Menakar Kontestan Pilkada Banda Aceh

Ki-ka: Irwan Djohan (Nasdem), Illiza Sa'aduddin Djamal (PPP), dan Aminullah Usman (PAN). Foto: Instagram Irwan Djohan, KPU, Instagram Aminullah Usman.

Pilkada Banda Aceh sepertinya masih diisi oleh wajah lama, setidaknya dari wajah-wajah yang mulai tampil di depan publik melalui baliho-baliho di Ibu Kota atau sekadar tampil dalam pembicaraan di medsos warga kota.

Nama seperti Illiza Saaduddin dan Aminullah Usman yang merupakan dua sosok yang pernah memimpin Banda Aceh diisukan kembali maju.

Selain itu ada nama Teuku Irwan Djohan yang juga pernah mencalonkan diri di Pilkada 2012. Sebelumnya juga ada nama Cek Zainal Zainal Arifin yang merupakan mantan wakil walikota Banda Aceh, tetapi belakangan mulai terlihat seperti menarik langkah “mundur” dari gelanggang seiring berembus lagi wacana majunya Aminullah Usman.

Pun demikian ada juga beberapa sosok baru yang mulai mencoba mencuri kesempatan, sebut saja politisi Muda Golkar Ahmad Haeqal Asri, yang merupakan anak dari politisi senior Golkar Sulaiman Abda.

Selain itu ada juga Fachrul Razi yang merupakan mantan anggota DPD dari Aceh dua periode yang “kehilangan” tempat di Senayan.

Namun dari sekian nama yang beredar jika kita melihat dari syarat pencalonan yaitu 15 persen atau 5 dari 30 kursi DPRK, saya memprediksikan paling banter hanya tiga paslon yang berpeluang benar-benar bertarung nantinya.

Pada Pileg 2024 Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Nasdem, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Demokrat, masing-masing meraih lima kursi.

Selain itu ada Partai Gerindra yang berhasil meraih empat kursi, Partai Golkar memperoleh tiga kursi, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dengan perolehan dua kursi, serta Partai Kebangkitan Bangsa dengan satu kursi.

Nah, jika kita melihat dari nama-nama yang bermunculan di atas dan juga perolehan kursi DPRK masing-masing partai, maka dua sosok yang hampir pasti bisa benar-benar bertarung adalah Aminullah Usman dari PAN dan Teuku Irwan Djohan dari Nasdem. Jika ada sosok yang ke tiga, maka itulah Illiza Sa’aduddin Djamal dari PPP.

Lalu bagaimana dengan Demokrat yang juga punya lima kursi? Lolosnya kader terbaik Demokrat Banda Aceh Arief Fadillah ke DPRA plus kewajiban mundur dari DPRA jika benar-benar ingin maju diyakini membuat Demokrat menjadi “kehabisan” kader untuk dipertarungkan di Pilkada Banda Aceh, sehingga saya memprediksikan Demokrat tidak akan mengusung kader sendiri di pilkada kali ini.

Aminullah Usman

Kenapa Aminullah? Meskipun belum resmi mendaftar ke KIP namun sulit membayangkan PAN akan mengusung kandidat lain jika Aminullah Usman memang serius ingin maju, artinya untuk satu kandidat calon Wali Kota hampir pasti diisi oleh mantan dirut BPD Aceh tersebut.

Selain itu fakta bahwa PAN tidak “butuh” koalisi dengan partai lain untuk bisa mengajukan calon semakin meyakinkan saya bahwa Pak Amin sudah mengamankan satu tiket.

Lalu siapa yang akan mendampingi? Untuk kali ini saya juga haqqul yakin PAN akan main tunggal di Banda Aceh, mereka cukup percaya diri mengusung kandidat secara mandiri. Jika pun nantinya ada partai lain yang bergabung (berkoalisi), itu hanya sebagai penumpang yang tidak menentukan apa-apa dalam pencalonan.

Atas dasar pertimbangan tersebut, maka sosok yang akan mendampingi Aminullah juga berpotensi dari kalangan internal PAN. Jika saya harus menyebut satu nama itulah sosok muda yang “baru” saja memulai kiprahnya di perpolitikan Banda Aceh yaitu Ridha Mafdhul atau akrab disapa Gidoong

Ketua HIPMI Aceh ini bahkan dikabarkan sudah mengantongi “mandat” sebagai balon wakil Wali Kota Banda Aceh di pilkada mendatang.

Baca jugaPolitik Dinasti, Memangnya Kenapa?

Teuku Irwan Djohan

Meskipun belum mendaftar secara resmi ke KIP namun secara Internal jika tidak ada perubahan lagi karena ada “peristiwa luar biasa”, maka Irwan Djohan hampir pasti diusung oleh Nasdem.

