Mangkujiwo 2; Kebuasaan Masih Tetap Menang

Review film Mangkujiwo 2

Poster mangkujiwo 2.
Poster Mangkujiwo 2. Sumber: MPV Pictures.

Sebagai penggemar film horror saya gagal mendapatkan ketakutan  setelah menonton Mangkujiwo 2.  Hingga film tersebut tuntas diputar, yang saya dapatkan justru peritiwa politik, dengan menempatkan religi sebagai alat pemukul paling pas untuk menghabisi siapa saja yang hendak dihancurkan.

Mangkujiwo2 yang merupakan sekuel Mangkujiwo (2020) mengangkat budaya Jawa yang masih berbasis pemujaan terhadap hal-hal klenik. Berlatar tahun 70-an, di mana huru-hara politik baru beberapa tahun usai, Mangkujiwo 2 merupakan sinema yang penuh dengan intrik politik, dan kuntilanak –Kanti (Asmara Abigail)—ditempatkan sebagai alat bumi hangus.

Film tersebut dibuka dengan pertunjukan di sebuah bioskop tua di kota kecil di Jawa. Bintang film yang sedang diputar di bioskop tersebut merupakan seorang artis Indo bernama Maurinee (Widika Sidmore) yang sedang dekat dengan Jenderal Amperawan (Kiki Narendra).

Baca juga: KKN di Desa Penari Menjadi Film Indonesia Terlaris Sepanjang Masa 

Seorang gadis bernama Uma (Yasamin Jasem) yang ikut menonton, tiba-tiba melihat suasana lain di dalam bioskop. Tiba-tiba penonton digorok oleh orang-orang yang menyerbu ke dalam bioskop.

Uma ketakutan, dia kemudian berlari ke luar ruang pemutaran film. Dia bermaksud menjauh, tapi di Lorong-lorong dia kembali melihat kengerian serupa. Orang-orang yang mencoba lari ditembak, dibacok dan dicangkul.

Seorang wartawan yang ikut menghadiri pemutaran film itu melihat keanehan yang ada pada Uma. Dia mengikuti perempuan berkulit kuning langsat tersebut. Lelaki itu bernama Rimba (Marthino Lio). Dialah yang kemudian membawa pulang Uma ke rumahnya.

Besoknya di rumah Uma digelar sebuah pesta perjamuan dengan tamu-tamu dari kalangan atas dan orang-orang bule Belanda. Brotoseno (Sujiwotejo) yang disangka ayah oleh Uma merupakan seorang pengusaha batik terkenal di kota itu. Dia mempunyai seorang sejawat bisnis bernama Dargo Sentono (Yayu Unru). Hubungan antara Brotoseno dan Dargo Sentono memiliki jurang besar dalam batin masing-masing. Mereka ingin sama-sama saling melenyapkan.

Kehadiran Rimba ke kota itu yang membersamai Maurinee yang dibawa oleh Karmila (Karina Suwandi) ke kota budaya tersebut, ternyata by design. Selama ini Dargo Sentono harus mengorbankan anak dan istrinya sebagai tumbal pesugihan siluman tikus, karena tak kunjung mendapatkan persembahan dari keturunan Kunto Haryo (Pritt Timothy) yang hartanya dirampas dengan memanfaatkan kerusuhan dan kekalutan 1965.

Rimba yang oleh Kunto Haryo disembunyikan supaya tidak menjadi incaran orang lain, mendapatkan cerita tentang sang ayah dari ibunya. Dia kemudian melakukan pencarian; dirinya ingin mengetahui siapa yang telah membunuh ayahnya dan menguasai harta mereka. tanpa sadar dia pun masuk perangkap Dargo dan Brotoseno.

Dia hadir ke kota kecil itu menemani Maurinee yang sedang diincar sebagai simpanan oleh Jenderal Amperawan yang ikut terlibat dalam penyerangan bioskop dan pembunuhan terhadap Kunto Haryo. Jenderal mesum tersebut tidak mengetahui bila Rimba adalah anak dari lelaki yang pernah dia bunuh dengan alasan menyelamatkan negara dari aliran kiri.

Uma sendiri yang berkali-kali selamat dari maut karena ditolong oleh kuntilanak, juga sedang mencari tahu mengapa ia selalu dilindungi oleh kunti. Dia juga sangat terganggu dengan pemandangan-pemandangan yang berulang tentang pembantaian di bioskop.

