Laga Indonesia Vs Uzbekistan di Mata Orang Aceh

laga indonesia vs uzbekistan
Suasana pertandingan timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan pada babak semifinal Piala Asia U-23 2024 di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha, Qatar, Senin (29/4/2024).

Komparatif.ID, Doha—Gelaran semifinal Piala Asia U-23 yaitu laga antara Indonesia vs Uzbekistan, berakhir 0-2. Dalam laga yang berlangsung Senin (29/4/2024) malam,. Indonesia kalah segalanya.

Tifosi sepakbola Tanah Air yang berada di ujung barat Indonesia, dilanda kecewa berat. Mereka berharap anak asuk STY mampu mengimbangi skuad Uzbekistan. Tapi di lapangan, fakta tersaji sebaliknya.

Lalu bagaimana laga Indonesia Vs Uzbekistan di mata orang Aceh?

Faisal Zakaria dalam status di linimasa Facebooknya menulis: Permainan Garuda bagus, namun beda kelas. Harus diakui, Uzbek jauh lebih hebat. Selain penguasaan bola, hampir tidak ada serangan tim Garuda yang mengancam gawang lawan.

Miswar Ibrahim Njong, seorang ulama muda yang telah terjun ke dalam dunia politik, turut memberikan pendapatnya tentang hasil laga Indonesia vs Uzbekistan.

Di linimasa Facebook dia menulis:

Apa yang orang Indonesia saksikan malam ini sebenarnya adalah keniscayaan. Harus diakui bahwa timnas kita kalah di segala lini. Jika saudara penggila bola, penampilan gahar Uzbekistan tidak akan mengejutkan. Mereka juara tahun 2018, menjadi semifinalis tahun 2020 dan mencapai posisi runner up di 2022. Sepanjang turnamen kali ini pun mereka tak pernah kebobolan, dengan kemenangan lewat jumlah gol yang mencengangkan.

Penampilan Uzbekistan bisa sampai pada level ini tidak lahir dari satu, dua atau tiga tahun proses. Sejak merdeka, tiap tahun pemerintahnya menggelontorkan hampir 15 persen APBN khusus untuk pengembangan sepakbola. Hingga kemudian Pemerintah mereka bikin dekrit Sepakbola Massal yang merevolusi seluruh sistem sepakbola Uzbekistan. 

Uzbekistan lahir dari kultur sepakbola Uni Soviet atau Rusia yang khas yaitu kolektivitas yang kuat antara sistem pertahanan yang disiplin dan etos bermain yang kuat. Mereka tak lelah mencari bola dan segera merebut kembali bola begitu kehilangan, sehingga lawan terus tertekan. Seperti yang sodara lihat pada laga tadi.

Saat menyaksikan gaya permainan Dynamo Kiev (saat itu masih bermain di liga Uni Soviet) melawan Jerman dalam sebuah pertandingan persahabatan pada tahun 1983, Ralf Rangnick mendapatkan ide untuk mengembangkan filosofi gegenpressing atau balas tekan, yang kemudian banyak dipakai oleh pelatih macam Klop, Tuchel, Bielsa hingga Nagelsman.

Dari sinilah sepakbola Uzbekistan lahir. Bukan lewat naturalisasi semata.

Seorang jurnalis senior di Aceh; Taufik al Mubarak, sedari babak pertama sudah mengutarakan kegelisahannya tentang kualitas timnas Garuda muda pada laga Indonesia vs Uzbekistan.

Permainan pemain Indonesia vs Uzbekistan jauh di bawah standar: tidak kompak, salah operan, banyak kehilangan bola. Kualitasnya sangat jauh berbeda kala melawan Korea Selatan. Jika pola permainan tidak diubah di babak kedua, Indonesia bakal kalah, meski tidak telak.

Saya tidak tahu pasti mengapa permainan Indonesia begitu melempem. Apakah para pemain membawa beban berat di pundak mereka setelah banyak politisi menumpang tenar dari keringat mereka atau ini semacam cerminan permainan politisi kita kala berhadapan dengan wanita Uzbek yang dikenal semampai dan tentu saja mahal, itu. Saya tidak punya jawaban pasti.

Yang jelas, para pemain Indonesia tampak canggung, persis seperti politisi yang baru naik kelas kala meng-order wanita Uzbek. Bung Towel pasti sedang tersenyum puas melihat gaya permainan pemain U-23 Indonesia vs Uzbekistan.

Jika begini, saya kasihan dengan nasib Shin Tae- Yong: jika menang, ada orang lain yang menepuk dada; saat kalah ia yang dituding salah.

Muhammad Arev menulis: Harus jujur, memang Uzbekistan terlalu tangguh. Ada yang mengatakan Timnas kembali ke setelah pabrik khas liga 1. Tidak. Uzbekistan lah yang another level. Bukan saja tak pernah kebobolan selama turnamen, bahkan hanya ada 2 shot on target yang dapat dilakukan oleh negara yang menghadapi Uzbekistan selama turnamen. Pertama, saat berhadapan dengan Arab Saudi, kedua saat mereka berhadapan dengan Vietnam. Selebihnya, kiper Uzbekistan ‘baca koran’.

Pundit sepak bola Alkaf, menulis panjang lebar pendapatnya: tulisan Alkaf  tentang laga Indonesia vs Uzbekistan dapat dibaca di sini.

Muhammad Aulia Putra, seorang penikmat dunia sepak bola yang bermukim di Aceh, menulis pendapatnya tentang performa timnas saat laga Indonesia vs Uzbekistan pada Piala Asia U-23.

Di laga semifinal tadi Rafael Struick dipaksa absen karena akumulasi kartu kuning, di laga perebutan tempat ketiga nanti giliran Rizki Ridho yang absen akibat kartu merah yang barusan dia peroleh kontra Uzbekistan. Apapun hasilnya nanti, tetap bangga sama Garuda Muda yang sudah mampu melangkah sejauh ini di Piala Asia U23.

Demikian laga Indonesia vs Uzbekistan di mata orang Aceh. laga Indonesia vs Uzbekistan berakhir sedemikian rupa, telah diprediksi sebelumnya oleh netizen dan pengamat sepak bola.

Meski Indonesia berhasil mengalahkan Korea Selatan pada laga perempatfinal, bukan jaminan dapat menundukkan Uzbekistan U-23 yang belum terkalahkan sepanjang Piala Asia U-23 2024 di Doha, Qatar. Laga Indonesia vs Uzbekistan benar-benar menunjukkan siapa skuad White Wolves.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here