Mantan Pekerja BRR NAD/Nias Berkumpul di Banda Aceh

Puluhan mantan pekerja BRR NAD/Nias berkumpul di Banda Aceh, Minggu (24/4/2022. Foto: ist.
Puluhan mantan pekerja BRR NAD/Nias berkumpul di Banda Aceh, Minggu (24/4/2022. Foto: ist.

Komparatif.ID, Banda Aceh—Puluhan mantan pekerja di Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) NAD/Nias), Minggu (24/4/2022) berkumpul di Banda Aceh. Mereka menggelar buka puasa Bersama sembari memberikan santunan kepada anak yatim.

Kegiatan itu diisi dengan ceramah singkat dan doa yang disampaikan Akmal Abzal, Komisioner Komisi Independen Pemilu (KIP) Aceh.

Ketua Panitia Ali Juhairi mengatakan, acara tersebut digelar untuk mendekatkan sesama mantan pekerja yang sudah terpisah oleh kesibukan masing-masing setelah proses rehabilitasi dan rekontruksi Aceh dan Nias dianggap selesai oleh Pemerintah.

“Kegiatan ini ajang silaturahmi antar eks pekerja BRR yang kini masing-masing sibuk dengan urusan sendiri, momen ini menjadi sarana kita untuk lebih peduli, sembari mengenang, kita pernah mengalami bencana dahsyat, gempa dan tsunami,” ujar Ali Juhairi, mantan Kepala Regional V BRR NAD Nias.

Acara ini selain untuk silaturrahmi dan buka bersama, juga doa untuk para pekerja BRR yang meninggal dunia saat dan setelah pelaksanaan rehab-rekons Aceh dan Nias, dibarengi oleh pemberian santunan terhadap anak yatim dari para pekerja rehab rekons. “Alhamdulillah, kita berhasil mengumpulkan dana yang cukup untuk kita berbagi untuk para yatim, yang ayahandanya telah berjuang untuk menyelesaikan rehab-rekons Aceh dan Niar,” kata Irfan Sofni yang juga mantan Direktur Bank Aceh Syariah.

Sementara itu Mantan Direktur Perumahan dan Pemukiman BRR NAD-Nias J Kamal Farza yang datang dari Jakarta untuk menghadiri acara ini menuturkan, buka puasa bersama tersebut dilaksanakan pada saat yang dan momentum yang baik, yaitu dalam rentang waktu sepertiga paruh akhir puasa Ramadan, di mana diyakini salah satu malamnya adalah malam lailatul qadar, malam terbaik diantara seribu bulan.

“Kami sangat bahagia, melihat wajah bahagia senior-senior, wajah-wajah bahagia junior dan rekan sejawat, dan wajah-wajah bahagia para yatim. Semoga momentum ini terus bisa ditingkatkan di kemudian hari, karena silaturrahmi itu memperpanjang usia kita dan memudahkan rejeki,” ujar pengacara yang berpraktek di Jakarta.

Hadir dalam acara ini, 72 mantan-mantan petinggi dan sejumlah pekerja BRR NAD-Nias antara lain Teuku Kamaruzzaman, Fuad Mardhatillah, Dr. T. Syafir Iskandar Wijaya, Cut Cayarani Bitai, Yusran Iwata, J Kamal Farza, Hendra Budian, Mahyuddin Daim, Irfan Sofni.

Ali Juhairi, Akmal Abzal, Juanda Djamal, Nurdin Hasan, Teuku Banta Syahrial, Tommy Mulia Hasan, Dr. T. Syaiful Bahri, Dr. Usman Lamreung, Radhi Darmansyah, Intan Jamalul dan H. Ihsanuddin Marzuki,  yang didaulat sebagai tuan rumah.

Dikutip dari situs bencanapedia.id, BRR adalah badan ad hoc setingkat kementerian yang dibentuk Pemerintah Indonesia untuk mengoordinasikan program dan proyek pemulihan di NAD dan Sumatera Utara khususnya kepulauan Nias. Badan khusus yang dibentuk untuk melakukan rehabilitasi-rekonstruksi pasca bencana gempa bertsunami Samudera Hindia 2004 tersebut, didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2005 (PP). Presiden Susilo Bambang Yudhyohono melantik tiga organ utama BRR yakni Badan Pelaksana, Dewan Pengarah, dan Dewan Pengawas pada 30 April 2005. Dalam hitungan hari, Badan Pelaksana (BRR) segera berangkat ke lokasi penugasan dan membuka kantor pusat di Banda Aceh, serta kantor cabang di Nias dan Jakarta.

Belakangan, beleid PP yang lebih merespon tahap kedaruratan tersebut, dikukuhkan menjadi Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2005 (UU). Produk hukum tertinggi itu menambahkan mandat BRR. Awalnya BRR mengoordinasikan ribuan program-proyek dari 550 lebih negara sahabat, badan donor, lembaga multilateral, perusahaan multinasional-nasional, LSM asing-lokal, dan perorangan yang membantu kedua wilayah terdampak. Dalam UU pengganti PP tersebut ditambahkan lagi mandat untuk mengelola program-proyek Pemerintah RI yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Estimasi kebutuhan pembangunan kembali NAD dan Nias mencapai Rp60 triliun. Dana tersebut bersumber dari moratorium utang Pemerintah Indonesia sebesar Rp21 triliun yang akan dialokasikan selama empat tahun anggaran. Sisanya berasal dari komitmen lebih dari 550 entitas pemulihan mitra di atas. Perhatian dunia kepada bencana gempa berskala 9.0 SR yang dampak tsunaminya mencapai pantai Afrika Timur di Somalia tersebut mewujud dalam misi operasi non-militer yang terbesar di abad ke 21.

Dalam perjalanannya Coordination Forum on Aceh and Nias ke empat (CFAN 4) bersamaan dengan pengakhiran masa tugas BRR pada 2009 mencatat, total sebanyak 965 LSM dan lembaga donor turut terlibat dalam pemulihan Aceh dan Nias yang dilaksanakan dalam 1.540 proyek, tersebar di 266 kecamatan, dan 2.688 desa dengan pembiayaan program/proyek mereka mencapai senilai Rp35 triliun.

Negara terdampak berjumlah 12 negara. Selain Indonesia, Thailand, Malaysia, Sri Lanka, dan beberapa negara Asia lain. Ujung gelombang tsunami dari 150 kilometer lepas pantai kota Calang, Nanggroe Aceh Darusalam tersebut juga mencapai pantai timur Afrika di Somalia. Diperkirakan di NAD sendiri sebanyak 110.000.000 orang meninggal dan sekira 30.000 orang lainnya hilang. Bencana gempa tsunami Samudera Hindia merupakan bencana terbesar sejak Gempa China yang menewaskan 167.000 jiwa pada 1976.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here