bertumbuh pada era internet yang telah sangat maju.

Bila kita aktif berdinamika di Facebook, mereka justru bermain di media sosial yang kita tidak tahu. Bila kita asyik dakwa-dakwi di media sosial, mereka berselancar mencari peluang.

Lalu, problem besar mereka adalah, tidak ada yang mengarahkan. Pemerintah sibuk sendiri, dan nyaris melihat generasi muda saat ini sebagai kelompok mengambang yang tidak punya kekuatan.

Anak-anak muda ini terlihat tidak peduli terhadap politik. Setiap hari mereka sibuk dengan dunianya. Tapi, ada yang tidak kita sadari. Bahwa mereka punya sikap independen yang sangat tinggi. Mereka cuek pada sosok tokoh yang sekadar bicara, konon lagi sosok yang tidak bersedia memahami mereka.

Jumlah anak muda itu ada sekitar 30 persen. Mereka sedang menanti sosok kuat, peduli dan memahami mereka.

Lalu, siapa yang akan menyambut dan menerima mereka? Adakah itu Bustami?

Ataukah Mualem yang sudah mendapat dukungan dari Prabowo?

Pertanyaan selanjutnya, bilakah Bustami serius? Tampaknya ia serius. Aksi-aksi di lapangan menunjukkan keseriusan itu.

Politik Aceh kembali menarik. Dua sosok besar muncul. Para enthusiast kembali menari dengan tarian masing-masing. Mereka yakin bahwa Bustami dan Mualem akan bertemu di gelanggang.

Lalu, bagaimana dengan Mualem? Ia pemimpin partai besar di Aceh. Partai yang memiliki jejaring hingga ke akar rumput.

Partai Aceh masih memiliki loyalis tradisional. Para loyalis ini sangat setia. Apa pun itu, yang penting Partai Aceh.

Tapi, Mualem harus lebih progesif. Ia harus membangun wacana baru. Bukan lagi soal penguatan perdamaian. Ia harus bergerak lebih maju. Harus mulai memainkan wacana Aceh masa depan. Ia harus memainkan narasi Aceh baru, yang telah lama dirindui oleh seluruh rakyat.

Masa depan politik Partai Aceh akan sangat tergantung pada sisi bagaimana Mualem menggerakkan narasi.

Walhasil, penentuannya terletak pada pendaftaran bacalon yang tinggal beberapa hari lagi. Bila Bustami mendaftar, maka selanjutnya tarung wacana pembangunan akan kembali semarak.

Sekarang publik sedang menanti.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here