Membangun Ekonomi Aceh Harus Berkolaborasi dengan Pihak Luar

Membangun Ekonomi Aceh Harus Berkolaborasi dengan Pihak Luar
CEO PT Trans Continent Ismail Rasyid. Foto: Komparatif.ID/Muhajir Juli.

Komparatif.ID,Banda Aceh–Ekonomi Aceh baru dapat bangkit bila digerakkan dengan cara berkolaborasi dengan pihak luar. Salah satu yang bisa digandeng yaitu pelaku bisnis yang berusaha di Sumatera Utara.

Hal itu disampaikan oleh CEO PT Trans Continent Ismail Rasyid, ketika menjamu sejumlah editor senior media massa, Kamis (31/3/2022). Pertemuan yang ditutup dengan makan malam bersama tersebut digelar di Pusat Logistik Berikat (PLB) Trans Continent di Gampong Beurandeh, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar.

Pengusaha transporter yang sudah go internasional itu menyebutkan pola pikir membangun Aceh dengan cara “meninggalkan” orang lain, tidak boleh menjadi kebiasaan. Bila ingin menjadikan Aceh sebagai salah satu pusat kegiatan ekonomi besar, orang di sini harus merangkul pengusaha yang bergerak di luar Aceh.

Ia memberikan contoh pihak yang dapat diajak serta berkolaborasi yaitu pengusaha yang membangun bisnis di Sumatera Utara yang dalam istilah Aceh disebut awak Medan.

“Jangan membangun pola pikir ingin mengalahkan Medan (Sumut-red). Dunia bisnis di sana sudah sangat matang. Puluhan tahun sudah dilakukan. Lalu apa yang bisa kita lakukan? Ajak mereka berkolaborasi. Dengan kolaborasi ekonomi Aceh dapat kita hidupkan,” kata alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala itu.

Dari segi pasar, Aceh tidak seksi di dalam peta ekonomi dunia. Jumlah manusianya terlalu sedikit. Tapi Aceh dapat dijadikan sebagai tempat merakit dan memproduksi kebutuhan pasar.

“Aceh cocok untuk tempat assembly dan produksi produk yang dibutuhkan pasar. Kita potensial untuk itu. Tapi kalau mau menjadikan Aceh sebagai tujuan pasar, saya kira belum tepat. Jumlah manusianya terlalu sedikit,” kata Ismail Rasyid.

Ia juga menyinggung perihal Upah Minimum Provinsi di Aceh.

Ismail Rasyid menyebutkan UMP di Aceh masih sangat tinggi. Tahun 2022 UMP yang ditetapkan Pemerintah Aceh Rp3.165.031. Dia membandingkan dengan Kabupaten Jepara di Jawa Tengah Rp2,108,403.

“UMP di Aceh besar, tapi lapangan kerja tidak banyak. Di Jepara lapangan kerja tersedia cukup banyak,” kata Ismail.

Dia juga menyebut Gresik, Jawa Timur. Di sana Trans Continent juga membuka PLB. Upah minimum di Gresik Rp4.372.030,51, itu lebih tinggi dari Aceh. Tapi mengapa pengusaha tidak merasa keberatan? Perputaran uang di sana sangat tinggi. Pengusaha tidak ragu berinvestasi karena modal yang ditanam akan kembali dalam waktu singkat. Bahkan smelter Freeport juga dibangun di Gresik, Jawa Timur.

Dukungan dari berbagai pihak juga sangat positif.

“Trans Continent sudah 5 tahun berbisnis di Gresik. Daerah itu cepat sekali perputaran uang. Modal yang diinvestasikan sangat cepat kembali.”

Kembali ke potensi membangun ekonomi Aceh, Ismail memberikan saran agar tidak ada kelompok yang membangun sentimen negatif terhadap investasi, termasuk sektor tambang. Karena tambang merupakan kegiatan ekonomi besar yang membuka lapangan kerja dan menghadirkan usaha-usaha ekonomi lainnya akibat multiplier effect.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here