Hingga akhirnya terjalinlah asmara antara Uma dan Rimba. Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh Brotoseno, Karmila dan Nyi Kenanga (Djenar Mesa Ayu). Di sisi lain Maurinee pun mulai jatuh hati kepada rimba. Ketiga mereka pun terperangkap dalam politik adu domba yang dimainkan oleh Brotoseno dan Nyi Kenanga yang ingin menguasai harta Kunto Haryo seorang diri; tanpa mau berbagi dengan siapa pun, termasuk Jenderal Amperawan.

Brotoseno memanfaatkan Karmila untuk “menghasut” Maurinee. Memberikan informasi tanggung, dan berpesan supaya segera pulang ke Jakarta. Bukannya pulang, Maurinee yang telah kesengsem kepada Rimba, justru menyampaikan informasi yang disampaikan Karmila kepada fotografer itu. Itulah yang sesungguhnya diinginkan oleh Karmila.

Di sisi lain, Uma juga memberitahu bila ada orang yang sepertinya menginginkan Rimba mati di tempat itu. Tapi ketika Rimba mengatakan bahwa yang terlibat di dalam intrik tersebut adalah Brotoseno, Uma marah. Dia menampar Rimba. Dia tidak percaya bila Brotoseno yang dikiranya ayahnya akan berbuat sekeji itu.

Pada suatu malam, Rimba merangsek masuk ke kamar Dargo, dia hendak menikamnya. Tapi dicegah oleh Nyi Kenanga. Nyi meminta Rimba tak perlu membunuh Dargo, karena pria itu sedang sekarat, digerogoti siluman tikus. Dia akan secepatnya mati.

Berselang beberapa hari kemudian, Rimba menemui Amperawan. Dia mempertanyakan mengapa si jenderal membunuh ayahnya. Amperawan yang haus harta dan mesum itu secara gamblang menyebutkan bila ayah Rimba merupakan pengkhianat bangsa, dan Amperawan sebagai patriot.

Terjadi perkelahian tidak seimbang. Rimba—meskipun muda—bukan tandingan Amperawan yang walaupun bongsor masih sangat lihai berkelahi. Apalagi setelah dibantu oleh empat anak buahnya—yang mungkin ajudannya–, Rimba kalah dan diikat. Maurinee datang ke ruang itu dan blak-blakan memaki Amperawan. Sang perwira marah, dan menganiaya Maurinee hingga tewas. Dia dibakar api cemburu karena Maurinee ternyata jatuh cinta kepada Rimba.

Ketika Amperawan ingin menghabisi Rimba, Uma datang dan menyerang. Tapi siapalah Uma, Rimba saja kalah. Ketika uma dipukul dan terjatuh kemudian pingsan, tiba-tiba matanya terbuka; memerah. Dia bernyanyi lagu lengsir wengi.

Tiba-tiba angin berembus kencang, dari sebuah cermin keluarlah Kunti; dalam waktu sekejap Amperawan dan anak buahnya dibunuh. Jantung mereka dimakan.

Brotoseno yang beberapa hari sebelumnya telah meniduri Uma—menyamar sebagai Rimba—akhirnya membuka kedoknya melalui Nyi Kenanga.Nyi bercerita kepada Rimba bila manusia paling busuk di lingkungan itu adalah Brotoseno dan dia harus dihentikan.

Lagi-lagi karena terpasung amarah, Rimba menemuinya. Terjadilah perkelahian. Brotoseno sengaja tidak melawan—atau bahkan tak sanggup melawan—dan membuatnya menjadi bulan-bulanan kepalan tinju Rimba.

Uma yang mengetahui Brotoseno dipukuli, datang membela lelaki yang ia kira sebagai ayah. Dia mencegah Rimba membunuh Brotoseno. Tapi Rimba telah kadung kalap. Hingga tiba-tiba tanpa sengaja menyiku dagu Uma dengan sangat keras; membuat perempuan itu terjerembab ke tanah dan pingsan.

Kunti yang berada di alam arwah marah besar melihat putrinya disakiti. Dia keluar dari cermin dan menyerang Rimba. Lelaki muda yang menyadari kekeliruannya itu meminta maaf kepada Uma; tapi nasi telah menjadi bubur.

Sebagai ibu, Kunti tidak mau tahu. siapa saja yang menyakiti Uma akan menjadi musuhnya. Dia akan menghabisi siapapun yang membuat Uma tersakiti. Dalam waktu sekejap, Kunti mematahkan leher Rimba. Pria itu mati sebelum dapat menebus dendam keluarganya.

Kunti sejatinya juga memendam amarah kepada Brotoseno. Tapi arwah itu tak mampu melawan sebuah azimat yang bernama Mangkujiwo. Alat itulah yang membuat arwahnya terus diperalat demi mencapai tujuan Brotoseno.