Secara popularitas, Irwan Djohan bisa dikatakan sebagai kader terbaik Nasdem saat ini, hanya Irwan Djohan yang bisa terpilih dua kali berturut-turut sebagai anggota DPRA dari Nasdem, bahkan ia tetap dipercaya publik di saat Nasdem “babak belur” di pileg 2019 silam.

Sosok yang pernah menjabat sebagai wakil ketua DPRA tersebut memang terlihat sudah mempersiapkan diri dengan baik dengan tidak maju lagi di Pileg yang lalu.

Lalu siapa yang berpotensi mendampingi Irwan Djohan? Jika kita melihat dari perjalanan di pilpres yang baru saja berakhir maka nama Farid Nyak Umar dari PKS berpotensi mendampingi Irwan Djohan.

Ki-ka: Ridha Mafdhul “Gidoong” (PAN), Farid Nyak Umar (PKS), dan Haeqal Asri (Golkar). Foto: Persiraja, dok PKS, dok Golkar.
Ki-ka: Ridha Mafdhul “Gidoong” (PAN), Farid Nyak Umar (PKS), dan Haeqal Asri (Golkar). Foto: Persiraja, dok PKS, dok Golkar.

Meski sama-sama mengantongi lima kursi dan sama-sama bisa mengusung calon sendiri, tapi nada-nadanya Nasdem-PKS berpeluang besar berkoalisi plus ditemani oleh “rekannya” sesama pendukung Anies Baswedan yaitu PKB yang memperoleh satu kursi.

Artinya peluang koalisi Nasdem, PKS dan PKB mengusung Irwan Djohan-Farid Nyak Umar terbilang cukup besar.

Illiza Sa’aduddin Djamal

Kenapa llliza Sa’aduddin Djamal? Padahal kan PPP kan hanya memiliki dua kursi? Benar bahwa PPP memiliki kursi lebih sedikit dari Demokrat dengan lima kursi, Golkar dengan empat kursi bahkan dari Gerindra dengan tiga kursinya.

Namun tidak bisa dipungkiri Illiza merupakan sosok politisi populer di Banda Aceh karena pernah mencicipi kursi Wali Kota. Ia juga merupakan caleg DPR RI peraih suara tertinggi di Banda Aceh pada dua Pileg terakhir.

Pengalaman dan kepopuleran tersebut memiliki pengaruh cukup besar bagi partai lain untuk mengusung Illiza di Pilkada Banda Aceh mendatang.

Romantisme Demokrat-PPP saat mengusung mendiang Almarhum Mawardi Nurdin-Illiza kala itu bisa saja menjadi jembatan bagi Illiza untuk mendapatkan dukungan dari Demokrat, tentunya jika bisa dikomunikasikan dengan baik.

Jika pun nantinya Demokrat ogah mendukung Illiza, Golkar yang mencoba “menjual” Ahmad Haeqal Asri sebagai calon Wali Kota jadi opsi lainnya. Bukan tidak mungkin partai berlogo beringin itu akan mendukung Illiza dengan menduetkannya dengan kadernya seperti Ahmad Haeqal.

Sebagai kader muda posisi Cawalkot tidaklah buruk, apalagi jika disandingkan dengan sosok politisi senior seperti Illiza, mengalah (merelakan) posisi Cawalkot meski dengan modal kursi yang lebih banyak bukanlah pilihan yang buruk.

Potensi lain adalah terjadinya swing alias pertukaran dimana Illiza diduetkan dengan Farid dengan dukungan PKS-PPP yang pernah terjadi di Pilkada 2017 silam, dan Irwan Djohan diduetkan dengan Haeqal dalam koalisi Nasdem-Golkar.

Namun itu semua tergantung pada deal-dealan yang berhasil diupayakan oleh petinggi partai masing-masing.

Siapakah yang benar-benar bertarung memperebutkan kursi nomor 1 dan nomor 2 di Ibu kota Aceh tersebut? Kita lihat saja nanti.

Di atas itu semua, siapapun yang nantinya benar-benar maju dan akhirnya terpilih maka harapan saya sebagai warga kota adalah mereka mampu memberikan solusi atas berbagai persoalan publik yang hingga hari ini masih dihadapi oleh warga kota, yakni masalah lapangan kerja, fasilitas dasar seperti listrik dan air, beasiswa pendidikan, dan pelaksanaan Syariat Islam dan berbagai persoalan lainnya yang “menghambat” kesejahteraan warga kota yang akan berada di bawah kepemimpinan mereka setelah terpilih nantinya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here