Kamis, 22 Agustus 2024 Dr. Safrizal ZA resmi menjalankan mandat sebagai Pj Gubernur Aceh. Dirjen Bina Adwil Kemendagri tersebut memulai debutnya di Aceh sebagai orang nomor satu, jelang perhelatan PON Aceh-Sumut.
Di awal tugasnya di Aceh, publik langsung dihadapkan dengan kehadiran Mbak Rara yang dikenal luas sebagai pawang hujan dan dipercaya memiliki kemampuan mengusir hujan.
Aksi Mbak Rara mengusir hujan di Stadion Harapan Bangsa yang direkam oleh seseorang dan diposkan di media sosial, memantik kemarahan publik Aceh. Apalagi setelah Rara melakukan ritual, hujan deras langsung mengguyur Banda Aceh dan sekitarnya.
Safrizal bergerak cepat. Ia langsung memerintahkan PB PON memulangkan Rara ke Jakarta. Rara sempat mengomel di media sosial, tapi tindakan Safrizal ZA mampu meredam kemarahan rakyat Aceh.
Itu kesan pertama kehadiran mantan Pj Gubernur Bangka Belitung tersebut di Aceh. Kesan teramat manis. Ia dinilai mampu memahami kondisi kebatinan rakyat Aceh yang sangat tidak senang dengan praktek perdukunan secara terang-terangan.
Ia juga bertindak cepat tatkala peserta PON meributkan konsumsi yang tidak layak. Safrizal langsung menyelenggarakan coffee morning dengan wartawan di Pendopo. Ia berjanji akan menegur panitia, dan akan memperbaiki keadaan.
Bukan hanya berjanji, meskipun kemudian ribut-ribut itu tetap ada, tapi gemanya tidak lagi begitu besar. Dentumannya tidak lagi meletup besar.
Demikian juga saat pemilu. Ia aktif sowan ke sana kemari, mengajak semua pihak berkomitmen menjalankan pemilu damai. Hasilnya, meskipun di beberapa daerah terjadi dugaan tindak kecurangan, tapi tidak meletup menjadi kerusuhan massal.
Baca juga: MaTA: Transparansi Bantuan Era Safrizal Harus Dipertahankan
Setelah pilkada 2024, kritik bermunculan. Safrizal dituding telah menelikung Muzakkir Manaf sebagai pemenang pilkada di Aceh. Proses pelaksanaan seleksi calon kepala BPMA–Badan Pengelolaan Migas Aceh– yang ia lakukan, dinilai sebagai bentuk pengkhianatan terhadap Mualem.
Tapi Safrizal tetap pada keputusannya. Proses seleksi calon kepala BPMA dilakukan hingga tuntas. Terpilihnya Nasri sebagai chairman BPMA, menjawab keraguan publik, bahwa Safrizal tidak memiliki “jagoan”.
Soal tudingan bahwa ia telah menelikung Mualem, dibantah oleh Ketua DPRA Zulfadli, dan didukung oleh Mualem sendiri.
Ternyata diam-diam Safrizal dan Mualem sering berkomunikasi. Bahkan bertemu langsung membahas segala hal mengisi masa transisi kekuasaan. Safrizal mengatakan ia mempersiapkan start engine untuk Mualem.
“Supaya Mualem langsung dapat bekerja mewujudkan cita-citanya,” demikian kata Safrizal.
Baca juga: Sudah Ambil Piring, Safrizal Gagal Makan di Gubuk Penerima Rumah Bantuan
Selain itu, keputusan Safrizal untuk mengumumkan calon penerima rumah bantuan Pemerintah Aceh 2025 juga juga diapresiasi berbagai pihak. Koordinator Masyarakat Transparansi Aceh (MaTA) Alfian bahkan meminta keterbukaan informasi yang digagas Safrizal harus dipertahankan.
Tidak hanya membuka data calon penerima, Safrizal bahkan ikut terjun langsung memantau calon penerima di beberapa daerah untuk memastikan bantuan disalurkan tepat sasaran.
Kemudian ia melakukan proses uji kompetensi terhadap 20 pejabat eselon II. Langkah ini dikritik oleh sejumlah pihak. Tapi ia mengatakan proses seleksi dilakukan atas sepengetahuan Mualem. Muzakir Manaf pun tidak muncul menyampaikan protes. Ketua DPRA selaku orang dekat Mualem juga tak memberikan komentar apa pun.
Sebagai wartawan yang melihat semuanya dari jauh, bahkan tidak pernah bertemu khusus dengan Pj Gubernur Aceh tersebut sejak ia dilantik, saya membaca semua dinamika yang terjadi sebagai riak demokrasi.
Safrizal yang dipercaya menjalankan roda pemerintahan di Aceh di masa transisi, melakukan sejumlah komunikasi lintas sektor. Ia juga membuka diri pada semua kritik. Ia tak segan menjawab konfirmasi terkait hal yang dituding kepadanya. Ia tidak menghindar.
Sebagai wartawan, saya memberikan apresiasi kepada Safrizal ZA terkait kemampuannya membangun komunikasi politik. Ia tidak alergi terhadap kritik.
Sebagai orang yang dimandatkan menjalankan pemerintahan di masa transisi, satu hal yang masih bergantung di benak saya perihal Safrizal. Ia dan DPRA telah menuntaskan pembahasan APBA 2025 pada Selasa (24/9/2024). Tapi hingga 27 Januari 2025, masih berproses di Kemendagri.
Biasanya, 30 hari kerja sejak disepakati, APBA sudah dapat dijalankan. Saat ini justru sudah molor. Ada apa? Apakah masih banyak hal yang mesti dievaluasi di Kemendagri? Ataukah ini bagian dari strategi menyiapkan start engine untuk Mualem? Bisa jadi, karena pelantikan Mualem-Dek Fadh hanya tinggal menghitung hari. Bisa jadi Safrizal Zakaria Ali menyiapkan landing terbaik untuk Mualem, dengan cara menghidangkan APBA 2025 yang masih utuh.