Ketika Kunti hendak menyerang Brotoseno, lelaki itu mengangkat Mangkujiwo. Kunti ketakutan dan akhirnya kembali masuk ke dalam cermin.

Film Mangkujiwo 2 ditutup dengan sebuah situasi; Uma dipasung dalam sebuah gudang dalam kondisi hamil. Perempuan itu menyengir marah ketika seseorang membuka pintu. Uma menyeringai dan menyebut “Romo”

Mangkujiwo 2: Rimba yang Tergesa-Gesa

Dalam sebuah adegan Mangkujiwo 2, Brotoseno yang terdesak karena Rimba telah mengetahui banyak hal, menyerahkan sertifikat harta milik Kunto. Tapi Rimba menolak. Dia hanya berpesan supaya dendam generasi lama tidak diwariskan kepada generasi muda.

Rimba tidak membutuhkan harta-harta peninggalan bapaknya yang telah dirampas oleh pengusaha dan militer yang berkawan akrab dengan Orde Baru—ditunjukkan melalui gambar-gambar Brotoseno yang berpose dengan Soeharto–. Rimba merasa telah menang dengan memacari Uma. Dia telah merasa cukup karena berhasil memiliki Uma.

Kata-katanya di depan Brotoseno yang sepanjang film Mangkujiwo 2 dipanggil dengan nama Romo, memang menarik; idealis dan optimis. Tapi bagi Brotoseno, apa yang disampaikan oleh Rimba, merupakan signal bila sang iblis haus harta itu harus secepatnya melakukan langkah selanjutnya.

Pada malam harinya, dibantu oleh Nyi Kenanga, Broto melakukan ritual, menembus alam gaib dan kemudian menyamar sebagai Rimba. Dia kemudian memasuki kamar Uma, dan tanpa bicara langsung mencumbu perempuan itu. Uma tidak tahu bila yang menidurinya adalah pria yang dia anggap sebagai ayah. Sampai mereka usai bercinta, yang diketahui oleh Uma, Rimbalah yang telah merenggut mahkotanya atas dasar suka sama suka. Adegan persetubuhan itu tidak vulgar. Hanya ditampilkan secara simbolis. Tidak ada yang erotis.

Azhar Kinois Lubis yang bertindak sebagai sutradara Mangkujiwo 2 sangat piawai memainkan zigzag kisah. Membuat saya terkecoh karena sempat berharap Rimba dan Uma akan mengakhiri cerita sebagai pemenang. Tapi akhirnya cerita itu ditutup dengan kemenangan Brotoseno dan Nyi Kenanga, yang merupakan antagonis utama dalam sinema tersebut.

Meski bertajuk horror, bagi saya Mangkujiwo 2 merupakan film politik. Tak ada kengerian yang menakutkan di dalam film itu. Kunti yang digambarkan bergaun merah, hanya hantu yang diperalat. Kunti saya lihat diisyaratkan sebagai organ religi yang diperalat oleh pemodal besar, yang pemodal itu didukung oleh pembesar militer.

Pencari kebenaran yang idealis; Rimba dan rakyat yang polos (Uma) serta pesohor yang tergila-gila pada sosok yang karismatik (Maurinee), akhirnya menjadi korban atas rencana-rencana besar orang lain yang memanfaatkan apa pun demi mencapai tujuan utama; kekuasaan.

Mangkujiwo 2 juga memberikan pesan secara tersurat betapa hubungan antar penjahat sejatinya saling menggunting dalam lipatan. Mereka akan bekerja sama untuk melumpuhkan kebenaran, dan secara terpisah-pisah akan saling membunuh. Kekuasaan tidak pernah dapat dibagi, meskipun ketika dirampas,dilakukan secara bersama-sama. Karena tidak ada kekuasaan yang setara. Harus ada satu yang lebih tinggi dan tak tersentuh.

Mangkujiwo 2 membuka kesempatan untuk lahirnya sekuel-sekuel lanjutan. Uma yang dipasung berpotensi akan dibunuh setelah melahirkan anak. Arwahnya akan bertemu arwah Kunti, dan mereka tidak berdaya karena kekuatan Mangkujiwo telah utuh dan berada di dalam genggaman Brotoseno. Satu-satunya yang dapat diharapkan terjadi di sekuel selanjutnya, pecahnya kongsi Broto, Nyi Kenanga, dan Karmila. Siapa yang akan menang? Jawabannya ada pada Azhar Kinois Lubis, Dirmawan Hatta, dan Raam Punjabi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here